xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Krisis gobal yang kini tengah melanda dunia, tak terkecuali Indonesia jelas mengingatkan kita pada krisis yang pernah dialami Indonesia pada tahun
1997. Krisis tersebut seakan menorehkan tinta hitam pada sejarah perekonomian Indonesia, karena pada dasarnya krisis saat itu mempunyai
dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satu dari dampak tersebut adalah terjadinya depresiasi mata uang rupiah dan penurunan
harga-harga saham. Hal ini dikarenakan kesanksian para investor, baik lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya ke perusahaan-perusahaan yang
berada di dalam negeri, mengingat tak ada jaminan yang cukup memadai tentang kelangsungan hidup going concern dan kesehatan perusahaan secara
signifikan untuk menghadapi kondisi perekonomian Indonesia yang saat itu sedang carut-marut.
Peranan pemerintah dalam hal ini sangatlah dibutuhkan. Kebijakan- kebijakan pemerintah yang tepat, cepat, dan efektif diharapkan mampu
membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi ini, baik itu kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter. Kondisi yang serba tak jelas seperti ini dengan
perekonomian yang hanya bergantung pada kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah jelas membuat posisi perusahaan kian tertekan dan
xvi berada dalam ketidakpastian, karena banyaknya hal yang berada diluar kendali
manajemen perusahaan. Hal ini membuat manajemen perusahaan harus bekerja lebih keras lagi agar mampu keluar dari kemelut krisis ini dan tak
hanya “duduk tenang berdiam diri” tanpa memikirkan rencana dan strategi yang dianggap ampuh guna mengatasi masalah ini, jika tidak maka
perusahaan akan “habis termakan” oleh kondisi krisis ini, seperti yang terjadi pada kebanyakan perusahaan di Indonesia saat itu.
Kejadian ini jelas akan membuat kekhawatiran investor kian memuncak. Kekhawatiran ini dianggap cukup beralasan, mengingat dengan kondisi krisis
saat itu, selain dari kondisi ekonomi yang akan terus berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari perusahaan, dalam menarik minat investor untuk
berinvestasi, memungkinkan bagi pihak manajemen perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan dengan banyak indikasi kecurangan yang
dirancang tanpa diketahui oleh pihak eksternal. Pada dasarnya kecurangan pelaporan keuangan sering digunakan oleh
perusahaan yang mengalami krisis financial dan termotivasi oleh kesempatan yang salah arah. Kecurangan pelaporan keuangan ini sangat merugikan publik
yang sangat menggantungkan keputusan ekonominya dari informasi pelaporan keuangan. Oleh karena itu, informasi keuangan yang relevan dan bersih dari
fraud , akan dapat melahirkan keputusan ekonomi yang tepat bagi pihak ketiga.
Sebaliknya informasi yang mengandung kecurangan akan sangat menyesatkan dalam proses pengambilan keputusan.
xvii Berdasarkan penelitian Kautsar R Salman 2002, untuk mendeteksi
kecurangan pada pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan. Activity ratio digunakan untuk menggambarkan aktivitas
yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya dapat mengindentifikasi
kemampuan dalam penggunaan aset perusahaan memberikan motivasi bagi manajer untuk terlibat dalam kecurangan pelaporan keuangan. Growth ratio
digunakan untuk menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ketahun memberikan peluang bagi manajer dalam
melakukan salah saji laporan keuangan untuk menjaga tampilan pertumbuhan pos-pos laporan keuangan agar tetap dianggap konsisten dengan pertumbuhan
masa lalunya. Liquidity ratio digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya pada tingkat
yang rendah, mendorong manajer untuk melibatkan dirinya dalam suatu kecurangan pelaporan keuangan.
Akibat yang ditimbulkan dari kecurangan itu adalah perusahaan akan menderita kerugian yang tidak sedikit, bahkan dalam beberapa kasus
perusahaan harus rela melikuidasikan dirinya akibat kecurangan yang dilakukan oleh jajaran pimpinan maupun karyawannya. Kondisi financial
distress kondisi sebelum terjadinya kebangkrutan seperti ini pastilah menjadi
“mimpi buruk” bukan hanya bagi civitas perusahaan tersebut, tetapi juga bagi
xviii kreditur maupun investor yang telah menanamkan dananya pada perusahaan
tersebut. Dalam hal ini, rasio keuangan juga dapat digunakan untuk memprediksi
kondisi seperti itu. Penelitian ini dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi 2003, yang menguraikan bahwa rasio keuangan
merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi financial distress.
