Faktor Kepribadian Kerangka Berfikir

memperlihatkan rasa penyesalan yang mendalam secara verbal dan nonverbal, sehingga pasangannya akan berusaha untuk memaafkan.

d. Faktor Kepribadian

Menurut Mauger, Saxon, Hamill, Panell, 1996 dalam McCullough et al, 1998 menjelaskan bahwa perilaku memaafkan termasuk faktor Agreeableness dalam The Big Five. Selain itu McCullough et al 1998 menambahkan bahwa empati merupakan salah satu faktor yang memfasilitasi terjadinya perilaku memaafkan pada orang yang telah disakiti. Perilaku memaafkan sangat berhubungan dengan kemampuan empati seseorang McCullough, 2001, orang-orang yang telah memaafkan pelaku telah terlebih dahulu mengembangkan kemampuan berempati terhadap perbuatan pelaku. Dengan berempati terhadap pelaku, maka orang yang telah disakiti akan memiliki keinginan untuk memperbaiki kembali hubungan dengan pelaku.

2.2. Kepribadian Big Five Factors

2.2.1. Definisi Kepribadian

Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami aku, diri, self atau memahami seutuhnya. Hal terpenting yang harus diketahui berkaitan dengan pemahaman kepribadian adalah bahwa pemahaman itu sangat dipengaruhi paradigma yang dipakai sebagai acuan untuk mengembangkan teori itu sendiri. 23 Personality adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial Alwisol, 2007. Sedangkan menurut Pervin dan John 2005 kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Definisi tersebut memiliki arti yang cukup luas yang membolehkan kita untuk fokus pada banyak aspek yang berbeda pada setiap orang. Pada waktu yang bersamaan, hal tersebut menganjurkan kita untuk konsisten pada pola tingkah laku dan kualitas dalam diri orang tersebut yang diukur secara teratur. Allport juga mengatakan bahwa kepribadian terletak dibelakang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu Suryabrata, 2007. Dari apa yang telah dikemukakan oleh Allport, maka dapat dikatakan bahwa kepribadian adalah sesuatu yang unik dan khas jadi setiap orang pasti memiliki kepribadian yang berbeda, tidak ada seorangpun yang memiliki kepribadian yang sama walau anak kembar sekalipun. Kemudian masing-masing pakar kepribadian membuat definisi sendiri- sendiri sesuai dengan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan Alwisol, 2007. Berikut beberapa contoh definisi tersebut : a. Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seseorang yang menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya unik dengan lingkungannya Allport. b. Kepribadian adalah pola trait-trait yang ada pada diri seseorang Guilford. 24 c. Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi Pervin. d. Kepribadian adalah suatu lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional Murray. Masing-masing definisi mencoba menonjolkan aspek yang berbeda-beda, dan disusun untuk menjawab tantangan permasalahan yang berbeda-beda. Menggabungkan semua teori diatas menjadi satu, yang berarti menggabungkan semua teori psikologi kepribadian yang sangat melelahkan, disamping itu tidak ada gunanya karena teori itu justru akan kehilangan aplikasi pragmatisnya Alwisol,2007. Dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah ciri atau karakter yang ada pada individu secara konsisten baik itu tampak ataupun tidak tampak yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya.

2.2.2. Definisi Kepribadian The Big Five Factors

Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences. Kepribadian Big Five merupakan pendekatan dalam psikologi kepribadian yang mengelompokan trait kepribadian dengan analisis faktor. Dimulai pada 25 tahun 1960 dan semakin meningkat pada tahun 1980, 1990, dan 2000. Tokoh pelopornya adalah Allport dan Cattell Howard S Friedman Miriam W Schustack, 2008.

2.2.3 Ciri-ciri Trait Kepribadian Big Five Factors

Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences. Trait-trait dalam domain-domain dari kepribadian Big Five Costa McCrae,1997 adalah sebagai berikut : 1. Extraversion E Faktor pertama adalah extraversion, atau bisa juga disebut faktor dominan-patuh dominance-submissiveness. Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Peer-group mereka juga dianggap sebagai orang-orang yang ramah, fun-loving, affectionate, dan talkative. 26 Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan tingkat ekstraversion rendah cenderung bersikap tenang, menarik diri dari lingkungannya, pemalu, tidak percaya diri, submisif dan pendiam. 2. Agreeableness A Agreebleness dapat disebut juga social adaptibility atau likability yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan value survey, seseorang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu, forgiving, dan penyayang. Namun, ditemukan pula sedikit konflik pada hubungan interpersonal orang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi, dimana ketika berhadapan dengan konflik, self-esteem mereka akan cenderung menurun. Selain itu, menghindar dari usaha langsung dalam menyatakan kekuatan 27 sebagai usaha untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang yang memiliki tingkat aggreeableness yang tinggi. Pria yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi dengan penggunaan power yang rendah, akan lebih menunjukan kekuatan jika dibandingkan dengan wanita. Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. 3. Neuroticism N Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self- esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. 4. Openness O Faktor openness terhadap pengalaman merupakan faktor yang paling sulit untuk dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan tidak seperti halnya faktor-faktor yang lain. Openness mengacu 28 pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. Openness mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broad mindedness, dan a world of beauty. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama, kemudian skor openess yang rendah juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. Openness dapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreatifitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness yang tinggi dan tingkat agreeableness yang rendah. Seseorang yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau terbuka terhadap pengalaman lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah. 5. Conscientiousness C Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang. Seseorang yang conscientiousness memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang well-organize, tepat waktu, dan ambisius. 29 Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Di sisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic, membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya. Tabel 2.1 Trait Big Five dalam Pervin 2005 Karakteristik skor tinggi Skala trait Karakteristik skor rendah Worrying, nervous, emotional, insecure, inadequate, hypochodriacal Neuroticism Calm, relaxed, unemotional, hardly, secure, self-satisfied Sociable, active, talkaktive, peson- oriented, optimistic, fun- loving, affectionate Extraversion Reserved, sober, unexuberant, aloof, task- oriented, retireng, quiet Curious, broad interests, creative, original, imaginative, untraditional Openness Conventional, down-to- earth, narrow interests, unartistic, unanalytical Soft-hearted, good, natured, trusting, helpful, forgiving, gullble, straightforward Agreebleness Cynical, rude, suspicious, uncooperative, vengeful, ruthless, irritable, manipulative Organized, reliable, hard-working, self- disciplined, punctual, scrupulous, neat, ambitious, persevering Conscientiousness Aimless, unreliable, lazy, careless, laz,negligent, weak- willed, hedonistic 30

