Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEBIDANAN

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN

MIRA JAYATI

145102175

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITASSUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEBIDANAN

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN ABSTRAK

Mira Jayati

Latar Belakang : Orang yang memiliki Intelligent Quotient(IQ) tinggi tapi Emotional Quotient(EQ) rendah cendrung mengalami kegagalan yag lebih besar di banding dengan orang yang IQ nya rata – rata tapi EQ nya tinggi, artinya bahwa penggunaan EQ atau olah rasa justru menjadi hal yang sangat penting. Orang – orang yang mengelola perasaan (emosi) mereka dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif cendrung mengingat informasi dan belajar lebih efektif pula. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel 59 orang mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik total

sampling. Analisa data digunakan uji- spearman.

Hasil : Sebagian besar mempunyai kecerdasan emosi cukup, yaitu sekitar 67,8 % dan Sebagian besar mahasiswa mempunyai prestasi belajar C+ dengan rentang IPK (2,33-2,66) yaitu sebanyak 37,3%. Dari hasil analisis data mengenai hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar menunjukkan hasil korelasi sangat kuat (p=0,001) dengan nilai korelasi (r) positif sebesar 0,790.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara kecerdasan emosional dan prestasi akademik. Dengan demikian, siswa diharapkan untuk meningkatkan kemampuan untuk mengenali emosi diri, karena lebih baik kecerdasan emosional siswa, semakin tinggi prestasi akademik. Kata kunci : kecerdasan emosi, prestasi belajar.


(5)

EMOTIONAL INTELLIGENCE RELATIONSHIP WITH STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT ACADEMY MIDWIFERY

UNIVERSITY SEMESTER III PRIMA INDONESIA MEDAN

ABSTRACT Mira Jayati

Background : People who have Intelligent Quotient ( IQ ) high but the Emotional Quotient ( EQ ) is low tend to experience greater Yag failure compared with those who IQ average - average but EQ is high , meaning that the use of EQ or if it becomes taste which is very important . People - people who manage feelings ( emotions ) they are well and can relate to others effectively tend to remember information and to learn more effectively as well .

Objective : To determine the relationship of emotional intelligence and academic achievement of students .

Methodology: This study used cross sectional design. Sample of 59 students. Sampling was done by using total sampling technique. Analysis of the data used uji-

Spearman.

Results: Most have enough emotional intelligence, which is about 67.8% and the majority of students have learning achievement C + GPA range (2.33 to 2.66) is as much as 37.3%. From the analysis of data on the relationship between emotional intelligence and academic achievement shows the results of a very strong correlation (p = 0.001) correlation value (r) is positive at 0.790.

Conclusions: From these results it can be concluded that there is a very strong relationship between emotional intelligence and academic achievement. Thus, students are expected to improve the ability to recognize emotions, emotional intelligence is better for the students, the higher the academic achievement.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis sampaikan kepada ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul “ Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW atas semangat perjuangan dan suri teladan bagi umatnya. Proposal skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan dan kualitas yang lebih baik dimasa mendatang.

Medan, 06 Juli 2015

Mira Jayati Nim. 145102175


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Emosi ... 5

1. Fungsi Emosi ... 6

2. Jenis dan Pengelompokan Emosi ... 7

3. Teori – Teori Emosi ... 7

4. Fisiologi Emosi ... 8

5. Pengaruh Emosi pada Belajar ... 9

B. Defenisi Kecerdasan ... 11

Faktor – Faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual ... 12

C. Defenisi Kecerdasan Emosi ... 13

D. Hasil Belajar ... 16

Defenisi Hasil Belajar ... 16

E. Prestasi Belajar ... 17

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 20


(8)

B. Hipotesisi ... 20

C. Defenisi Operasional ... 21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 22

B. Populasi dan Sampel ... 22

1. Populasi ... 22

2. Sampel ... 22

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

D. Etika Penelitian ... 22

E. Alat Pengumpulan Data ... 23

F. Uji Validitas ... 24

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 24

H. Rencana Analisa Data ... 25

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 26

B. Pembahasan ... 32

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuesioner kecerdasan emosi pada mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia medan……….20 Tabel 5.2 Distribusi kecerdasan emosi mahasiswa semester III Akademi

Kebidanan Universitas Prima Indonesia medan……….30 Tabel 5.3 Distribusi prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan

Universitas Prima Indonesia……….30

Tabel 5.4 Distribusi hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia medan ……….31


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Kuesioner

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 3 : Master Data Penelitian

Lampiran 4 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 5 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 6 : balasan surat izin Penelitian


(12)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEBIDANAN

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN ABSTRAK

Mira Jayati

Latar Belakang : Orang yang memiliki Intelligent Quotient(IQ) tinggi tapi Emotional Quotient(EQ) rendah cendrung mengalami kegagalan yag lebih besar di banding dengan orang yang IQ nya rata – rata tapi EQ nya tinggi, artinya bahwa penggunaan EQ atau olah rasa justru menjadi hal yang sangat penting. Orang – orang yang mengelola perasaan (emosi) mereka dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif cendrung mengingat informasi dan belajar lebih efektif pula. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel 59 orang mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik total

sampling. Analisa data digunakan uji- spearman.

Hasil : Sebagian besar mempunyai kecerdasan emosi cukup, yaitu sekitar 67,8 % dan Sebagian besar mahasiswa mempunyai prestasi belajar C+ dengan rentang IPK (2,33-2,66) yaitu sebanyak 37,3%. Dari hasil analisis data mengenai hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar menunjukkan hasil korelasi sangat kuat (p=0,001) dengan nilai korelasi (r) positif sebesar 0,790.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara kecerdasan emosional dan prestasi akademik. Dengan demikian, siswa diharapkan untuk meningkatkan kemampuan untuk mengenali emosi diri, karena lebih baik kecerdasan emosional siswa, semakin tinggi prestasi akademik. Kata kunci : kecerdasan emosi, prestasi belajar.


(13)

EMOTIONAL INTELLIGENCE RELATIONSHIP WITH STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT ACADEMY MIDWIFERY

UNIVERSITY SEMESTER III PRIMA INDONESIA MEDAN

ABSTRACT Mira Jayati

Background : People who have Intelligent Quotient ( IQ ) high but the Emotional Quotient ( EQ ) is low tend to experience greater Yag failure compared with those who IQ average - average but EQ is high , meaning that the use of EQ or if it becomes taste which is very important . People - people who manage feelings ( emotions ) they are well and can relate to others effectively tend to remember information and to learn more effectively as well .

Objective : To determine the relationship of emotional intelligence and academic achievement of students .

Methodology: This study used cross sectional design. Sample of 59 students. Sampling was done by using total sampling technique. Analysis of the data used uji-

Spearman.

Results: Most have enough emotional intelligence, which is about 67.8% and the majority of students have learning achievement C + GPA range (2.33 to 2.66) is as much as 37.3%. From the analysis of data on the relationship between emotional intelligence and academic achievement shows the results of a very strong correlation (p = 0.001) correlation value (r) is positive at 0.790.

Conclusions: From these results it can be concluded that there is a very strong relationship between emotional intelligence and academic achievement. Thus, students are expected to improve the ability to recognize emotions, emotional intelligence is better for the students, the higher the academic achievement.


(14)

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sistem yang sangat penting dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan merupakan sektor yang sangat penting. Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus,dari generasi ke generasi. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu(Thirtarahardja,2005).

Emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Terdapat 92 defenisi yang berbeda tentang emosi, namun disepakati bahwa keadaan emosional adalah suatu reasi kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta dibarengi degan perasaan yang kuat(Kodijah,2014).

