Gambaran kebiasaan berolah raga terhadap daya tahan kardiorespirasi pada siswa-siswa SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat Banten Tahun 2009

(1)

PADA SISWA-SISWI SMU TRIGUNA UTAMA

KAMPUNG UTAN CIPUTAT BANTEN TAHUN 2009

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN (SKed)

OLEH :

Husna Lathiifa

NIM : 105103003412

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M


(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya penelitian ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 November 2009


(3)

iii

GAMBARAN KEBIASAAN BEROLAHRA TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA SISWA-SISWI SMU TRIGUNA UTAMA

KAMPUNG UTAN CIPUTAT TAHUN 2009

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh Husna Lathiifa

NIM : 105103003412

Pembimbing Penelitian

dr. Muniroh

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M


(4)

iv

Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN KEBIASAAN BEROLAHRA TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA SISWA-SISWI SMU TRIGUNA UTAMA KAMPUNG UTAN CIPUTAT TAHUN 2009 yang diajukan oleh Husna Lathiifa (NIM: 105103003412), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 10 November 2009. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 10 November 2009

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing Penguji

dr. Nurul Hiedayati, PhD dr. Muniroh dr. Nurul Hiedayati, PhD

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN


(5)

v

هت اك رب و ه ا ةمحرو كي ع اسلا

Segala puji saya panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat kasih sayang, kenikmatan, dan kemudahan yang begitu besar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, dengan kasih sayangnya terhadap hamba Allah juga makhluk lainnya yang tiada pernah pudar. Atas nikmat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Gambaran Kebiasaan Berolahraga Terhadap Daya Tahan Kardiorespirasi Pada Siswa-Siswi SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat Banten Tahun 2009

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada pihak yang membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan penelitian ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan, saya sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua tersayang Fatchul Umam dan Yulianti Amiina yang telah memberikan dukungan yang luar biasa berupa moril, materil serta waktu. Dan tak pernah lelah selalu mendoakan anaknya ini. Jazakumullah khairan

katsiiran…

2. Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.

3. Dr.dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter.

4. dr. Muniroh selaku dosen pembimbing penelitian yang dengan kesabarannya telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan dorongan moril kepada penulis selama membuat laporan penelitian ini.


(6)

vi

6. Untuk saudaraku Fathi Nashrullah, Shofia Aniisa dan Nur Af’ida Fauzia yang telah memberikan semangat serta doanya dari awal hingga akhir penelitian ini.

7. Untuk teman seperjuangan dalam penelitian ini Sarah Fatimah, yang telah berbagi pikiran, waktu, suka dan duka dalam pelaksanaan penelitian ini.

Arigato gozaimasta….

8. Untuk sahabat-sahabatku di Pendidikan Dokter khususnya Mustika Anggiane Putri, Eka Evia Rahmawati, Kholidatul Husna, Nintya Zeina Dini, Suci Sri Rahayu, Arum Widi Sarastuti, Aya Sophia, Nita Nuraniisa, Elvira Kamarrow Putri dan Ines Camilla Putri. Terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini.

9. Untuk Doni Alfa Edison, Tomo (Farmasi ‘05) dan Tibi (keperawatan ‘05), terima kasih atas bantuannya dalam penelitian ini.

10. Serta kepada semua pihak yang membantu penulis dan tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.

هت اك رب و ه ا ةمحرو كي ع اسل ا و

Jakarta, 10 November 2009


(7)

vii Ciputat Banten. Penelitian, 2009.

ABSTRAK

Daya tahan kardiorespirasi atau aerobic capacity merupakan komponen terpenting dari kesegaran jasmani. Penelitian Dr. Brotz telah menuliskan pada tahun 1983 dalam journal of AmericanMedical Association bahwa tidak ada obat yang bisa digunakan sekarang atau masa depan yang memberikan dan mempertahankan kesehatan yang lebih baik dari pada kebiasaan yang senantiasa berolahraga. Banyak penelitian mengenai efek latihan olahraga pada usia muda. Dari penelitian Allewison dan Andrews 1976, sepertiga hari sekolah dicurahkan pada pendidikan jasmani. Hasilnya secara dramatis terlihat sebagai anak yang kuat, badan yang sehat dan cenderung memiliki kemampuan akademik yang baik.

Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran daya tahan kardiorespirasi terhadap kebiasaan olahraga pada siswa-siswi SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif. Penelitian dilakukan di SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat. Populasi adalah seluruh siswa-siswi kelas 2 dan 3 di SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat. Sampel dari penelitian ini adalah 103 orang. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani dilakukan dengan Harvard Step Test. Pengukuran kebiasaan berolahraga dihasilkan dari pengisian kuesioner.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi terdapat kategori sedang sebanyak 36 orang (34%), kategori kurang sekali sebanyak 27 orang (26%), kategori baik sebanyak 21 orang (20%), kategori baik sekali sebanyak 13 orang (12%) dan kategori kurang sebanyak 8 orang (8%).

Dilihat dari faktor kebiasaan olahraga terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi didaptkan hasil berupa frekuensi olahraga sebanyak 3-5 kali


(8)

viii

tidak melakukan olahraga 5% menunjukkan kriteria kurang dan kurang sekali.

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kebiasaan olahraga yang baik sebagian besar mempunyai daya tahan kardiorespirasi yang baik. Sedangkan bagi yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga dengan baik dan tidak mempunyai kebiasaan olahraga sebagian besar mempunyai daya tahan kardiorespirasi yang kurang.


(9)

ix Utan Ciputat. Research, 2009.

ABSTRACT

Cardiorespiratory endurance or an aerobic capacity is the very important component of physical fitness. The research of Dr. Brotz, published in Journal of American Medical Association 1983, stated there is no medicine nowadays and will be no medicine in the future that can give better endurance than regular sport habit. There are researches regarding effects of sports performed during young ages, such as done by Allewison and Andrews 1976, that one third of school days used for sports will dramatically create strong and healthy students, which gain good academic result.

The purpose of this research is to describe of cardiorespiratory endurance against the sports that exercised by the students of SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat.

This research is the descriptive type research. It has been done in SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat. The research object is all students of class 2 and 3 of this school (103 students). The measurement of the degree of physical fitness is using Harvard Step Test. And the measurement of the regularity of scheduled sport done by questionaire.

The degree of endurance of cardiorespiration as the outcome of this research is as follows: Very bad 27 students (26%), Bad 8 student (8%), Adequate 36 students (34%), Good 21 students (20%) and Very Good 13 students (12%).

Based on the physical exercise habit against the endurance of cardiorespiration, the outcome is as the sport frequency interval of 3 – 5 times per week with the elapsed time < 30 minutes yeilds 2% very good, with the elapsed


(10)

x

From this research study can be concluded that the regular physical exercise habit can yield good endurance of cardio respiration. Those who does not have regular physical exercise habit can yield bad endurance cardio respiration.


(11)

x

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Kesegaran jasmani ... 4

2.2. Daya Tahan Kardiorespirasi dan Kapasitas Aerobik ... 6

2.3. Fisiologi Olahraga ... 11

2.4. Upaya Pemeliharaan dan Peningkatan Kesegaran Jasmani ... 15

2.5. Jenis-jenis tes daya tahan kardiorespirasi ... 16

KERANGKA KONSEPTUAL ... 19


(12)

xi

3.2. Jenis Penelitian ... 20

3.3. Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel ... 20

3.4. Variabel Penelitian ... 21

3.5. Pengumpulan data ... 22

3.6. Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Karakteristik subyek ... 25

4.2. Pengukuran kebiasaan olahraga ... 25

4.3. Tingkat daya tahan kardiorespirasi ... 27

4.4. Pengukuran hasil kebiasaan olahraga terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi ... 29

4.5. Tingkat daya tahan kardiorespirasi berdasarkan jenis kelamin ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38


(13)

xii

Tabel.3-1. Penilaian tingkat daya tahan kardiorespirasi……… 22 Tabel.3-2 Penilaian Harvard step tes dengan waktu < 5 menit………… 24 Tabel.4–1 Karakteristik subjek……….. 25 Tabel.4–2 Jumlah siswa yang melakukan olahraga 3 bulan terakhir……. 27 Tabel.4-3 Jumlah frekuensi dan lama olahraga………. 28 Tabel.4-4 Distribusi Frekuensi Tingkat daya tahan kardiorespirasi

siswa-siswi SMU Triguna Utama Kp.Utan

Ciputat tahun 2009……… 28

Tabel.4-5 Distribusi frekuensi dan lama olahraga < 30 menit terhadap tingkat daya tahan

kardiorespirasi……….…….. 29

Tabel.4-6 Distribusi frekuensi dan lama olahraga > 30 menit terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi………..……. 30 Tabel.4-7 Distribusi frekuensi tidak melakukan olahraga terhadap

tingkat daya tahan kardiorespirasi………. 30 Tabel.4-8 Distribusi frekuensi dan lama olahraga terhadap tingkat

daya tahan kardiorespirasi……….………….…… 31 Tabel.4-9 Tingkat daya tahan kardiorespirasi berdasarkan