2.3. Kerangka Berfikir

Hubungan yang baik dan harmonis dalam sebuah pernikahan akan diperlukan penyesuaian secara terus-menerus. Setiap pernikahan, selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam, seperti yang dikatakan dalam Elizabeth Hurlock 2002 bahwa penyesuaian pernikahan merupakan salah satu masalah yang paling sulit yang harus dialami setiap pasangan. Pada masa inilah proses penyesuaian yang memerlukan pengertian yang mendalam terjadi antar individu dalam pernikahan. Hal ini akan semakin sulit seiring dengan banyaknya dinamika yang harus dihadapi oleh masing-masing individu tersebut dalam menjalani sebuah proses kehidupan rumah tangga. Di dalam mengalami penyesuaian orang-orang menganggap bahwa pada masa ini banyak muncul hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan seperti pada saat masa pacaran. Umumnya individu ini berharap, dengan berjalannya waktu akan membuat pasangannya saling mengerti dan memahami satu sama lain dan lebih mengetahui apa yang diharapkan dari perkawinan yang dijalani. Penelitian membuktikan bahwa kecenderungan seseorang untuk memaafkan memiliki korelasi baik secara positif maupun negatif terhadap sekumpulan luas variabel seperti personality traits. Sehubungan dengan korelasi terhadap personality traits, maka Mc.Cullough meneliti kaitannya dengan trait kepribadian di dalam Big Five Factors yang terdiri dari 5 buah dimensi, antara lain Neuroticism, Oppeness to Experience, Agreeableness, Extraversion, dan Conscientiousness. 31 Domain Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self- esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. Domain Opennes to Experience mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broad mindedness, dan a world of beauty. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama, kemudian skor openess yang rendah juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. Domain Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. 32 Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Domain Agreeableness dapat disebut juga social adaptibility atau likability yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan value survey, seseorang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu, forgiving, dan penyayang. Domain Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang. Seseorang yang conscientiousness memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang well-organize, tepat waktu, dan ambisius. Hasil penelitian membuktikan bahwa kecenderungan seseorang untuk memaaafkan memiliki korelasi yang cukup erat dengan dua buah dimensi Big Five, yaitu Neuroticism dan Agreeableness, dimana orang-orang yang lebih Agreeableness berhati lembut, suka menolong, simpatik terhadap orang lain dan memiliki tingkat emosi yang lebih stabil, lebih cenderung ingin memaafkan perbuatan menyakitkan yang pernah dilakukan orang lain terhadap mereka Mc.Cullough, 2001. Setiap orang memiliki setiap unsur yang ada di dalam tipe kepribadian lima faktor ini namun berbeda dalam hal maupun kadarnya. Orang yang tidak 33 mengasah dan menumbuhkembangkan tipe kepribadian lima faktor tersebut akan cenderung merasa sulit untuk memulai segala sesuatu. Hal inilah yang membuat tipe kepribadian lima faktor menjadi salah satu motivator penting yang berperan dalam diri manusia untuk berbuat atau melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, khususnya dalam kesiapan memaafkan. Forgiveness harus dipahami sebagai suatu hal yang terjadi di dalam korban, dan diantara dua orang korban dan pelaku. Adapun forgiveness menurut McCullough 1998 menyebutkan dua dimensi, yakni reduction in revenge dan reduction in aviodance. Dimensi revenge yakni ketika individu memliki motivasi yang lemah untuk membalas dendam. Adapun avoidance adalah ketika individu memilki motivasi yang lemah untuk menjauhi pelaku. Dengan adanya konflik- konflik yang sering terjadi pada pasangan menikah tersebut, pastinya pasangan tersebut akan diajarkan untuk bisa memaafkan pasangannya dalam setiap konflik yang terjadi jika kehidupan keluarganya akan tetap utuh. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berasumsi bahwa ada korelasi yang signifikan antara trait kepribadian lima faktor dengan forgiveness 34 Tabel 2.2 Ilustrasi Kerangka Berpikir dalam Bagan Kepribadian big five 35 • Extraversion : antusiasme yang tinggi, senang bergaul, energik, ambisius, ramah. • Agreeableness : ramah, selalu mengalah kepada orang lain, menghindari konflik. • Neuroticsm : mudah cemas, suka marah, depresi, dan kecenderungan emosional. • Openness : mudah toleransi, focus, pemikir, waspada pada berbagai perasaan. • Conscientiousness : well-organize, tepat waktu, ambisius, menunda kepuasan. Reduction in Revenge Reduction in Avoidance • Berkurangnya keinginan untuk berbalas dendam terhadap orang yang meny.kiti kita. • Berkurangnya keinginan untuk menghindari orang yang telah menyakiti kita. FORGIVENESS 36

2.4. Hipotesis