Kecerdasan emosi (emotional intelligences) bukan didasarkan pada kepintaran seorang anak, melainkan pada karakteristik pribadi. Goleman dan peter salovey mencetuskan kecerdasan emosi serta memperluasnya menjadi lima wilayah utama kecerdasan emosi yaitu mengenali emosi diri, mengelola diri, mengelola emosi, memotivasi diri,mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Emosi adalah setiap kegiatan atau pengoahan fikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaaan mental yang hebat dan meluap-luap(DEPDIKNAS RI,2007).

Orang yang memiliki Intelligent Quotient(IQ) tinggi tapi Emotional Quotient(EQ) rendah cendrung mengalami kegagalan yag lebih besar di banding dengan orang yang IQ nya rata – rata tapi EQ nya tinggi, artinya bahwa penggunaan EQ atau olah rasa justru menjadi hal yang sangat penting. Spiritual


(15)

Quotient(kecerdasan spiritual) merupakan kecerdasan tertinggi dan yang di butuhkan untuk memfungsikan Intelligent Quotient (kecerdasan fikiran) dan Emotional Quotient(kecerdasan emosi)(DEPDIKNAS RI,2007).

Belajar di artikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan pengajar. Mengajar di artikan sebagai aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu (bukan memberi sesuatu) berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pengajar. Evaluasi adalah penilaian terhadap keberhasilan program belajar siswa, yang bertujuan antara lain untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah di capai siswa, dan berfungsi antara lain untuk menentukan posisi siswa dalam kelompoknya(Thirtarahardja,2005).

Belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu,salah satunya yaitu iklim emosi. Seseorang yang secara mental sehat biasanya adalah yang memiliki konsep diri yang positif dan merasa bahwa dirinya berharga. Ia merasa bahwa kebutuhan- kebutuhan dirinya cukup terpenuhi, seperti kebutuhan akan rasa aman,cinta, harga diri. Ia merasa bebas dari perasaan – perasaan frustasi, cemas, tegang, konflik, rendah diri, salah, dan lain – lain (Slameto, 2003).

Pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekola berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan(e-jurnal psycologymania,2013)


(16)

Berdasarkan hal di atas mendorong peneliti untuk meneliti “Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah “Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015”?.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kecerdasan emosi mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan untuk menambah pengetahuan bagi instansi pendidikan D IV Bidan Pendidik bahwa mahasiswa dapat meningkatkan potensi yang ada pada dirinya dengan meningatkan kecerdasan emosi agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

2. Memberi tambahan informasi kepada tenaga pendidik melakukan peningkatan prestasi belajar dengan upaya membimbing dan memotivasi mahasiswa terhadap kecerdasan emosi yang di miliki oleh mahasiswa.


(17)

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan hasil perbandingan untuk peneliti selanjutnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Emosi

Selama ini kajian – kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil belajar yang dicapai seseorang. Tetapi sejak orang mulai memperhatikan peran besar otak dalam segala bentuk prilaku manusia, maka emosi mulai jadi perhatian, termasuk peranannya dalam meningkatkan hasil belajar. Emosi tidak lagi dipandang sebagai penghambat dalam kehidupan sebagaimana pandangan konvensional, melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, peran menghidupkan perkembangan dan penalaran yang baik. Bahkan saat ini disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan belajar, maka proses belajar yang terjadi haruslah menyenangkan. Defenisi emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda – beda(Khodijah,2014).

Emosional adalah suatu reasi kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta diiringi degan perasaan yang kuat. Emosi juga kadang – kadang di bangkitkan oleh motivasi, sehingga antara emosi dan motivasi terjadi hubungan interaktif . Pengalaman menunjukkan bahwa apabila kita termotivasi, maka kita akan terstimulasi secara emosional(Khodijah,2014).

Suatu keinginan besar untuk melarikan diri selalu disertai dengan rasa ketakutan, suatu gerakan untuk menyerang dan menghancurkan, selalu disertai dengan kemarahan. Emosi sering kali disamakan dengan dengan perasaan, namun keduanya dapat dibedakan. Emosi bersifat lebih intens dibandingkan dengan perasaan, sehingga perubahan jasmaniah yang ditimbulkan oleh emosi lebih jelas di bandingkan dengan perasaan. Aspek – aspek emosi mencakup : a) Perasaan subjectif, b) Dasar fisiologis perasaan emosional, c) Pengaruh emosi terhadap persepsi,


(19)

berfikir, dan prilaku, d) Kelengkapan motivasional tertentu, dan e) Cara emosi ditunjukkan dalam bahasa, ekspresi wajah, dan gesture(Khodijah,2014).

1. Fungsi Emosi

Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk survival, atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan messenger atau pembawa pesan. Sebagai sarana untuk mempertahankan hidup, emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membela dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan, adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain. Sebagai pembangkit energi, emosi positif seperi cinta dan sayang memberikan pada kita semangat dalam bekerja, bahkan juga semangat untuk hidup. Sebaliknya emosi negative, seperti sedih dan benci, membuat kita merasakan hari – hari yang suram dan nyaris tidak ada gairah untuk hidup(Khodijah,2014).

Sebagai pembawa pesan, emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang – orang yang berada di sekitar kita, terutama orang – orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut(Khodijah,2014).

2. Jenis dan Pengelompokan Emosi

Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian, yaitu emosi yang menyenangkan atau emosi positif, dan emosi yang tidak menyenangkan atau emosi negative. Emosi yang menyenagkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, di antaranya adalah cinta, sayang,


(20)

senang, gembira, kagum, dan sebagainya, sedang emosi yang tidak menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan persaan negatif pada orang yang mengalaminya, di antaranya adalah sedih, marah, benci, takut, dan sebagainya. Mengingat banyaknya jenis emosi tersebut para ahli tidak memiliki kesamaan pendapat tentang pengelompokan emosi. Akan tetapi, ekspresi wajah tertentu untuk keempat emosi (takut, marah, sedih, dan senang) di kenali oleh bangsa – bangsa di seluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa keempat emosi tersebut adalah emosi inti atau emosi dasar pada manusia. Manusia mempunyai tiga jenis emosi dasar yang telah dibawa sejak lahir dan akan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan, yaitu emosi takut, marah dan cinta(Khodijah,2014).

3. Teori – Teori Emosi

Ada tiga teori emosi, yaitu : teori sentral, teori berfikir, dan teori kepribadian. a. Teori sentral

Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan – perubahan dalam kejasmaniannya. Menurut teori ini, orang menangis karena merasa sedih. Teori atau pendapat ini di kenal dengan teori sentral(Khodijah,2014).

b. Teori periferal

Menurut teori ini orang tidak menangis karena susah, tapi sebaliknya ia susah karena menangis. Dengan demikian, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan – perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap stimulus – stimulus yang datang dari luar. Teori ini lebih menitik beratkan pada hal – hal yang bersifat perifer dari pada yang bersifat sentral(Khodijah,2014). c. Teori Kepribadian


(21)

Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat di pisah – pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yag terpisah. Karena itu maka emosi meliput pula perubahan – perubahan kejasmanian(Khodijah,2014).

4. Fisiologi Emosi

Ada dua respon tubuh yang terjadi ketika seseorang emosi. Pola respon pertama adalah Emergency, atau yang di kenal dengan respons Flight – or - flight. Respons ini terjadi bila kondisi emosi aktif atau bangkit. Misalnya ketika kita marah atau takut, terjadi peningkatan aktivitas – aktivitas dalam system perifer saraf simpatetik; aktivitas ini menimbulkan perubahan – perubahan tubuh sepert : peningkatan tekanan jantung, pembuluh darah dalam otot membesar sehingga tubuh siap beraksi, gula darah di mobilisasi dalam liver, hormon epineprin dan

norepinephrin di lepaskan dari kelenjar adrenalin, pupil mata membesar, dan

pembuluh darah perifer kulit tertarik, sehingga mengurangi kemungkinan pendarahan dan meningkatkan persediaan darah ke otot(Khodijah,2014).

