bantuan yang disesuaikan dengan kebutuhan koperasi maupun dari SDM koperasi sendiri.
Tabel I.2. Perkembangan Koperasi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2007 Tahun
No. Uraian Satuan 2005 2006 2007
Persentase 1. Jumlah
Koperasi 8,047
9,030 9,232
6,5 a.
Aktif Unit 4,582
5,565 5,761
b. Tidak
Aktif Unit
3,465 3,465
3,471 2. Anggota
Orang 962,524
1,080,103 1,151,016 8,5
3. Modal
Sendiri Rp.000
899,186,052 1,009,028,215 1,031,600,063 6,5
4. Modal Luar Rp.000 1,178,673,889 1,233,866,240 1,352,245,227 6,5
5. Volume
Usaha Rp.000
2,443,515,379 2,742,008,684 2,803,347,081 6,5
6. Jumlah Tenaga
Kerja Orang
7,695 7,765 7,938 1,5
7. Sisa Hasil
Usaha SHU
Rp.000 288,777,767 324,054,086 331,303,137
6,5
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Data diolah
I.2 Perumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh pemanfaatan bantuan perkuatan permodalan dan bantuan
sarana terhadap perkembangan usaha koperasi? b.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi program bantuan perkuatan permodalan koperasi?
c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi program bantuan perkuatan sarana
koperasi?
Mardiana : Analisis Pengaruh Bantuan Perkuatan Terhadap Perkembangan Usaha Koperasi Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaruh bantuan perkuatan modal dan sarana terhadap
perkembangan usaha koperasi. b.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi program bantuan perkuatan permodalan.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi program bantuan perkuatan
sarana.
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan program dalam
pemberdayaan dan pengembangan usaha koperasi di masa mendatang.
b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, penelitian ini merupakan tambahan kekayaan penelitian untuk dapat dipergunakan dan dikembangkan di masa mendatang.
c. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang
sama di masa mendatang. d.
Bagi peneliti, menambah wawasan secara ilmiah dalam bidang manajemen khususnya yang berkaitan dengan program peningkatan dan pemberdayaan
koperasi.
Mardiana : Analisis Pengaruh Bantuan Perkuatan Terhadap Perkembangan Usaha Koperasi Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
I.5 Kerangka BerpikirLandasan Teori
Keberadaan koperasi di Indonesia hingga saat ini masih ditanggap dengan pola pikir yang sangat beragam. Hal seperti itu wajar saja sebab, sebagai seperangkat
sistem kelembagaan yang menjadi landasan perekonomi kita, koperasi akan selalu berkembang dinamis mengikuti berbagai perubahan lingkungan. Koperasi adalah
bentuk lembaga ekonomi yang berwatak sosial. Menurut pasal 33 UUD 1945 koperasi ditetapkan sebagai bangun usaha yang sesuai dalam tata ekonomi kita.
Oleh karena itu seyogyanya koperasi perlu dipahami secara lebih luas yaitu sebagai suatu kelembagaan yang mengatur tata ekonomi berlandaskan jiwa dan
semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Jadi membangun sokoguru perekonomian nasional berarti membangun badan usaha koperasi yang tangguh,
menumbuhkan badan usaha swasta yang kuat dan mengembangkan BUMN yang mantap secara simultan dan terpadu dengan bertumpu pada Trilogi
Pembangunan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat banyak. Namun dalam perkembangan usahanya, koperasi dinilai sangat lambat. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan pengelola dalam mengoptimalkan faktor-faktor produksi yang ada. perolehan dan penggunaan modal dan efektifitas pencapaian
target yang ditetapkan. Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan
dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan
kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak,
yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik physical resources. Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya
Mardiana : Analisis Pengaruh Bantuan Perkuatan Terhadap Perkembangan Usaha Koperasi Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini.Griffin 2006 Secara total, saat ini ada lima hal yang
dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja labor, modal capital, sumber daya fisik physical resources, kewirausahaan entrepreneurship, dan sumber daya
informasi information resources.
Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam pengembangan usaha adalah faktor modal. Menurut Griffin 2006, bahwa: ”Yang dimaksud dengan modal
adalah barang-barang
atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi.
Selanjutnya, menurut
Akhan 2008, bahwa untuk mencapai pengembangan
usaha diperlukan alat-alat sarana tools. Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu
men, money, materials, machines, method, dan markets.
Selain itu faktor tenaga kerja juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan suatu usaha termasuk usaha koperasi. Tenaga kerja merupakan
faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor
produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja
dapat dikelompokan berdasarkan kualitas kemampuan dan keahlian dan berdasarkan sifat kerjanya.
Dalam rangka meningkatkan usaha koperasi dan memberdayakan ekonomi kerakyatan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyrakat serta memperluas
lapangan kerja, maka permerintah berupaya untuk meningkatkan kemampuan koperasi agar menjadi koperasi yang sehat, tangguh dan mandiri.
