penerimanya, dan yang lebih membahayakan lagi apabila kebenaran atas kesalahan tersebut berkelanjutan sesuatu yang dianggap menjadi besar.
20
Adapun pesan-pesan dakwah di sini adalah pesan-pesan dari pada komunikasi yang bersumber dari Al-Quran sebagaimana firman-Nya: Qs.
Al-Ahzab: 39.
Artinya: Orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorangpun
selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.
Kandungan dari ayat di atas, yakni orang-orang yang menyampaikan risalah kepada umat mereka masing-masing sebagaimana
yang diperintahkan kepada mereka baik yang berkaitan dengan pernikahan atau selainnya, berat maupun ringan dan mereka hanya takut kepada Allah
SWT, sebab cukuplah Allah SWT sebagai pemberi balasan dan ganjaran yang sesuai.
21
Dengan demikian, pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u haruslah dikemas dengan cara menarik dan menggunakan
metode yang sesuai di mana dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual berarti mampu memecahkan masalah yang
kekinian dan tengah hangat dibicarakan masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual artinya relevan menyangkut problema
20
M. Qurai Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, volume 11, hal. 282.
21
M. Qurai Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, volume 11, hal. 283.
yang sedang dihadapi oleh mesyarakat. Karena dakwah bukanlah sebuah perjalanan yang mudah, banyak rintangan yang perlu dihadapi dari
berbagai kalangan termasuk kalangan Islam sendiri.
22
4. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi berdasarkan Al-Quran surat An-Nahl
ayat 125.
Artinya: serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.
23
Siti muriah dalam buku Metodelogi Dakwah Kontemporer menyebutkan bahwa metode dakwah arif untuk diterapkan ada tiga macam
yaitu: bil hikmah, maudzah al- hasanah, dan mujadalah. a. Al- Hikmah
Kata Al- Hikmah mempunyai banyak pengertian, pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahasa maupun pakar Al-Quran, tidak hanya
mencangkup pemaknaan mashadaq ekstensi nya, sehingga pemaknaan menjadi lebih luas dan bervariasi. Dalam beberapa kamus, kata Al- Hikmah
diartikan: al-adl keadilan, al-hilm kesabaran dan ketabahan, an-
22
Wardi Bacht iar, M et odelogi Penelit ian Ilmu Dakw ah, Jakart a: Logos, 1997, cet ke-1. hal. 33
23
Siti Uswatun Hasanah, Berdakwah dengan Jalan Debat antara Muslim dan Non Muslim, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007, cet ke-1. hal. 31.
nubuwah kenabian, al-ilm pengetahuan, Al-Quran, falsafah, kebijakan, pemikiran atau pendapat yang baik, al-haqq kebenaran, meletakan
sesuatu pada tempatnya, kebenaran sesuatu, mengetahui sesuatu, yang paling utama dengan ilmu yang paling utama.
24
Dari beberapa pemaknaan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dakwah bil-hikmah pada intinya merupakan seruan atau ajakan
dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil penuh kesabaran dan ketabahan sesuai dengan risalah an-nubuwah dan ajaran
Al-Quran atau wahyu Illahi. Dengan demikian, terungkaplah apa yang seharusnya secara al-haqq benar dan terposisikannya sesuatu secara
professional. b. Mauidzah Al-Hasanah
Mauidzah al-hasanah sering diartikan sebagai nasihat yang baik. Maksudnya, memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik,
berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik dapat mengubah hati, agar nasihat tersebut dapat diterima, berkenan hati, enak
didengar, menyentuh perasaan, dan lurus pikiran. Mauidzah al-hasanah menurut beberapa ahli bahasa dan pakar tafsir
memberikan pengertian sebagai berikut:
25
1. Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari perbuatan yang jelek melaui tahrib dan targhib dorongan dan motivasi, petunjuk, penjelasan,
24
Asep Muhidin, dkk, Metode Pengembangan Dakwah Bandung: pustaka setia.2002, h. 79.
25
Asep Muhidin, dkk, Metode Pengembangan Dakwah Bandung: pustaka setia.2002, h. 79.
keterangan, gaya bahasa, peringatan, penuturan, contoh teladan, pengarahan, dan pencegahan dengan cara halus
2. Pelajaran, keterangan, penuturan, peringatan, pengarahan dengan gaya bahasa yang mengesankan, peringatan atau menyentuh dan terpatri dalam
nurani. 3. Simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang
memuaskan melalui al-qaul al- rafiq ucapan lembut dan ucapan penuh kasih sayang.
4. Nasihat, bimbingan dan arahan untuk kemaslahatan. Dilakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif, mudah dicerna,
dan terkesan di hati sanubari mad’u dan lain-lain. Dengan demikian, dakwah melalui mauidzah al-hasanah jauh dari
sikap egois, agitasi emosional, dan apologi. Prinsip-prinsip metode ini diarahkan terhadap mad’u yang kapasitas intelektual dan pemikiran serta
pengalaman spiritualnya tergolong kelompok awam. Dalam hal ini, peranan da’i atau juru dakwah adalah sebagai pembimbing, teman dekat yang setia,
yang menyayangi, dan memberikan segala hal yang bermanfaat serta membahagiakan mad’u-nya.
c. Mujadalah Mujadalah secara etimologi adalah lafadz yang terambil dari kata
“jadalah” yang bermakna meminta. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa’ala, yufaa’ilu, mufaa’alatan “jadala” dapat
bermakna berdebat dan “mujadalah” adalah “perdebatan”.