Sebagai akibatnya, tegangan otot dan pernapasan menjadi meningkat. Bentuk respon tubuh yang kedua adalah respon relaksasi (relaxation respon) yang timbul bila kondisi emosi kita dalam keadaan tenang atau meditatif. Pola respon tubuh selama kondisi relaksasi meliputi penurunan aktivitas dalam system saraf simpatetik maupun somatik, akan tetapi system saraf simpatetik justru meningkat. Hal tersebut selanjutnya menyebabkan reaksi tubuh lainnya yang berlawanan dengan kondisi emosi aktif atau bangkit(Khodijah,2014).

5. Pengaruh Emosi pada Belajar

Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik,


(22)

sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Penjelasan tentang hal ini dapat diambil dari teori modern tentang struktur dan cara kerja otak. Otak manusia terdiri dari tiga bagian dan pemanfaatan seluruh bagian otak dapat membuat belajar lebih cepat, lebih menarik, dan lebih efektif. Dari ketiga bagian otak tersebut, bagian otak yang memainkan peran dalam belajar adalah neorokorteks, sedang yang memainkan peran besar dalam emosi adalah system limbic(Khodijah,2014).

Jika siswa mengalami emosi positif, maka sel – sel saraf akan mengirim impuls –impuls positif ke neurokorteks dan proses belajar pun dapat terjadi. Sebaliknya, jika siswa mengalami emosi negatif, maka tertutup kemungkinan untuk timbulnya impuls – impuls yang mendorong belajar, tetapi yang terjadi adalah meningkatnya fungsi mempertahankan diri terhadap emosi yang tidak menyenangkan . akibatnya, proses belajar menjadi lamban atau bahkan terhenti. Karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah di mulai dengan menciptakan emosi positif, pada diri pelajar. Jika siswa mengalami emosi positif, mereka dapat menggunakan neurokorteks untuk tugas – tugas belajar(Khodijah,2014).

Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat di lakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah dengan menciptakan lingkungan lingkungan belajar yang menyenangkan. Lingkungan yang di maksud disini mencakup linkungan fisik dan lingkungan psikologis mencakup penggunaan music untuk meningkatkan hasil belajar. Penataan ruang kelas, seperti penataan tempat duduk, pajangan dan penyediaan wewangian, memainkan peranan penting dalam menciptakan emosi positif dalam belajar. Kegembiraan belajar sering kali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan berarti bangkitnya


(23)

minat, adanya keterlibatan penuh dan terciptanya makna, pemahaman, dan nilai yang membahagiakan pada pelajar(Khodijah,2014).

Emosi di bedakan sebagai berikut: 1) Respons Yang Cepat Tetapi Ceroboh. Pikiran emosional jauh lebih cepat dari pikiran rasional, mengesampingkan pemikiran hati – hati, tanpa analisis. Analisis merupakan ciri khas akal yang berpikir. Tindakan yang muncul dari pikiran emosional akan membawa kepastian yang sangat kuat, 2) Perasaan dan pikiran yang rasional membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menanggapi di bandingkan waktu yang dibutuhkan pikiran emosional. Dorongan pertama yang muncul adalah situasi emosional yaitu: dorongan hati. Reaksi emosional yang kedua yaitu lebih lambat dari respons sebab di goda dan di olah terlebih dahulu dalam pikiran sebelum sampai pada perasaan, 3) Realisasi simbolik logika pikiran emosional bersifat asosiatif artinya bahwa unsur yang melambangkan suatu realitas, atau memicu kenangan terhadap realitas itu, merupakan hal yang sama dengan realitas tersebut(Khodijah,2014).

B. Defenisi kecerdasan(Intelligences)

Tiap kecerdasan harus memiliki feature yang berkembang, dapat di observasi di populasi special, menyediakan bukti berupa sosialisai di otak dan mendukung system notasi. Intelligence dapat di defenisikan sebagai: 1) Kemampuan memecahkan masalah yang dialaminya pada kehidupan nyata. 2) Kemampuan mengembangkan masalah baru untuk di pecahkan. 3) Kemampuan membuat suatu atau menawarkan suatu layanan yang di hargai dalam budayanya. Intelligences adalah macam – macam bahasa yang semua orang menggunakannya dan di pengaruhi sebagian oleh budaya tempat orang di lahirkan. Bahasa itu adalah akal untuk belajar, untuk memecahkan masalah dan membuat apa yang manusia bisa menggunakannya(Sumadiredja, 2014).


(24)

Beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu yaitu: 1) Keturunan, 2) latar belakang sosial ekonomi, 3) lingkungan hidup. Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang di nilai paling buruk bagi perkembangan kemampuan inteligensi adalah panti – panti asuhan serta intitusi lainnya, terutama bila anak di tempatkan disana sejak awal kehidupannya, 4) Kondisi fisik. Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah, 5) Iklim emosi. Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan(Slameto,2003).

1. Faktor – Faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual

Terdapat banyak factor yang mempengaruhi kemampuan intelektual seseorang, meliputi aspek – aspek fisik, emosional latar belakang sosial, ekonomi, keturunan, dan lingkungan. Berikut yang mempengaruhi kemampuan intelektual berfungsi secara optimal:

a. Factor fisik. a) Kesehatan umum. Siswa – siswa kurang tampak responsif, kurang memperhatikan atau tampak tidak memiliki motivasi untuk belajar, kemungkinan besar disebabkan karena kondisi kesehatan mereka yang kurang baik. Pengajar hendaknya memperhatikan adanya gejala – gejala ini yang mungkin membutuhkan pengobatan; b) Kelemahan – kelemahan sensorik. sering kali di nilai dengan “slow learner”, atau menunjukkan masalah – masalah tingkah laku, seringkali disebabkan karena kerusakan, cacat visual atau pendengaran yang tidak diketahui. Mereka tidak mampu melihat atau mendengar sebaik mahasiswa lainnya. Gejala – gejala yang biasanya terlihat


(25)

antara lain membaca buku terlalu dekat dengan mata, bersandar kemuka atau memiringkan kepala untuk melihat papan tulis atau sesuatu yang sedang di perlihatkan pengajar, mata selalu merah, berair. Menunjukkan sedikit atau tidak ada minat di dalam kelompok – kelompok diskusi dan jarang berpartisipasi di dalam kelompok diskusi; c) Hiperkinetik dan Hipokinetik. Hiperkinetik merupakan pengertian yang menyangkut tingkah laku individu yang sulit diam di tempat. Ia selalu meninggalkan bangku, memegang – megang sesuatu, berputar – putar. Hipokinetik merupakan pengertian yang berhubungan dengan tingkah laku yang lambat, apatis, malu, takut menjamukan(Slameto,2003). b. Factor emosional. Secara fisik umumnya berada dalam kondisi sehat. Mereka

bebas dari gangguan – gangguan atau kerusakan sensorik yang serius. Masalah kesehatan mental sering kali dianggap salah satu factor utama yang tidak hanya merintangi belajar, tetapi juga motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Bila kata mental menunjuk pada proses – proses kognitif atau intelektual, kesehatan mental lebih menunjuk pada aspek penyesuaian diri serta aspek kehidupan sosial dari orang yang bersangkutan. Seseorang yang secara mental sehat biasanya adalah yang memiliki konsep diri positif dan yang merasa bahwa dirinya berharga. Ia merasa kebutuhan – kebutuhan dirinya cukup terpenuhi, seperti kebutuhan akan rasa aman, cinta, harga diri. Ia merasa bebas dari perasaan – perasaan frustasi, cemas, tegang, konflik, rendah diri, salah dan lain – lain(Slameto,2003).

c. Factor motivasi. Seringkali siswa yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Misalnya karena kebutuhan untuk berprestasi pada diri sendiri kurang atau mungkin tidak


(26)

ada. Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi cukup mempengaruhi kemampuan intelektual agar dapat berfungsi secara optimal(Slameto,2003). C. Defenisi Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligences)

Emosional Intelligence adalah kemampuan merasakan, memahami dan

menerapkan secara efektif daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi(DEPDIKNAS,2007).

