Unsur-unsur Dakwah Da’i

memberikan solusi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi tersebut. Dengan demikian seorang da’i harus benar-benar menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan agama baik masalah akidah, akhlak, fikih, muamalah dan lain sebagainya. Dan seorang da’i harus bisa menjadi teladan yang baik bagi umatnya dan menjadi contoh untuk menjdi seorang muslim yang lebih sempurna

2. Mad’u

Salah satu unsur penting lainnya adalah komponen dakwah adalah mad’u atau masyarakat yang akan didakwahi. Seorang da’i harus memahami masyarakat yang akan menerima dakwahnya. Hal ini berhubungan dengan kesesuaian materi dakwah yang akan disampaikan. Dalam masyarakat, yang tingkat pengetahuan agamanya cukup tinggi, tentu saja tidak sesuai jika masih diperkenalkan dengan pengantar pengetahuan ihwal iman dan takwa. Kesesuaian materi dengan tingkat pengetahuan dan kondisi psikologis masyarakat akan berakibat pada lancarnya proses dakwah tersebut. 14 Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagia individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama 14 Najamudin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008, hal.29 Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan mengikatkan kualitas iman, Islam dan Ikhsan. 15 Muhamad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu: a. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan. b. Golongan awam, yaitu orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi. c. Golongan yang bebeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam. 16

3. Materi Dakwah atau Pesan Dakwah

Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari komunikator kepada komunikan. Dan pesan dakwah merupakan unsur yang sangat menentukan dalam proses komunikasi, agar pesan dapat diterima dengan baik, maka pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. 17 Dalam hal nini penyampaian pesan-pesan dakwah harus pula sesuai dengan apa yang diinginkan oleh khalayak, karena hal tersebut sangat berpengaruh 15 M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, cet Ke-2, h. 23. 16 M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, cet Ke-2, h. 23-24. 17 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008, cet. Ke-1. hal. 8. pada penerimaan isi pesan-pesan yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u. Sedangkan dakwah pada hakikatnya adalah merupakan upaya untuk merubah suatu keadaan tertentu menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam. Untuk itu pesan dakwah adalah upaya yang memiliki tujuan mengubah keadaan orang lain kepada yang lebih baik menurut syariat Islam yang berisikan ajakan untuk beriman kepada Allah SWT. Menurut Toto Tasmaran pesan dakwah adalah sebuah pernyataan yang bersumber dari Al-Quran dan hadis baik yang tertulis maupun dengan pesan-pesan tersebut. 18 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pesan mengandung arti perintah, nasihat, amanat yang disampaikan orang lain. 19 Dengan demikian pesan dakwah adalah suatu pesan yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u dengan muatan materi yang berisikan tentang aqidah, syariah dan akhlak, sehingga dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Pesan dakwah harus disampaikan dengan keilmuan yang cukup, karena jika pesan yang disampaikan hanya dengan Ilmu yang minim maka makna yang disampaikan akan memiliki perbedaan makna, atau pergeseran makna. Dengan demikian materi yang disampaikan dapat menjerumuskan 18 Toto Tasmaran, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987, cet. Ke-1. hal. 43. 19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, cet. Ke-8. hal. 18