a.  Dada  bertambah  luas.  Hal  ini  terjadi  semasa  pertumbuhan,  tetapi tidak pada masa dewasa.
b.  Jumlah  pernafasan  permenit  berkurang.  Orang  terlatih  bernafas  6 sampai 8 kali permenit, sedangkan pada orang  yang tidak terlatih
sebanyak 18 sampai 20 kali permenit. c.  Pernafasan lebih dalam dengan diafragma. Pada orang yang tidak
terlatih diafragma bergerak sedikit sekali. d.  Dalam  mengerjakan  pekerjaan  yang  sama,  individu  yang  terlatih
menghirup  udara  dalam  jumlah  yang  lebih  kecil,  dan  mengambil oksigen  lebih  besar  dari  pada  individu  yang  tidak  terlatih.  Ada
keyakinan  bahwa  peningkatan  jumlah  kapiler  dalam  paru-paru, menyebabkan jumlah darah yang berhubungan dengan udara lebih
besar yang mengakibatkan ekonomi dalam pernafasan. 6.  Pengaruh latihan terhadap sistem otot.
Beberapa  keuntungan  dari  akibat  latihan  terhadap  otot-otot diantaranya adalah :
a.  Sarkoma dari serabut otot menjadi lebih tebal dan kuat. b.  Ukuran otot bertambah.
c.  Kekuatan otot meningkat. d.  Daya tahan otot meningkat.
e.  Terjadi penambahan jumlah kapiler. Hal ini ini menyebabkan peredaran darah  ke otot lebih baik
2.3. Fisiologi Olahraga
Ilmu  faal  olahraga  adalah  ilmu  yang  mempelajari  tubuh  manusia  dan bagian-bagiannya  pada  waktu  olahraga.  Faal  olahraga  sebagai  ilmu  amalan
Applied Science merupakan dasar dari ilmu kedokteran olahraga. Definisi ilmu kedokteran  olahraga
menurut  A.  Venerando  1975  adalah  “Aplikasi  ilmu kedokteran pada olahraga dan  aktivitas  fisik umumnya, agar didapat keuntungan
segi preventif
dan kemungkinan
terapoetis dari
berolahraga untuk
mempertahankan  keadaan  sehat  dan  menghindari  setiap  keadaan  yang berhubungan dengan kelebihan atau kekurangan latiha
n fisik”. Karhiwikarta, W. 1978
Fisiologi  Olahraga  adalah  studi  mengenai  perubahan –  perubahan
fungsional  yang  timbul  sebagai  respon  terhadap  satu  kali  sesi  olahraga  serta adaptasi yang terjadi karena olahraga yang teratur dan berulang. Olahraga mula
– mula  menganggu  homeostasis.  Perubahan
–  perubahan  yang  terjadi  sebagai respon terhadap olahraga adalah usaha tubuh untuk memenuhi tantangan terhadap
homeostasis  akibat  peningkatan  beban  yang  terjadi  pada  tubuh.  Sherwood, lauralee. 2001
Dalam  melakukan  kerja  fisik  secara  fisiologis,  dikenal  3  jenis  sistem penghasil energi: Guyton et.al.1996
1.  Sistem fosfagen Sistem  fosfagen  menghasilkan  energi  yang  cepat  dan  bertahan  dalam  waktu
singkat.  Energi  yang  dihasilkan  dari  sistem  ini  hanya  untuk  aktivitas  fisik  yang singkat. Contoh aktivitas yang menggunakan sistem energi ini adalah melompat.
2.  Sistem glikogen-laktat Sistem  energi  glikogen-asam  laktat  menghasilkan  energi  dalam  waktu  sedang,
setengah  lebih  lambat  dari  sistem  fosfagen.  Energi  dari  sistem  glikogen  laktat contohnya digunakan pada aktivitas lari cepat 100 m.
3.  Sistem aerobik Sistem  aerobik  berkaitan  dengan  oksidasi  dari  bahan  makanan  di  dalam
mitokondria untuk menghasilkan energi dalam jumlah paling besar namun dalam waktu yang lebih lama, contohnya pada lari marathon.