Kecerdasan Emosional(Emotional Intelligence) mencakup lima wilayah berikut : i) Kesadaran diri (Self Awareness) mengetahui emosi diri, mengenal perasaannya seperti halnya terjadi, mampu membedakan perasaan – perasaan; ii) Manajemen suasana hati (Mood Manajemen), menguasai perasaan sehingga suasana menjadi cocok untuk bereaksi dalam cara yang cocok pula; iii) Memotivasi diri(Self

Motivation), kemampuan mengelompokkan perasaan dan mengarahkan diri kepada

suatu tujuan, bukannya ragu – ragu, cuek, impulsive; iv) Empati, mengenal perasaan orang lain, memahami isyarat verbal, non verbal yang di lakukan orang lain; v) Mengelola hubungan (Managing Relationships), kemampuan untuk memelihara hubungan dengan orang lain, resolusi konflik, negosiasi, kekompakan kelompok(Sumadiredja, 2014).

Sumadiredja(2014) dalam menyatakan bahwa kecerdasaan umum

(inteligensi) semata-mata hanya dapat memprediksi kesuksesan hidup seseorang

sebanyak 20% saja, sedang 80% lainnya adalah apa yang disebutnya Emotional

Intelligence. Bila tidak di tunjang dengan pengolahan emosi yang sehat, kecerdasan

saja tidak akan menghasilkan seseorang yang sukses hidupnya di masa yang akan datang. Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri,mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Dengan


(27)

demikian, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Unsur terpenting dalam kecerdasan emosi ini adalah empati dan control diri. Empati artinya adalah dapat merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain, terutama bila orang lain dalam keadaan malang, sedangkan control diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi sendiri sehingga tidak mengganggu hubungannya dengan orang lain.

EQ diuraikan berdasarkan 5 indikator: 1) Mengenali emosi diri:Mengenali dan memperbaiki emosi diri (jangan cepet menerima tidak sebagai jawaban); Mampu memahami perasaan yang timbul (selalu pastikan keinginan kita di mengerti); Mengenal perbedaan perasaan dan tindakan. 2) Mengelola emosi: Toleransi yang tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah (berlakulah alami tapi sesuaikan pendekatan untuk setiap orang); Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi (temukan akar penyebab keluhan yang berulang dan segera atasi); Berkurangnya kecemasan dan kesepian dalam pergaulan (tidak menganggap remeh / merasa diri lebih dari orang lain); Lebih baik dalam mengatasi ketegangan jiwa (berlaku respon positif atas kritik – kritik). 3) Memotivasi diri sendiri: Lebih bertnggung jawab (ambil resiko hanya bila kemungkinan berhasilnya tinggi); Lebih berkonsentrasi (menyampaikan informasi intern secepatnya); Lebih menguasai diri (hargai orang lain, mereka akan menghargai kita); Nilai prestasi meningkat (buat suasana penilaian santai dan ramah bukan pemeriksaan). 4) Empati : Lebih terbuka terhadap pendapat orang lain(memberikan kesempatan menggunakan keterampilan orang lain); peka terhadap perasaan orang lain(bila kita menerima ide biarkan sang pencetus menerapkannya); lebih baik dalam mendengarkan orang lain (diam itu adalah emas). 5) Membina hubungan : Mampu menganalisis dan memahami


(28)

hubungan (menjadikan bekerja menyenangkan tidak berarti membuatnya mudah); Lebih baik menyelesaikan pertikaian / persengketaan ; Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi; Lebih baik menarik perhatian dan tenggang rasa; Lebih baik bekerja sama dan berbagi rasa dan suka menolong(Sumadiredja, 2014).

Elemen paling kritis bagi keberhasilan siswa belajar di sekolah adalah memahami bagaimana caranya. teori pokoknya adalah: a) Confidence (Kepercayaan Diri), b) Couriousity (Kepenasaran), c) Tujuan (Intentionality), d) Mengendalika Diri

(Self-Control), e) Relatedness (keterhubungan); f) Kapasitas untuk berkomunikasi; g)

Kemampuan bekerjasama(Sumadiredja, 2014).

Ini semua adalah aspek kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional terbukti merupakan prediksi lebih baik untuk keberhasilan di masa depan daripada metode tradisional seperti GPA (Grade Poin Average), Intelligence Quotion (IQ), atau skor tes baku (Standardized Test Scores). Para peneliti menyimpulkan bahwa orang – orang yang mengelola perasaan (emosi) mereka dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif cendrung mengingat informasi dan belajar lebih efektif pula(Sumadiredja, 2014).

Kecerdasan emosi perlu ditumbuhkan semenjak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat. Tujuan mengajarkan naskah emosi yang sehat (Health Emotion

Script) adalah agar naskah emosi yang sehat ini dapat diinternalisasi anak sejak dini

dan di bawa terus oleh anak dalam berinteraksi dengan orang lain bila ia dewasa kelak. Orang yang ber-EQ rendah bisa saja memiliki IQ yang tinggi, menampakkan prilaku yang merugikan orang lain(Sumadiredja, 2014).


(29)

D. Hasil Belajar

1. Defenisi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil dalam mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik(Jihad,dkk.,2013).

Hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu: a) pengetahuan tentang fakta; b) pengetahuan tentang prosedural; c) pengetahuan tentang konsep; d) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori yaitu: 1) Keterampilan untuk berfikir atau keterampilan kognitif; 2) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik; 3) Ketermpilan bereaksi atau bersikap; 4) Keterampilan berinteraksi. Hasil – hasil belajar adalah pola – pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian – pengertian dan sikap – sikap, serta apersepsi dan abilitas(Jihad,dkk.,2013).

E. Prestasi Belajar

Pengertian prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) sedangkan belajar adalah sebuah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Berdasakan uraian diatas dapat di pahami bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang


(30)

dicapai oleh siswa selama berlangsungnya prosesnya belajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekola berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan(Psycologymania,2013).

1) Pendekatan Evaluasi Belajar

Ada dua macam pendekatan yang amat popular dalam mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan / prestasi belajar, yakni: 1) Norm-referencing atau

Norm-referenced assessment; 2)criterion referencing atau criterian referenced

assessment (Tardif et al,1989: 131). Di Indonesia, pendekatan – pendekatan ini

lazim di sebut Penilaian Acuan Norma(PAN) dan Panduan Acuan Kriteria(PAK).

i. Penilaian Acuan Norma(PAN)( Norm-referenced assessment)

Dalam penilaian yang menggunakan PAN, prestasi belajar seorang peserta didik di ukur dengan cara membandingkannya denga prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang di capai teman – teman sekelas atau sekelompoknya. Jadi pemberian skor atau penilaian peserta didik tersebut merujuk pada hasil perbandingan antara skor – skor yang diperoleh teman – teman sekelompoknya dengan skornya sendiri. Skor dapat diperolehberdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus sederhana yakni:

�����ℎ������������

�����ℎ��������� × 100,

(Muhibbin,2009).