(14)

xiii

Gambar.1. Karakteristik subjek……….. 26 Gambar.2. Distribusi Frekuensi Tingkat daya tahan kardiorespirasi

siswa-siswi SMU Triguna Utama Kp.Utan

Ciputat tahun 2009………. 28

Gambar.3. Distribusi frekuensi tidak melakukan olahraga terhadap

tingkat daya tahan kardiorespirasi………..……… 32 Gambar.4. Tingkat daya tahan kardiorespirasi berdasarkan


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif dan ekonomis. (Ichsan, 1988)

Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. (Yaswir Yasrin, 1996) Manusia yang sehat dan memiliki tingkat kesegaran yang baik akan mampu berprestasi dalam pekerjaan sehingga tingkat produktivitas akan meningkat. (Julianty Pradono, 1999)

Pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas adalah remaja sebagai generasi penerus bangsa. Mereka dituntut untuk memiliki tingkat kesegaran jasmani yang optimal, agar mampu berprestasi baik dalam pelajaran maupun pekerjaan. Gaya hidup remaja biasanya melibatkan perilaku berisiko antara lain merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat terlarang yang dapat menurunkan kesegaran jasmani. Berbagai penelitian melaporkan bahwa kesegaran jasmani terutama daya tahan kardiorespirasi pada sebagian besar pegawai negeri, pegawai swasta dan kelompok usia produktif 30-39 tahun, dan pelajar SLTA di Jakarta dalam kondisi kurang. (Arma Abdullah, 1994)

Hasil penelitian survey kesegaran jasmani pada usia kerja yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1993 yaitu 92,4% termasuk kategori kurang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pradono tahun 1998 pada usia 20-39 tahun warga Kebon Manggis, Jakarta Timur diperoleh hasil pengukuran VO2max 50,2% termasuk kategori sangat kurang, 26,8% kurang, 15% cukup dan 7,7% baik. (Arma Abdullah, 1994)

Kesegaran jasmani seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud faktor internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetasp misalnya genetik, umur, jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal diantaranya aktivitas fisik, lingkungan dan kebiasaan merokok.(Arma Abdullah, 1994)


(16)

Dr. Brotz telah menuliskan pada tahun 1983 dalam journal of American Medical Association sebagai berikut: tidak ada obat yang bisa digunakan sekarang atau masa depan yang memberikan dan mempertahankan kesehatan yang lebih baik dari pada kebiasaan yang senantiasa berolahraga. Banyak penelitian mengenai efek latihan olahraga pada usia muda. Dari penelitian Allewison dan Andrews 1976, sepertiga hari sekolah dicurahkan pada pendidikan jasmani. Hasilnya secara dramatis terlihat sebagai anak yang kuat, badan yang sehat dan cenderung memiliki kemampuan akademik yang baik. (Sumosardjuno, 1987)

US Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dan American Collage of Sport Medicine melaporkan bahwa sebanyak 250.000 jiwa melayang setiap tahun karena gaya hidup yang pasif. Ketidakaktifan memberikan kontribusi kematian yang besar (34%) dan menelan biaya $5,7 milyar pertahun. (Brian Sharkey, 2003) Kekurangan gerak atau kurangnya keterlibatan secara aktif dalam berolahraga dapat menyebabkan derajat kesegaran jasmani yang rendah. Kondisi biologik ini nampak pada keadaan nyata seperti (Lutan Rusli, 1991) :

 Orang lekas menderita kelelahan pada saat melakukan tugas sehari-hari yang tergolong berbobot sedang

 Sistem otot dalam keadaan lemah yang menyebabkan kekuatan, kecepatan dan daya tahan rendah

 Penampilan tampak loyo dan gairah hidup kurang

Kekurangan gerak dan kurangnya latihan dengan intensitas yang memadai dapat menimbulkan penyakit kurang gerak. Penyakit ini menampakkan dirinya dalam beberapa gejala seperti tubuh tambun atau berkadar lemak tinggi, fungsi organ tubuh yang lemah dan hidup yang cenderung tidak bergairah. Penderita cenderung mengidap penyakit berbahaya seperti penyakit jantung, paru-paru, dan ginjal, tekanan darah tinggi dan gangguan pencernaan. (Lutan Rusli, 1991)

