Defenisi kecerdasanIntelligences TINJAUAN PUSTAKA

antara lain membaca buku terlalu dekat dengan mata, bersandar kemuka atau memiringkan kepala untuk melihat papan tulis atau sesuatu yang sedang di perlihatkan pengajar, mata selalu merah, berair. Menunjukkan sedikit atau tidak ada minat di dalam kelompok – kelompok diskusi dan jarang berpartisipasi di dalam kelompok diskusi; c Hiperkinetik dan Hipokinetik. Hiperkinetik merupakan pengertian yang menyangkut tingkah laku individu yang sulit diam di tempat. Ia selalu meninggalkan bangku, memegang – megang sesuatu, berputar – putar. Hipokinetik merupakan pengertian yang berhubungan dengan tingkah laku yang lambat, apatis, malu, takut menjamukanSlameto,2003. b. Factor emosional. Secara fisik umumnya berada dalam kondisi sehat. Mereka bebas dari gangguan – gangguan atau kerusakan sensorik yang serius. Masalah kesehatan mental sering kali dianggap salah satu factor utama yang tidak hanya merintangi belajar, tetapi juga motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Bila kata mental menunjuk pada proses – proses kognitif atau intelektual, kesehatan mental lebih menunjuk pada aspek penyesuaian diri serta aspek kehidupan sosial dari orang yang bersangkutan. Seseorang yang secara mental sehat biasanya adalah yang memiliki konsep diri positif dan yang merasa bahwa dirinya berharga. Ia merasa kebutuhan – kebutuhan dirinya cukup terpenuhi, seperti kebutuhan akan rasa aman, cinta, harga diri. Ia merasa bebas dari perasaan – perasaan frustasi, cemas, tegang, konflik, rendah diri, salah dan lain – lainSlameto,2003. c. Factor motivasi. Seringkali siswa yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Misalnya karena kebutuhan untuk berprestasi pada diri sendiri kurang atau mungkin tidak ada. Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi cukup mempengaruhi kemampuan intelektual agar dapat berfungsi secara optimalSlameto,2003.

C. Defenisi Kecerdasan Emosi Emotional Intelligences

Emosional Intelligence adalah kemampuan merasakan, memahami dan menerapkan secara efektif daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawiDEPDIKNAS,2007. Kecerdasan EmosionalEmotional Intelligence mencakup lima wilayah berikut : i Kesadaran diri Self Awareness mengetahui emosi diri, mengenal perasaannya seperti halnya terjadi, mampu membedakan perasaan – perasaan; ii Manajemen suasana hati Mood Manajemen, menguasai perasaan sehingga suasana menjadi cocok untuk bereaksi dalam cara yang cocok pula; iii Memotivasi diriSelf Motivation, kemampuan mengelompokkan perasaan dan mengarahkan diri kepada suatu tujuan, bukannya ragu – ragu, cuek, impulsive; iv Empati, mengenal perasaan orang lain, memahami isyarat verbal, non verbal yang di lakukan orang lain; v Mengelola hubungan Managing Relationships, kemampuan untuk memelihara hubungan dengan orang lain, resolusi konflik, negosiasi, kekompakan kelompokSumadiredja, 2014. Sumadiredja2014 dalam menyatakan bahwa kecerdasaan umum inteligensi semata-mata hanya dapat memprediksi kesuksesan hidup seseorang sebanyak 20 saja, sedang 80 lainnya adalah apa yang disebutnya Emotional Intelligence. Bila tidak di tunjang dengan pengolahan emosi yang sehat, kecerdasan saja tidak akan menghasilkan seseorang yang sukses hidupnya di masa yang akan datang. Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri,mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Unsur terpenting dalam kecerdasan emosi ini adalah empati dan control diri. Empati artinya adalah dapat merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain, terutama bila orang lain dalam keadaan malang, sedangkan control diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi sendiri sehingga tidak mengganggu hubungannya dengan orang lain. EQ diuraikan berdasarkan 5 indikator: 1 Mengenali emosi diri:Mengenali dan memperbaiki emosi diri jangan cepet menerima tidak sebagai jawaban; Mampu memahami perasaan yang timbul selalu pastikan keinginan kita di mengerti; Mengenal perbedaan perasaan dan tindakan. 2 Mengelola emosi: Toleransi yang tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah berlakulah alami tapi sesuaikan pendekatan untuk setiap orang; Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi temukan akar penyebab keluhan yang berulang dan segera atasi; Berkurangnya kecemasan dan kesepian dalam pergaulan tidak menganggap remeh merasa diri lebih dari orang lain; Lebih baik dalam mengatasi ketegangan jiwa berlaku respon positif atas kritik – kritik. 3 Memotivasi diri sendiri: Lebih bertnggung jawab ambil resiko hanya bila kemungkinan berhasilnya tinggi; Lebih berkonsentrasi menyampaikan informasi intern secepatnya; Lebih menguasai diri hargai orang lain, mereka akan menghargai kita; Nilai prestasi meningkat buat suasana penilaian santai dan ramah bukan pemeriksaan. 4 Empati : Lebih terbuka terhadap pendapat orang lainmemberikan kesempatan menggunakan keterampilan orang lain; peka terhadap perasaan orang lainbila kita menerima ide biarkan sang pencetus menerapkannya; lebih baik dalam mendengarkan orang lain diam itu adalah emas. 5 Membina hubungan : Mampu menganalisis dan memahami hubungan menjadikan bekerja menyenangkan tidak berarti membuatnya mudah; Lebih baik menyelesaikan pertikaian persengketaan ; Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi; Lebih baik menarik perhatian dan tenggang rasa; Lebih baik bekerja sama dan berbagi rasa dan suka menolongSumadiredja, 2014. Elemen paling kritis bagi keberhasilan siswa belajar di sekolah adalah memahami bagaimana caranya. teori pokoknya adalah: a Confidence Kepercayaan Diri, b Couriousity Kepenasaran, c Tujuan Intentionality, d Mengendalika Diri Self-Control, e Relatedness keterhubungan; f Kapasitas untuk berkomunikasi; g Kemampuan bekerjasamaSumadiredja, 2014. Ini semua adalah aspek kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional terbukti merupakan prediksi lebih baik untuk keberhasilan di masa depan daripada metode tradisional seperti GPA Grade Poin Average, Intelligence Quotion IQ, atau skor tes baku Standardized Test Scores. Para peneliti menyimpulkan bahwa orang – orang yang mengelola perasaan emosi mereka dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif cendrung mengingat informasi dan belajar lebih efektif pulaSumadiredja, 2014. Kecerdasan emosi perlu ditumbuhkan semenjak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat. Tujuan mengajarkan naskah emosi yang sehat Health Emotion Script adalah agar naskah emosi yang sehat ini dapat diinternalisasi anak sejak dini dan di bawa terus oleh anak dalam berinteraksi dengan orang lain bila ia dewasa kelak. Orang yang ber-EQ rendah bisa saja memiliki IQ yang tinggi, menampakkan prilaku yang merugikan orang lainSumadiredja, 2014.