(31)

Penilaian dengan pendekatan PAK (Penilaia Acuan Kriteria) merupakan proses penguraian prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang mahasiswa dengan berbagai prilaku ranah yang telah di tetapkan secara baik (well-defined domain behaviours) sebagai patokan absolute. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan PAK di perlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK). Artinya, nilai atau kelulusan seorang siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan nilai yang dicapai oleh rekan – rekan sekelompoknya melainkan di tentukan oleh penguasaannya atas materi pelajaran hingga batas yang sesuai dengan tujuan instruksional.

iii. Batas Minimal Prestasi Belajar

Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi yang dianggap berhasil arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa. Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar selalu berkaitan dengan dengan upaya pengungkapan hasil belajar(Muhibbin,2009).

Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan setelah mengikuti proses mengajar belajar. Di antara norma – norma pengukuran tersebut adalah: 1) Norma skala angka dari 0 sampai 10; 2) Norma skala angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan kelulusan / keberhasilan belajar

(passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah

5,5 atau 60. Pada prinsipnya jika seorang dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar ia di anggap telah memenuhi target mniml keberhasilan belajar. namun demikian, kiranya perlu mempertimbngkan


(32)

penetapan passing grade yang lebih tinggi (misalnya 65 atau 70) untuk pelajaran – pelajaran inti (core subject) (Muhibbin,2009).

Selanjutnya, selain norma – norma tersebut di atas, adapula norma lain yang di Negara kita baru berlaku di perguruan tinggi, yaitu norma prestasi belajar dengan menggunakan symbol huruf – huruf A, B, C, D dan E. symbol – symbol huruf ini dapat di pandang sebagai terjemahan dari symbol – symbol angka. Symbol niai angka yng berskala 0 sampai 4. Skala angka yang berinterval jauh lebih pendek dari pada skala angka lainnya itu di pakai untuk menetapkan Indeks Prestasi (IP) mahasiswa, baik pada setiap semester maupun pada akhir semester pada akhir penyelesaian studi(Muhibbin,2009).


(33)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015.

Skema 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kerangka konseptual, maka dapatlah dikemukakan hipotesis yaitu:

“Ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015.”

kemampuan mengenali emosi diri

sendiri,mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang lain.

Indeks prestasi


(34)

C. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Kecerdasan

emosi

Emosional Intelligence adalah kemampuan merasakan, memahami dan menerapkan secara efektif daya dan

kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang

manusiawi. Berdasarkan 5 indikator: 1)

Mengenali emosi diri 2) Mengelola emosi 3) Memotivasi diri sendiri

4) Empati

5) Membina hubungan

Kuesioner Sangat Setuju (SS) = 4 Setuju (S) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) =1

Baik : 90– 120 Cukup : 60 – 89 Kurang : 30 – 59

Ordinal

2 Prestasi Prestasi

Nilai Indeks Prestasi mahasiswa yang di peroleh dari Kartu Hasil Studi (KHS) mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan

KHS A :3,67-4,00 B+ :3,33-3,66 B : 2,67-3,32 C+ : 2,33-2,66 C : 2,00-2,32 D : 1,99-1,00 E : < 1,00


(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan

Cross Sectional, dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui Hubungan

Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Mahasiswi Semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia, dengan total 59 mahasiswa. 2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total

sampling. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebanyak 59 0rang

mahasiswa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia. Waktu pelakasanaan dari bulan November 2014 – Juli 2015.

D. Etika Penelitian

Dalam penelitia ini dilakukan pertimbangan etik yaitu peneliti mengajukan surat permohonan penelitian ke institusi Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia.


(36)

Memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian. Data peneliti nantinya akan dibuat kode (inisial) sehingga identitas responden tidak tercantum dalam kuesioner. Data yang di peroleh akan di gunakan semata – semata demi pertimbangan ilmu pengetahuan atau pendidikan serta tidak akan di publikasikan.

E. Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang di pakai penulis untuk memperoleh data yang akan di teliti.

Data yang di kumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer di kumpulkan dengan menggunakan kuesioner. 2. Data sekunder

Data sekunder berupa data jumlah mahasiswa, nilai Indeks Prestasi semester III mahasiswa Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Tahun ajaran 2014 / 2015 yang di peroleh dari Kartu Hasil Studi (KHS).

Penelitian ini menggunakan skala psikologi yaitu berupa skala kecerdasan emosi, selain itu juga menggunakan dokumentasi atau arsip Kartu Hasil Studi (KHS) mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia tahun ajaran 2014 / 2015. Skala kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek – aspek kemampuan mengenali emosi diri sendiri,mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Skala ini terdiri dari 30 item pernyataan.


(37)

Penyusunan alternatif jawaban pada skala ini menggunakan model skala likert. Pada setiap item di sediakan empat alternatif jawaban yang terdiri dari Sangat Setuju (SS) bernilai 4, Setuju (S) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Dari penilaian tersebut akan didapatkan frekuensi dan persentase mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia yang memiliki kecerdasan emosi baik apabila memperoleh skor 90 – 120, cukup apabila memperoleh skor 60 – 89, kurang apabila memperoleh skor 30 – 59.

Prestasi belajar mahasiswa semester V akbid Medistra Lubuk Pakam di ambil dari nilai KHS mahasiswa. Prestasi belajar mahasiswa berkategori A apabila memperoleh skor 80 – 100, berkategori B+ apabila memperoleh skor75 – 79, berkategori B apabila memperoleh skor 70 – 74, berkategori C+ apabila memperoleh skor 65 – 69, berkategori C apabila memperoleh skor 60 -64, berkategori D apabila memperoleh skor 50 – 59, berktegori E apabila memperoleh skor ˂ 50.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu alat ukur dapat di katakana berkualitas dan mampu menghasilkan data yang akurat bila telah di lakukan uji validitas dan reliabiltas.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrument. Reliabitas disini menunjukkan tingkat konsistensi dan stabilitas dari data berupa skor hasil persepsi suatu variable baik variable bebas maupun variable terikat. Dengan demikian reliabilitas merupakan stabilitas ukuran dan konsistensi internal ukuran(Sunyoto,dkk.,2013). Kuesioner tentang kecerdasan tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena peneliti mengadopsi kuesioner


(38)

Iriani Gultom (2007) yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya dengan hasil reliabilitas 0,914.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah seminar proposal penelitian dan mendapat izin penelitian dari Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia. Peneliti mengumpulkan mahasiswa tersebut dalam aula yang posisi mejanya sudah diberi jarak oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan mahasiswa yang lain pada saat pengisian data penelitian. Kemudian peneliti membagikan kuesioner kepada mahasiswa untuk diisi selama 40 menit sambil menjelaskan tentang tujuan, manfaat, dan cara pengisian kuesioner yang didampingi oleh peneliti. Mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang kurang jelas. Setelah data kuesioner penelitian selesai diisi responden, peneliti mengumpulkan data tersebut pada masing-masing mahasiswa. Maka selanjutnya data tersebut dikumpulkan untuk dianalisa.

H. Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data masalah melalui beberapa tahap. Pertama, peneliti memeriksa identitas mahasiswa dan memastikan semua data telah terisi. Untuk menganalisis data kecerdasan emosi dan prestasi belajar akan digunakan statistik deskriptif dengan cara menghitung dan melihat berapa frekuensi dan persentase yang memiliki kecerdasan emosi baik, cukup, kurang dan prestasi belajar baik,cukup, kurang. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar akan di lakukan


(39)

dengan menggunakan uji Speerman. Ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar bila nilai p < 0,05.