Bantuan perkuatan merupakan salah satu alternatif mengembangkan usaha koperasi dengan indikator utama omset, laba yang diperoleh koperasi setelah
mendapatkan bantuan perkuatan. Namun agar bantuan perkuatan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka diperlukan perencanaan yang komprehensif serta
Mardiana : Analisis Pengaruh Bantuan Perkuatan Terhadap Perkembangan Usaha Koperasi Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
kesiapan sumberdaya manusia dan teknologi dalam pelaksanaanya. Hal ini sejalan dengan Hasil Penelitian Kementerian Koperasi dan UKM
2004 bahwa: ”dalam rangka memacu kinerja dan kontribusi koperasi dan usaha kecil dan menengah KUKM dalam perekonomian, maka perlu dilakukan upaya
pengidentifikasian serta pemecahan masalah yang dihadapi oleh KUKM. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM berusaha menstimulir
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui kebijakan pembinaan dan pengembangan Koperasi dan UKM dengan mengembangkan program yang
bersifat stimulan dalam bentuk bantuan perkuatan sarana dan permodalan dengan pola bergulir. Penyelenggaraan program tersebut bertujuan untuk : a
meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan, b meningkatkan volume usaha koperasi, c meningkatkan penyerapan tenaga kerja, d meningkatkan semangat
berkoperasi, e meningkatkan pendapatan anggota, f membangkitkan etos kerja”.
Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI No.18PerM.KUKMVIII2006, Tentang Pedoman Teknis Bantuan Perkuatan
dalam Bidang Produksi Kepada Koperasi, menyatakan bahwa sasaran pemberian dana bantuan perkuatan adalah; a meningkatnya kesejahteraan masyarakat, b
meningkatnya kesempatan lapangan kerja, c menigkatnya kewirausahaan dikalangan Koperasi danatau anggotanya, d meningkatnya jumlah dan
partisipasi anggota Koperasi, e meningkatnya kualitas dan kuantitas produk Koperasi, f meningkatnya pelayanan Koperasi kepada anggota dan masyarakat.
Bantuan perkuatan yang telah dilaksanakan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kinerja koperasi namun masih diperlukan kebijakan pendukung seperti
pengawasan dalam pengelolaan bantuan perkuatan dan peningkatan kualitas SDM koperasi dalam mengkelola bantuan yang diterima.
Masalah mutu sumberdaya manusia pada berbagai perangkat organisiasi koperasi menjadi masalah yang menonjol dan mendapat sorotan terutama dalam hal
mengkelola bantuan, baik itu program bantuan perkuatan modal maupun bantuan perkuaran sarana. Subyakto 1996 mempunyai pandangan bahwa, kendala yang
Mardiana : Analisis Pengaruh Bantuan Perkuatan Terhadap Perkembangan Usaha Koperasi Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
sangat mendasar dalam pemberdayaan koperasi dan usaha kecil adalah masalah sumberdaya manusia.
Dalam mengembangkan usaha koperasi dibutuhkan tenaga-tenaga SDM yang handal terutama dalam mengatur kelembagaan ataupun struktur organisasi yang
mampu mengekelola usahanya secara demokratis, berkeadilan, dan solidaritas dengan menerapkan manajemen kebersamaan joint management yang profesional.
Menurut Merza 2006, dari segi kualitas kelembagaan, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan
lingkungan dunia usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa koperasi dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif
kecil, dan ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar, terutama Pemerintah, masih sangat besar.
Selain kemampuan untuk menerapkan kelembagaan koperasi yang efektif dan efisien juga diperlukan sumber daya manusia yang mampu mengakses informasi, baik
informasi untuk memanfaatkan sumber daya yang ada maupun dalam mengakses informasi. Dalam hal ini informasi adalah faktor yang sangat penting dalam
pengembangan usaha koperasi. Menurut Griffin 2006, bahwa:” sumber daya informasi adalah seluruh data
yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini bisa berupa ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan, dan data-data
ekonomi lainnya.
Selain memanfaatkan sumber daya informasi, SDM koperasi juga harus dapat mengkelola kelembagaan organisasi koperasi sesuai dengan tuntutan lingkungan
bisnis. Hal ini sejalan dengan pendapat Menurut Merza 2006, dari segi kualitas kelembagaan, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang sungguh-sungguh
untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan dunia usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa koperasi dalam berbagai
kegiatan ekonomi masih relatif kecil, dan ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar, terutama Pemerintah, masih sangat besar.
Mardiana : Analisis Pengaruh Bantuan Perkuatan Terhadap Perkembangan Usaha Koperasi Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Dan untuk mendukung usaha koperasi juga dibutuhkan ketersediaan sarana yang memadai yang berupa mesin dan jenis-jenis peralatan lain yang diperlukan
dalam proses produksi. Menurut Sofa 2008 bahwa: ”dibutuhkannya bantuan sarana produksi adalah
karena volume penjualan yang terus meningkat, peralatan yang ada telah usang, dan peralatan yang ada telah memasuki masa aus serta harus diganti”.
Dengan adanya bantuan perkuatan sarana yang dilaksanakan oleh dinas
koperasi dan ukm provinsi sumatera utara diharapkan dapat meningkatkan perkembangan usaha koperasi. Namun untuk mendukung keberhasilan program
tersebut juga dibutuhkan pengawasan ataupun pendekatan langsung kepada koperasi dalam penentuan jumlah maupun spesifikasi sarana yang akan diberikan.
Dari uraian diatas, maka kerangka berpikir dari penelitian ini ditunjukkan pada Gambar I.1
Mardiana : Analisis Pengaruh Bantuan Perkuatan Terhadap Perkembangan Usaha Koperasi Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Bantuan Perkuatan Modal
Gambar I.1 Kerangka Berpikir
I.6 Hipotesis Penelitian