Sumber energi kontraksi otot adalah  hidrolisis Adenosin TriPosfat ATP yang  berasal  dari  metabolisme  karbohidrat,  lemak  dan  protein.  Tetapi  dalam
olahraga  zat  nutrisi  utama  untuk  energi  adalah  karbohidrat  dan  lemak.  ATP dihasilkan  melalui  2  mekanisme  utama,  yaitu  metabolisme  aerobik  dan
metabolisme  anaerobik.  Metabolisme  aerobik  berarti  yang  memerlukan  O
2
. Metabolisme  aerobik  paling  efisien  dan  merupakan  sistem  produksi  utama,
diaktifkan  oleh  aktivitas  fisik  dengan  intensitas  rendah  dan  berlangsung  lama. Metabolisme anaerobik yang tidak memerlukan O
2
biasanya terjadi pada keadaan yang  memerlukan  energi  dalam  waktu  cepat  seperti  angkat  beban  dan  lari  100
meter.  Metabolisme  ini  kurang  efisien  dibanding  aerobik  dan  terjadi  jika  tidak tersedia  O
2
yang  cukup  di  jaringan  saat  latihan  fisik.  Energi  dari  hidrolisis  ATP
menjadi ADP digunakan untuk kerja mekanik, resintesis pospokreatin dan sisanya sebagai panas. Guyton et.al.1996
Efek  utama  dari  latihan  jasmani  ialah  bukan  berbentuk  anatomis  akan tetapi  fisiologis  yaitu  :  latihan  jasmani  akan  memperbaiki  kebutuhan  dan
penggunaan  oksigen  oleh  jantung.  Faktor  penentu  dalam  konsumsi  oksigen  oleh otot  jantung  ialah  tekanan  dalam  jantung  selama  kontraksi  sistole.  Sewaktu
tekanan  menaik,  konsumsi  oksigen  ikut  menaik  pula.  Tekanan  intramiokardial atau tekanan dinding ventrikel sama besar dengan tekanan darah sistolik dikalikan
dengan radius dari jantung atau dengan kata-kata lain sama besar dengan tekanan darah dikalikan dengan besar jantung. Kecepatan denyut jantung dan pemendekan
maksimal  dari  serat-serat  miokardium  mempengaruhi  juga  kebutuhan  akan oksigen. Konsumsi oksigen oleh otot jantung tergantung dari interaksi dari faktor-
faktor  yang  disebut  di  atas.  Dengan  kata-kata  lain,  betapa  keras  jantung  bekerja tergantung dari cardiac output dan tekanan darah dalam arteri. Bila tekanan dalam
arteri meningkat, jantung harus bekerja lebih keras untuk mencapai cardiac output yang  sama  besar.  Oleh  karena  itu  kebutuhan  akan  oksigen  meningkat  pula.
Konsumsi  oksigen  oleh  otot  jantung  dapat  dihitung  secara  mudah  dengan mengalikan  denyut  nadi  dan  tekanan  darah  sistolik.  Latihan  jasmani  yang
berakibat  penurunan  kecepatan  denyut  jantung  dan  tekanan  darah  sistolik,  akan menurunkan  angka  hasil  perkalian  ini.  Sebagai  akibat, otot  jantung  yang  terlatih
membutuhkan  lebih  sedikit  oksigen  untuk  sesuatu  beban  tertentu  dan membutuhkan  jumlah  oksigen  yang  kurang  pula  untuk  pekerjaan  fisik  atau
aktivitas. Guyton et.al.1996 Kecepatan  denyut  jantung  adalah  salah  satu  faktor  yang  paling  mudah
dipantau  yang  memperlihatkan  baik  respon  segera  terhadap  olahraga  maupun adaptasi  jangka  panjang  terhadap  program  olahraga  teratur.  Sewaktu  seseorang
mulai  melakukan  gerakan  badan,  sel –  sel  otot  yang  aktif  menggunakan  lebih
banyak  oksigen  untuk  menunjang  peningkatan  energi  mereka.  Kecepatan  denyut jantung  meningkat  untuk  menyalurkan  lebih  banyak  darah  beroksigen  ke  otot.