(40)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data

a. Kecerdasan Emosi

Data ini di maksud untuk mengetahui distribusi kecerdasan emosi mahasiswa mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Tahun Medan Ajaran 2014/2015.

Berikut hasil perhitungannya:

Table 5.1

Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner kecerdasan emosi mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima

Indonesia.

No PERNYATAAN SS S TS STS jumlah

F % F % F % F % F %

1 Bila saya sedih saya tahu alasannya

38 64,4 21 35,6 - - - - 59 100 2 Saya menikmati kehidupan

emosi saya

- - 24 40,7 31 52,5 4 6,8 59 100 3 Orang yang sering

menunjukkan emosi yang kuat membuat saya takut

2 3,4 31 52,5 20 33,9 6 10,2 59 100

4 Saya sering ingin menjadi orang lain

2 3,4 8 13,5 35 59,2 14 23,7 59 100 5 Saya menerima perasaan saya

sebagaimana adanya

19 32,2 1 1,7 38 64,4 1 1,7 59 100 6 Saya membiarkan orang lain

tahu tentang yang saya inginkan dan butuhkan

4 6,8 20 33,9 30 50,8 5 8,4 59 100

7 Saya menyimpan perasaan bagi saya sendiri

7 11,8 39 66,1 11 18,6 2 3,4 59 100 8 Saya sulit meminta tolong

kepada orang lain saat saya memerlukan bantuan


(41)

No PERNYATAAN SS S TS STS jumlah

F % F % F F % F

9 Saya merasa sulit berbicara dengan orang yang tidak satu sudut pandang dengan saya

13 22,1 17 28,9 21 35,6 8 13,5 59 100

10 Saya jarang terdorong untuk menghibur orang lain

2 3,4 10 16,9 39 66,1 8 13,5 59 100 11 Saya mengubah ekspresi

emosi saya tergantung dengan sikap saya berhadapan

7 11,8 40 67,8 9 15,2 3 5,1 59 100

12 Saya dapat dengan mudah mengabaikan gangguan – gangguan apabila saya perlu konsentrasi

8 13,5 43 72,9 7 11,8 1 1,7 59 100

13 Ketika berhadapan dengan suatu masalah, saya suka mengurusinya secepat mungkin

20 33,9 33 56,1 6 10,2 - - 59 100

14 Saya marah apabila di kritik - - 12 6,8 26 44,1 11 18,7 59 100 15 Saya sering tidak mengetahui

penyebab kemarahan saya

3 5,1 25 42,4 22 37,3 9 12,2 59 100 16 Saya berperan serta dalam

berbagai dan gagasan

3 5,1 38 64,4 18 30,5 - - 59 100 17 Saya berkhayal tentang masa

depan untuk memudahkan membayangkan kemana tujuan saya

44 74,6 15 25,4 - - - - 59 100

18 Saya dapat pulih dengan cepat sesudah sesudah merasa kecewa

21 35,6 31 52,5 4 6,8 3 5,1 59 100

19 Saya mudah menunggu dengan sabar bila harus demikian

- - 12 20,3 30 50,8 17 28,8 59 100

20 Saya bukan orang yang suka menangguhkan suatu

pekerjaan

10 16,9 28 47,4 17 28,8 4 6,7 59 100

21 Saya takut mencoba lagi bila sudah pernah gagal dalam pekerjaan saya

3 5,1 10 16,9 25 42,4 21 35,6 59 100

22 Bila mempunyai masalah, saya tahu harus harus pergi kemana dan harus berbuat apa

18 30,5 44 74,6 5 8,5 2 3,4 59 100

23 Saya hamper tidak pernah menangis


(42)

Tabel 5.2

Distribusi Kecerdasan Emosi Mahasiswa Semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan

Kecerdasan Emosi Frekuensi Persentase (%)

Baik 14 23,7

Cukup 40 67,8

Kurang 5 8,5

Jumlah 59 100

Hasil distribusi data mahasiswa tentang kecerdasan emosi di ketahui bahwa 23,7 % atau 12 mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi baik, 67,8 % atau 40 mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi cukup, dan 8,5 % atau 5 mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi kurang, sehingga hasil dari penelitian ini di ketahui bahwa sebagian besar mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi cukup.

No PERNYATAAN SS S TS STS jumlah

F % F % F F % F

24 Apabila suatu masalah datang, saya hanya dapat

mempercayai diri sendiri untuk menyelesaikannya

21 35,6 29 49,1 9 15,3 - - 59 100

25 Saya menghindari konfrontasi 4 6,8 24 40,7 23 38,9 8 13,5 59 100 26 Ada beberapa orang yang

tidak akan pernah saya maafkan

3 5,1 19 32,2 25 42,3 13 22,1 59 100

27 Saya terus mencemaskan kekurangan – kekurangan saya

3 5,1 28 47,4 23 38,9 5 8,4 59 100

28 Saya menyukai diri saya apa adanya

21 35,5 38 64,4 2 3,4 - - 59 100 29 Saya bersedia mengakui

kesalahan yang saya perbuat

31 52,5 24 40,7 3 5,1 1 1,7 59 100 30 Sulit berkonsentrasi 2 3,4 21 35,5 30 50,8 6 10,1 59 100


(43)

b. Prestasi Belajar

Distribusi prestasi belajar didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut: Tabel 5.3

Distribusi Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan

Prestasi belajar Frekuensi Persentase (%)

A 1 1,7

B+ 5 8,5

B 11 18,6

C+ 22 37,3

C 19 32,2

D 1 1,7

E - -

Jumlah 59 100

Hasil distribusi data mahasiswa tentang prestasi belajar diketahui bahwa 1,7 % atau 1 mahasiswa mempunyai prestasi belajar A, 8,5 % atau 5 mahasiswa mempunyai prestasi B+, 18,6% atau 11 mahasiswa mempunyai prestasi belajar B, 37,3% atau 22 mahasiswa mempunyai prestasi C+, 32,2% atau 19 mahasiswa mempunyai prestasi belajar C, 1,7% atau 1 mahasiswa mempunyai prestasi belajar D, dan tidak ada mahasiswa yang mempunyai niali E, sehingga hasil dari penelitian ini di ketahui bahwa sebaian besar responden mempunyai prestasi belajar C+ .

c. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan

Ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan dapat diketahui dengan melakukan uji Spearman untuk mengetahui hungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar dengan hasil pengujian sebagai berikut:


(44)

Tabel 5.4

hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan

Variabel Mean SD Nilai r Nilai p

Kecerdasan Emosi

1,85 0,551

0,790 0,001

Prestasi Belajar

3,68 0,840

Berdasarkan hasil analisis didapat nilai probabilitas sebesar 0,001 (p < 0,005) sehingga hipotesis diterima yang berarti ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar. Dengan nilai korelasi sebesar 0,790 sehingga menunjukkan terjadi hubungan yang sangat kuat antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar. Hubungan kedua variabel bersifat positif artinya semakin tinggi kecerdasan emosi semakin baik pula prestasi belajar.


(45)

B. PEMBAHASAN 1. Kecerdasan Emosi

Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kecerdasan emosi baik dapat mencapai prestasi belajar yang baik pula, sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mhasiswa dengan prestasi A memiliki kecerdasan emosi yang baik pula, dan mahasiswa dengan prestasi D memiliki kecerdasan emosi yang kurang pula. Menurut Sumadiredja (2014) orang yang ber-EQ rendah bisa saja memiliki IQ yang tinggi, menampakkan prilaku yang merugikan orang lain. Untuk itu Kecerdasan emosi perlu ditumbuhkan semenjak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat. Tujuan mengajarkan naskah emosi yang sehat (Health Emotion Script) adalah agar naskah emosi yang sehat ini dapat diinternalisasi anak sejak dini dan di bawa terus oleh anak dalam berinteraksi dengan orang lain bila ia dewasa kelak.

