2.1.3. Pengukuran Asertif
Gambrill, E. Richey, C, 1975 dalam Assertion Inventory for Use in Assessment Research. Behavior Therapy, 6. 550-561 telah melakukan
penelitian dan membagi asertif menjadi beberapa dimensi yaitu : a. Identify Problem : berhubungan dengan tanggapan terhadap sesuatu
yaitu kesenangan atau ketidaksenangan terhadap sesuatu hal. b. Inner Dialogue : berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu.
c. Situational Analysis : yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan penolakan terhadap permintaan dari seseorang yang tidak sesuai.
d. Generate Possible Solutions : berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pendapat, pengekspreian perasaan
secara tepat, dan melakukan kritik secara tepat e. Evaluate Solutions: berhubungan dengan kemampuan untuk mengelola
dan menjaga emosi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain.
f. Action Planning : kemampuan membaca situasi yaitu dengan mengakhiri pembicaraan atau diskusi jika situasinya terlihat panas dan
membahasnya dilain waktu.
2.1.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Asertif.
Menurut Rathus dalam Fensterheim Baer, 1980 faktor yang mempengaruhi perkembangan asertif adalah:
1. Jenis kelamin, sejak kanak-kanak, peranan pendidikan laki-laki dan perempuan telah dibedakan di masyarakat. Sejak kecil telah dibiasakan
bahwa laki-laki harus tegas dan kompetitif. Masyarakat mengajarkan bahwa asertif kurang sesuai untuk anak perempuan. Oleh karena itu
tampak terlihat bahwa perempuan lebih bersikap pasif terutama terhadap hal-hal yang kurang berkenan dihatinya.
2. Kepribadian, proses komunikasi merupakan syarat utama dalam setiap interaksi. Interaksi akan lebih efektif apabila tiap orang mau terlibat dan
berperan aktif. Orang yang berperan aktif dalam proses komunikasi adalah mereka yang secara spontan mengutamakan buah pikirannya dan
menanggapi pendapat setiap pihak lain. Sifat spontan ini dapat dijumpai pada orang yang berkepribadian ekstravert. Orang yang berkepribadian
itu memiliki ciri-ciri mudah melakukan hubungan dengan orang lain, impulsif, cenderung agresif, sukar menahan diri, percaya diri, perhatian,
mudah berubah, bersikap gampangan, mudah gembira, dan banyak teman. Sebaliknya, orang yang berkepribadian intravest mempunyai ciri,
pendiam, gemar mawas diri, teman sedikit, cenderung membuat rencana
sebelum melakukan sesuatu, serius, maupun menahan diri terhadap ledakan-ledakan perasaan dan pengaruh prasangka terhadap orang lain.
3. Inteligensi, perilaku asertif juga dipengaruhi oleh kemampuan setiap orang untuk merumuskan dan mengungkapkan buah pikirannya secara jelas
sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh pihak lain sehingga proses komunikasi berlangsung dengan lancar.
4. Kebudayaan, segala hal yang berhubungan dengan sikap hidup dalam hal ini yaitu berperilaku asertif, adat istiadat dan kebudayaan pertama kali
dikenal melalui keluarga. Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan akan menjadi milik setiap individu dan membentuk
kepribadian tertentu melalui proses internalisasi, sosialisasi, dan pembudayaan. Dengan ketiga proses itu seseorang menamakan segala
perasaan, hasrat dan emosi dalam kepribadian untuk disesuaikan dengan sistem norma dan peraturan yang meningkat.
2.2. Kesepian