Menurut Foster 1986, masih dalam penelitian Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristiadji 2003, menyatakan empat hal yang
mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan, yaitu: untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar
waktu, untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan, untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio
keuangan, dan untuk mengakaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu seperti kebangkrutan atau financial
distress . Dalam penelitian tersebut menggunakan rasio-rasio seperti, rasio
profit margin, rasio financial leverage, rasio likuiditas, dan rasio pertumbuhan. Rasio tersebut dianggap sebagai rasio dominan yang dapat
digunakan untuk mengprediksi financial distress. Melihat penjelasan diatas, baik dalam memprediksi kecurangan pelaporan
keuangan maupun financial distress dibutuhkan analisis atas laporan keuangan yang berupa rasio keuangan. Analisis rasio keuangan ini dianggap mampu
dalam membantu para pemakai laporan keuangan untuk mendapatkan
xix informasi yang lebih berkualitas dalam pengambilan keputusan investasi dan
ekonominya. Sebelum mengambil keputusan investasi ataupun ekonomi tersebut,
haruslah dilakukan analisis terlebih dahulu. Kegiatan analisis ini dapat dilakukan salah satunya dengan media laporan keuangan, mengingat analisis
laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, lebih baik, akurat, dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam menganalisa Laporan Keuangan bukanlah perkara yang mudah,
namun butuh pengetahuan yang cukup memadai dan kepekaan terhadap kondisi ekonomi yang terjadi. Dalam hal ini dibutuhkan pihak independen
yang tak hanya mampu untuk menganalisa laporan keuangan, tetapi juga mampu untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang kesehatan dan
kelangsungan hidup going concern dari perusahaan-perusahaan tersebut kepada para investor.
Pihak independen yang dimaksud adalah auditor yang dapat bekerja secara profesional dengan mengedepankan sikap integritas yang tinggi.
Diharapkan dengan adanya auditor independen ini, dapat meminimalisir bahkan menghilangkan kekhawatiran pihak investor dengan penilaian yang
diberikan oleh auditor independen tersebut dengan memberikan keyakinan yang memadai atas kesehatan perusahaan.
xx Penilaian yang diberikan auditor independen tersebut merupakan opini
going concern yang disajikan sebagai bagian dari opini audit sebagai bahasa
penjelasan atas audit yang telah dilakukan. Opini ini merupakan hasil dari evaluasi yang telah dilakukan oleh auditor atas kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit.
Setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan besar entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus mempertimbangkan rencana manajemen
dalam mengenai dampak merugikan dari kondisi dan peristiwa tersebut. Berdasarkan penelitian Agrianti Komalasari A 2004, rasio keuangan
yang diwakili dengan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas mempengaruhi auditor dalam memberikan opini going concern. Opini going concern yang
diberikan oleh auditor independen ini dapat dijadikan acuan bagi para investor untuk mengambil keputusan tentang apakah investasi dapat dilakukan atau
tidak, walaupun auditor tidak bertanggungjawab dalam memprediksikan kebangkrutan perusahaan, karena opini going concern yang dikeluarkan
auditor bukanlah merupakan prediksi akan terjadinya kegagalan usaha entitas. Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Agrianti Komalasari A 2004. Adapun perbedaan antara penilitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian sebelumnya,
xxi studi empiris pada semua industri yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
kecuali Industri Perbankan. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan industri Restaurant, Hotel, and Tourism. Tahun yang digunakan pada
penelitian sebelumnya, yaitu tahun 1999 sampai dengan tahun 2003. Pada penelitian ini, tahun yang digunakan adalah tahun 2002 sampai dengan tahun
2007. Pada penelitian ini memasukkan Debt to Equity Ratio sebagai indikator
dalam mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka panjang dan komposisi struktur pendanaannya. Pada penelitian sebelumnya,
untuk mengukur profitabilitas perusahaan, digunakan rasio Return on Assets, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan Return on Equity, karena
penulis ingin mengukur tingkat profitabilitas perusahaan dari segi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku
para pemegang saham. Sehingga rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kelangsungan hidup suatu perusahaan, adalah
Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio.
Variabel kualitas auditor yang terdapat pada penelitian sebelumnya tidak digunakan pada penelitian ini, karena hasil dari pengaruh kualitas auditor
terhadap pemberian opini going concern menunjukkan arah yang negatif, dengan kata lain tidak berpengaruh dan sampai saat ini memang tidak adanya
teori yang menyebutkan bahwa kualitas auditor mempengaruhi kinerja seorang auditor, termasuk pemberian opini going concern. Analisis data yang
xxii digunakan dalam penelitian ini menggunakan Metode Probit, sedangkan
dalam penelitian sebelumnya menggunakan logistic regression. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan mencoba melakukan
penelitian yang sekaligus merupakan judul penelitian ini, yaitu : “Analisis Probabilitas Emiten Memperoleh Opini Going Concern Berdasarkan
Pertimbangan Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio”.
B. Perumusan Masalah