Penelitian lain yang sejenis dilakukan oleh N. Kadek Sri Eka Putri (2010) tentang kecerdasan emosi menunjukkan hasil analisis data deskriptif kecerdasan emosi mahasiswa sebagian besar baik yaitu sekitar 86,5 % atau sekitar 77 orang mahasiswa memiliki kecerdasan emosi baik dan 13,48 % atau 12 orang mahasiswa memiliki kecerdasan emosi sangat baik, setelah di lakukan analisis data kecerdasan emosi dengan prestasi belajar di dapatkan hasil sebanyak 55,02 % atau 49 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi baik dengan prestasi belajar baik pula, 30,35 % atau 27 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi baik dengan prestasi belajar cukup, 1,13 % atau 1 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi baik dengan prestasi belajar baik sekali, 4,50 % atau 4 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi sangat baik dengan prestasi belajar baik dan 9,00 % atau 8 orang mahasiswa mempunyai kecerdasan emosi sangat baik dengan prestasi belajar baik


(46)

sekali, sehingga dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbanyak berada pada mahasiswa yang mempunyai kecerdasan emosi baik dengan prestasi belajar baik.

Hal ini sesuai dengan teori menurut sumadiredja (2014), Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan umum (Intelegensi) semata – mata hanya dapat memprediksi kesuksesan hidup sebanyak 20 % saja, sedangkan 80% lainnya adalah apa yang disebut kecerdasan emosi (Emotional Intelligence). Bila tidak ditunjang dengan pengolahan emosi yang sehat. Orang – orang yang mengelola perasaan (emosi) mereka dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif cendrung mengingat informasi dan belajar lebih efektif pula. 2. Prestasi Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil dalam mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional(Jihad,dkk.,2013).

Hasil analisis data prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan didapatkan sebanyak 37,3% atau 22 mahasiswa mempunyai prestasi C+, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki prestasi yang cukup. Sedangkan 1,7 % atau 1 mahasiswa mempunyai prestasi belajar A, 8,5 % atau 5 mahasiswa mempunyai prestasi B+, 18,6% atau 11 mahasiswa mempunyai prestasi belajar B. Menurut Slameto (2003) Terdapat banyak factor yang mempengaruhi kemampuan intelektual seseorang,


(47)

meliputi aspek – aspek fisik, emosional latar belakang sosial, ekonomi, keturunan, dan lingkungan. Untuk itu di dapat juga hasil sebanyak 32,2% atau 19 mahasiswa mempunyai prestasi belajar C, 1,7% atau 1 mahasiswa mempunyai prestasi belajar D, dan tidak ada mahasiswa yang mempunyai nilai E.

Penelitian lain yang mendukung hasil analisis data deskriptif mengenai prestasi belajar dengan judul penelitian hubungan kestabilan emosi dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karanganom Klaten diperoleh dari nilai ujian akhir semester 1. Menunjukkan prestasi belajar siswa sebagian besar berada pada skor 76 – 80 yaitu sebanyak 48 orang (62%), pada skor 70 – 75 sebanyak 26 orang (34%), pada skor 81 -85 sebanyak 2 orang (2,5%), pada skor 86 – 90 sebanyak (1,5%), dari hasil analisis data didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,00 (p<0,05) sehingga hipotesis diterima yang berarti ada hubungan antara kestabilan emosi dengan prestasi belajar(Chotimah, 2010).

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah di lakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Setelah melalui proses belajar maka siswa di harapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang di miliki siswa setelah menjalani proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya(Jihad, dkk. 2013).

3. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan

Dari hasil analisis mengenai hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar yang dilakukan kepada 59 orang mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan menunjukkan ada hubungan antara


(48)

kecerdasan emosi dengan prestasi belajar hal ini dapat dilihat dari nilai p = 0,00 (p<0,05) sehingga Ha gagal ditolak berarti terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar. Dengan nilai korelasi sebesar 0,790 menandakan bahwa antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar memiliki korelasi yang sangat kuat dan bersifat positif. Hal ini dapat di artikan bahwa semakin baik kecerdasan emosi mahasiswa maka semakin tinggi pula hasil prestasi belajarnya, sebaliknya semakin kurang kecerdasan emosi mahasiswa maka semakin rendah pula hasil prestasi belajarnya.

Orang – orang yang mengelola perasaan (emosi) mereka dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif cendrung mengingat informasi dan belajar lebih efektif pula. Orang yang ber-EQ rendah bisa saja memiliki IQ yang tinggi, menampakkan prilaku yang merugikan orang lain (Sumadiredja, 2014)

Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya dengan judul penelitian hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa DIV Kebidanan FK UNS bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar dengan nilai koefisien korelasi 0,809 (p = 0,000), berarti kecerdasan emosi yang tinggi menghasilkan prestasi belajar yang tinggi(Nuryanti, 2010).

Hasil penelitian lain yang berjudul hubungan keakraban orangtua anak terhadap kecerdasan emosional siswa SMA Negeri 1 Medan tahun ajaran 2006/2007 oleh menunjukkan hasil korelasi sedang dengan nilai korelasi (r) positif sebesar 0,559(Gultom, (2007).

Hasil penelitian lain yang berjudul hubungan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah Askeb ibu 1 mahasiswa semeste II


(49)

Akbid Mitra Husada Karanganyar oleh N. Kadek Sri Eka Putri (2010) menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar sebesar 0,457, terdapat hubungan yang positif dan signifikan kesiapan belajar dengan prestasi belajar sebesar 0,360, terdapat hubungan yang positif dan signifikan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar sebesar 0,533.

Kecerdasan emosi perlu ditumbuhkan semenjak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat. Tujuan mengajarkan naskah emosi yang sehat (Health Emotion

Script) adalah agar naskah emosi yang sehat ini dapat diinternalisasi anak sejak dini

dan di bawa terus oleh anak dalam berinteraksi dengan orang lain bila ia dewasa kelak. Orang yang ber-EQ rendah bisa saja memiliki IQ yang tinggi, menampakkan prilaku yang merugikan orang lain(Sumadiredja, 2014).


(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap mahasiswa semester III akademi kebidanan universitas prima indonesia medan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa semester III akademi kebidanan universitas prima indonesia medan. Hal ini dapat dilihat nilai p = 0,000 (p<0,005) sehingga Ho ditolak berarti ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar. Kekuatan korelasi dapat dilihat dari nilai (r) sebesar 0,790 (79 %) yang berarti memiliki hubungan korelasi yang sangat kuat.

2. Sebagian besar mempunyai kecerdasan emosi cukup, yaitu sekitar 67,8 % atau 40 orang mahasiswa

3. Sebagian besar mahasiswa mempunyai prestasi belajar c+ dengan rentang ipk (2,33-2,66) yaitu sebanyak 37,3% atau 22 orang mahasiswa

B. SARAN

1. Bagi mahasiswa

Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mengenali emosi diri sendiri,mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang lain yang muncul dalam diri sendiri.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai faktor – faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar.