Jantung  beradaptasi  terhadap  olahraga  teratur  dengan  intensitas  dan  durasi  yang cukup,  dengan  meningkatkan  kekuatan  dan  efisiensinya,  sehingga  ia  dapat
memompa lebih banyak darah perdenyutnya Peningkatan kemampuan memompa
itu menyebabkan jantung tidak perlu berdenyut lebih cepat untuk memompa darah dalam  jumlah  tertentu  seperti  sewaktu  sebelum  olahraga  teratur.  Lauralee
Sherwood, 2001 Peranan utama sistem sirkulasi kardiovaskuler dalam latihan fisik adalah
meningkatkan  cardiac  output.  Peningkatan  ini  bertujuan  untuk  meningkatkan suplai O
2
dan zat nutrisi ke sel otot serta membawa CO
2
dan sisa metabolisme lain dari  jaringan  otot.  Selain  itu  sistem  sirkulasi  juga  mengangkut  hormon-hormon
untuk  mengatur  keseimbangan  osmotik  cairan  tubuh,  keseimbangan  asam  basa dan pengaturan panas. Irfannuddin, 1999
Latihan fisik meningkatkan sistem ventilasi pulmonal sampai 20 kali lipat. Pada  orang  yang  tidak  terlatih  peningkatan  ventilasi  sampai  100  litermenit  dan
yang  terlatih  meningkat  sampai  120  litermenit  dibanding  saat  istirahat  yang hanya  6  litermenit.  Peningkatan  CO
2
dan  penurunan  kadar  O
2
dalam  darah menyebabkan  tubuh  berkompensasi  agar  komposisi  zat  di  dalam  darah  tetap
dipertahankan dalam keadaan normal. Irfannuddin, 1999
Latihan fisik akan menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan fungsi otot, terutama  otot  pernapasan  menyebabkan  pernapasan  lebih  efisien  pada  saat
istirahat.  Ventilasi  paru  pada  orang  yang  terlatih  dan  tidak  terlatih  relative  sama
besar,  tetapi  orang  yang  berlatih  bernapas  lebih  lambat  dan  lebih  dalam.  Hal  ini menyebabkan  oksigen  yang  diperlukan  untuk  kerja  otot  pada  proses  ventilasi
berkurang,  sehingga  dengan  jumlah  oksigen  sama,  otot  yang  terlatih  akan  lebih efektif kerjanya. Pada orang yang dilatih selama beberapa bulan terjadi perbaikan
pengaturan  pernapasan.  Perbaikan  ini  terjadi  karena  menurunnya  kadar  asam laktat  darah,  yang  seimbang  dengan  pengurangan  penggunaan  oksigen  oleh
jaringan tubuh. Latihan fisik akan mempengaruhi organ sedemikian rupa sehingga kerja organ lebih efisien dan kapasitas kerja maksimum yang dicapai lebih besar.
Faktor  yang  paling  penting  dalam  perbaikan  kemampuan  pernapasan  untuk mencapai tingkat optimal adalah kesanggupan untuk meningkatkan capillary bed
yang aktif, sehingga jumlah darah yang mengalir di paru lebih banyak, dan darah yang  berikatan dengan oksigen  juga  akan  meningkat. Peningkatan  ini  digunakan
untuk  memenuhi  kebutuhan  jaringan  terhadap  oksigen.  Yunus,  F.  1997 Penurunan  fungsi  paru  orang  yang  tidak  berolahraga  atau  usia  tua  terutama
disebabkan  oleh  hilangnya  elastisitas  paru-paru  dan  otot  dinding  dada.  Hal  ini menyebabkan  penurunan  nilai  kapasitas  vital  dan  nila  forced  expiratory  volume,
serta meningkatkan volume residual paru. Wilmore, J. Costill, D. 1994 Pada  waktu  aktivitas  fisik  diperlukan  tambahan  oksigen  dan  nutrisi  yang
adekuat.  Agar  tambahan  oksigen  dan  nutrisi  dapat  terpenuhi  diperlukan  aliran darah  yang  cukup.  Sebagai  reaksi  terhadap  gerakan  dan  kerja  terjadi  perubahan
pengambilan  oksigen  oleh  tubuh  yang  melibatkan  penambahan  fungsi  paru-paru dan curah  jantung  serta peningkatan  jumlah oksigen  yang diambil oleh  jaringan.
Guyton  et.al.1996  Kemampuan  kerja  yang  terkuat  dibatasi  oleh  jumlah maksimal  O2  yang  dapat  dihantarkan  dari  paru-paru  ke  otot VO
2max
.  Astrand. 1970  VO
2  max
erat  hubungannya  dengan  sistem  transportasi  oksigen.  Kenaikan VO
2  max
disebabkan  oleh  kenaikan  isi  sekuncup  serta  bertambahnya  densitas kapiler  otot  rangka  yang  cenderung  meningkatkan  ekstraksi  oksigen  dari  darah
oleh  otot  rangka.  Adriskanda,  B.  Yunus,  F.  Setiawan,  B.  1997.  Dari  penelitian Budhy  Adriskanda,  Faisal  Yunus  dan  Budiman  Setiawan  tahun  1997,  diketahui
bahwa  nilai  VO
2  max
pada  pria  Indonesia  dengan  menggunakan  alat  ergonometer sepeda  dengan  teknik  pengukuran  Astrand  sebesar  39,4  mlKgBBmenit,
sedangkan  pada  pria  Indonesia  yang  terlatih  sebesar  50,8  mlKgBBmenit.  VO2 max  tertinggi  dijumpai  pada  atlet-atlet  yang  berkompetisi  dan  berlatih  dengan
latihan-latihan endurans. Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. 1997
2.4. Upaya Pemeliharaan dan Peningkatan Kesegaran Jasmani