prinsip kesetiaan yang mengutuk perselingkuhan akan kehilangan kekuatannya. Ketika kekuatan moral dari suatu prinsip ini terancam, sikap dari
pihak yang menyakiti akan menciptakan perubahan yang substansial. Seseorang akan sulit memaafkan sebab ia ingin mempertahankan
penghormatan terhadap prinsip yang dijunjungnya. Jika pihak yang meyakitinya menunjukan penghargaan atas prinsip tersebut dengan mengakui
kesalahan yang diperbuat, beban moral dari pihak yang disakiti akan berkurang, dan pemaafan pun lebih mudah diberikan. Sebaliknya jika pihak
yang menyakiti menolak untuk mengetahui kesalahan, pihak yang disakiti akan merasa bahwa ia adalah satu-satunya yang menjunjung prinsip tersebut,
sehingga memberi maaf akan dirasakan sebagai pegkhianatan atas prinsip yang dijunjungnya.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang untuk Memaafkan
McCullough, Sandage, Brown, Rachal, Worthington Hight 1998 menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
memaafkan. Keempat faktor tersebut adalah : a.
Variabel sosial-kognitif
Keinginan seseorang untuk memaafkan tidak muncul begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh banyak hal. Menurut Girard Mullet, Winner dalam
McCullough, et al, 1998 perilaku memaafkan dipengaruhi oleh penilaian korban terhadap pelaku, penilaian korban terhadap kejadian, keparahan
kejadian, dan keinginan untuk menjauhi pelaku Boon Sulsky, 1997, dalam McCullough et al, 1998. Hal lainnya yang mempengaruhi perilaku
20
memaafkan adalah rumination about the transgression, yaitu kecenderungan untuk terus menerus mengingat kejadian yang dapat menimbulkan kemarahan,
sehingga menghalangi dirinya untuk terciptanya perilaku memaafkan. Semakin sering korban mengingat kejadian-kejadian yang membuat dirinya
marah, maka akan semakin kuat dorongan untuk membalas dendam dan menghindari keinginan untuk memaafkan McCullough et al, 1998.
b. Karakteristik Serangan
Faktor ini berkaitan dengan persepsi dari kadar penderitaan yang dialami oleh orang yang disakiti serta konsekuensi yang menyertainya. Seseorang
akan lebih sulit untuk memaafkan kejadian-kejadian yang dianggap penting dan bermakna dalam hidupnya. Misalnya, seseorang akan sulit untuk
memaafkan perilaku perselingkuhan yang dilakukan suaminya dibandingkan memaafkan perilaku orang lain yang tiba-tiba menyelinap antrian, Girard
Mullet, Ohbuci, Kameda dalam McCullough et al, 1998 menyebutkan bahwa semakin penting dan bermakna suatu kejadian, maka akan semakin sulit bagi
seseorang untuk memaafkan.
c. Kualitas Hubungan Interpersonal pandangan tentang perkawinan
Selain hal-hal yang telah jelas dijelaskan sebelumnya, faktor lainnya yang juga mempengaruhi perilaku memaafkan adalah kedekatan atau hubungan
antara orang yang disakiti dengan pelaku. Penelitian membuktikan bahwa pasangan akan cenderung memaafkan pasangannya apabila terciptanya
kepuasan dalam perkawinan, kedekatan antara satu sama lainnya dan adanya
21