(51)

3. Bagi tenaga pendidik

Diharapkan kepada tenaga pendidik agar dapat membimbing dan memotivasi mahasiswa agar dapat meningkatkan potensi yang ada pada dirinya dengan meningatkan kecerdasan emosi untuk dapat meningkatkan prestasi belajarnya.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Chotimah, C. (2010). Hubungan kestabilan emosi dengan prestasi belajar pada

siswa kelas X di SMA N egeri 1 Karanganyar. KTI. Surakarta : Fakultas

kedokteran UNS

Psychologymania. (2013). Pengertian Prestasi Belajar. Di buka tanggal 9 Januari 2014 dari

Gultom, I. (2007). Hubungan keakraban orangtua anak terhadap kecerdasan

emosional siswa SMA Negeri 1 Medan tahun ajaran 2006/2007. KTI. Medan :

Fakultas Keperawatan USU

Jihad, A., Haris, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo Kasamadi, Nia, S. S. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung:

ALFABETA

DEPDIKNAS. (2007). Kecerdasan Emosi. dibuka tanggal 21 desember 2014 dari https: emosi.ppt

Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Muhibbin, S. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Nuryanti, F. R. N. (2010). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi

belajar mahasiswa DIV kebidanan FK UNS. KTI. Surakarta : Fakultas

kedokteran UNS

Putri, S. E. K. N. (2011). Hubungan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah Askeb ibu Imahasiswa semester II Akbid

Mitra Husada Karanganyar. Tesis. Surakarta : program pasca sarjana UNS

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA

Sumadireja, A. S. (2014). Kecerdasan dan Lingkungan Pendidikan. Bandung: CV. Mandar maju

Sunyoto, D., Ari, S. (2013). Buku Ajar: Statistik Kesehatan.Yogyakarta:Nuha Medika


(53)

KUESIONER KECERDASAN EMOSI Berilah tanda (√) pada kolom sesuai dengan jawaban yang anda pilih Keterangan

SS : SANGAT SETUJU S : SETUJU

TS : TIDAK SETUJU

STS : SANGAT TIDAK SETUJU

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1 Bila saya sedih saya tahu alasannya 2 Saya menikmati kehidupan emosi saya

3 Orang yang sering menunjukkan emosi yang kuat membuat saya takut

4 Saya sering ingin menjadi orang lain

5 Saya menerima perasaan saya sebagaimana adanya 6 Saya membiarkan orang lain tahu tentang yang saya

inginkan dan butuhkan

7 Saya menyimpan perasaan bagi saya sendiri

8 Saya sulit meminta tolong kepada orang lain saat saya memerlukan bantuan

9 Saya merasa sulit berbicara dengan orang yang tidak satu sudut pandang dengan saya

10 Saya jarang terdorong untuk menghibur orang lain 11 Saya mengubah ekspresi emosi saya tergantung dengan

sikap saya berhadapan

12 Saya dapat dengan mudah mengabaikan gangguan – gangguan apabila saya perlu konsentrasi

13 Ketika berhadapan dengan suatu masalah, saya suka mengurusinya secepat mungkin

14 Saya marah apabila di kritik

15 Saya sering tidak mengetahui penyebab kemarahan saya 16 Saya berperan serta dalam berbagai dan gagasan

17 Saya berkhayal tentang masa depan untuk memudahkan membayangkan kemana tujuan saya

18 Saya dapat pulih dengan cepat sesudah sesudah merasa kecewa

19 Saya mudah menunggu dengan sabar bila harus demikian

20 Saya bukan orang yang suka menangguhkan suatu pekerjaan


(54)

21 Saya takut mencoba lagi bila sudah pernah gagal dalam pekerjaan saya

22 Bila mempunyai masalah, saya tahu harus harus pergi kemana dan harus berbuat apa

23 Saya hamper tidak pernah menangis

24 Apabila suatu masalah datang, saya hanya dapat mempercayai diri sendiri untuk menyelesaikannya 25 Saya menghindari konfrontasi

26 Ada beberapa orang yang tidak akan pernah saya maafkan

27 Saya terus mencemaskan kekurangan – kekurangan saya 28 Saya menyukai diri saya apa adanya

29 Saya bersedia mengakui kesalahan yang saya perbuat 30 Sulit berkonsentrasi


(55)

(56)

(57)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Chotimah, C. (2010). Hubungan kestabilan emosi dengan prestasi belajar pada siswa kelas X di SMA N egeri 1 Karanganyar. KTI. Surakarta : Fakultas kedokteran UNS

Psychologymania. (2013). Pengertian Prestasi Belajar. Di buka tanggal 9 Januari 2014 dari

Gultom, I. (2007). Hubungan keakraban orangtua anak terhadap kecerdasan emosional siswa SMA Negeri 1 Medan tahun ajaran 2006/2007. KTI. Medan : Fakultas Keperawatan USU

Jihad, A., Haris, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo Kasamadi, Nia, S. S. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung:

ALFABETA

DEPDIKNAS. (2007). Kecerdasan Emosi. dibuka tanggal 21 desember 2014 dari https: emosi.ppt

Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Muhibbin, S. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Nuryanti, F. R. N. (2010). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa DIV kebidanan FK UNS. KTI. Surakarta : Fakultas kedokteran UNS

Putri, S. E. K. N. (2011). Hubungan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah Askeb ibu Imahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar. Tesis. Surakarta : program pasca sarjana UNS Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA

Sumadireja, A. S. (2014). Kecerdasan dan Lingkungan Pendidikan. Bandung: CV. Mandar maju

Sunyoto, D., Ari, S. (2013). Buku Ajar: Statistik Kesehatan.Yogyakarta:Nuha Medika


(2)

KUESIONER KECERDASAN EMOSI Berilah tanda (√) pada kolom sesuai dengan jawaban yang anda pilih Keterangan

SS : SANGAT SETUJU S : SETUJU

TS : TIDAK SETUJU

STS : SANGAT TIDAK SETUJU

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1 Bila saya sedih saya tahu alasannya 2 Saya menikmati kehidupan emosi saya

3 Orang yang sering menunjukkan emosi yang kuat membuat saya takut

4 Saya sering ingin menjadi orang lain

5 Saya menerima perasaan saya sebagaimana adanya 6 Saya membiarkan orang lain tahu tentang yang saya

inginkan dan butuhkan

7 Saya menyimpan perasaan bagi saya sendiri

8 Saya sulit meminta tolong kepada orang lain saat saya memerlukan bantuan

9 Saya merasa sulit berbicara dengan orang yang tidak satu sudut pandang dengan saya

10 Saya jarang terdorong untuk menghibur orang lain 11 Saya mengubah ekspresi emosi saya tergantung dengan

sikap saya berhadapan

12 Saya dapat dengan mudah mengabaikan gangguan – gangguan apabila saya perlu konsentrasi

13 Ketika berhadapan dengan suatu masalah, saya suka mengurusinya secepat mungkin

14 Saya marah apabila di kritik

15 Saya sering tidak mengetahui penyebab kemarahan saya 16 Saya berperan serta dalam berbagai dan gagasan

17 Saya berkhayal tentang masa depan untuk memudahkan membayangkan kemana tujuan saya

18 Saya dapat pulih dengan cepat sesudah sesudah merasa kecewa

19 Saya mudah menunggu dengan sabar bila harus demikian

20 Saya bukan orang yang suka menangguhkan suatu pekerjaan


(3)

21 Saya takut mencoba lagi bila sudah pernah gagal dalam pekerjaan saya

22 Bila mempunyai masalah, saya tahu harus harus pergi kemana dan harus berbuat apa

23 Saya hamper tidak pernah menangis

24 Apabila suatu masalah datang, saya hanya dapat mempercayai diri sendiri untuk menyelesaikannya 25 Saya menghindari konfrontasi

26 Ada beberapa orang yang tidak akan pernah saya maafkan

27 Saya terus mencemaskan kekurangan – kekurangan saya 28 Saya menyukai diri saya apa adanya

29 Saya bersedia mengakui kesalahan yang saya perbuat 30 Sulit berkonsentrasi


(4)

(5)

(6)