Daya tahan kardiorespirasi atau aerobic capacity merupakan komponen terpenting dari kesegaran jasmani. (Ichsan, 1988) Seseorang dengan kapasitas aerobik yang baik, memiliki jantung yang efisien, paru-paru yang efektif, peredaran darah yang baik pula, yang dapat mensuplai otot-otot sehingga yang bersangkutan mampu bekerja secara kontinu tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. (Sumosardjuno, 1987)


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada sub bab latar belakang masalah, dapat diuraikan sebagai berikut :

“ Bagaimana gambaran kebiasaan berolahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat? ”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penulisan penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi di masyarakat dengan meningkatkan kebiasaan berolahraga.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran kebiasaan berolahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, khususnya bagi pihak SMA Triguna Utama Kampung Utan Ciputat, sebagai berikut :

1. Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dan dalam upaya meningkatkan status kesegaran jasmani siswa-siswi SMA. 2. Hasil ini dapat menambah wawasan ilmu khususnya dibidang kesehatan

olahraga.

3. Sebagai referensi tambahan bagi peneliti lain yang memfokuskan penelitiannya pada kasus yang sama atau kasus yang berhubungan dengan tema skripsi ini.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. kesegaran jasmani

Kesegaran jasmani merupakan modal dasar yang sangat penting bagi manusia. Bagi pekerja dan karyawan kantor kesegaran jasmani dibutuhkan untuk produktifitas dan efektifitas kerja, bagi olahragawan dibutuhkan untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasi, sedangkan bagi pelajar kesegaran jasmani dibutuhkan untuk mempertinggi kemampuan belajar, juga bagi anak-anak untuk pertumbuhan dan perkembangan serta bagi orang tua, dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi fisiknya. (Dangsina Moeloek, 1984)

Kesegaran jasmani tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan. Menurut undang-undang kesehatan RI No.9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan bab 1 pasal 2 menyatakan bahwa sehat adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, mental (rohani) dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat serta kelemahan. (Rodji, 1994)

Batasan sehat dapat dibagi 2, yaitu sehat secara fisiologis dan sehat secara anatomis. Sehat secara fisiologis artinya suatu keadaan dimana organ-organ tubuh dapat berfungsi secara normal dan baik, seperti jantung, paru-paru dan ginjal, sistem peredaran darah semua berjalan dengan baik. Sedangkan sehat secara anatomis artinya suatu keadaan dimana anggota tubuh seseorang lengkap, tidak menyandang cacat.(Rodji, 1994)

Sedangkan menurut tingkatannya, sehat dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu sehat statis dan sehat dinamis. Sehat statis artinya suatu keadaan dimana fungsi alat-alat tubuh normal dalam keadaan istirahat. Sehat dinamis adalah suatu keadaan dimana fungsi alat-alat tubuh normal pada saat beraktifitas atau bekerja. (Rodji, 1994)

A. Pengertian Kesegaran Jasmani

Tidak ada batasan mutlak mengenai kesegaran jasmani, para ahli banyak mendefinisikan kesegaran jasmani berdasarkan kepentingan tertentu. Ada yang mendefinisikan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari dengan bertenaga dan penuh kesiagaan, tanpa kelelahan


(19)

yang tidak semestinya dan dengan cukup energi sehingga tetap dapat menikmati waktu terluang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak diperkirakan. Dari sudut okupasi kesegaran jasmani didefinisikan sebagai derajat kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan fisik tertentu di bawah kondisi ambient tertentu. Ada juga yang menyatakan bahwa kesegaran jasmani berarti seseorang yang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik tertentu. Kebutuhan tersebut dapat secara anatomis (struktural) dan fisiologis (fungsional). (Irfannuddin, 1999)

Menurut Ichsan Kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari dengan kesungguhan dan tanggung jawab, tanpa memiliki rasa lelah dan penuh semangat untuk menikmati penggunaan waktu luang dan menghadapi kemungkinan berbagai bahaya dimasa yang akan datang. (Ichsan, 1988)

B. Komponen-Komponen Kesegaran Jasmani

Komponen kesegaran jasmani terdiri dari dua kelompok yaitu : Health related fitness dan Skill related fitness. (Nieman David C, 2004, Guyton et.al.1996) Health related fitness merupakan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari :

1. Cardio respiratory endurance 2. Body composition

3. Musculoskletal : a. Flexibility

b. Muscular strength c. Muscular endurance

Sedangkan Skill related fitness merupakan kesegaran jasmani berhubungan dengan keterampilan terdiri dari :

1. Agality 2. Balance 3. Coordination 4. Speed

5. Power


(20)

2.2. Daya Tahan Kardiorespirasi dan Kapasitas Aerobik

Daya tahan atau ketahanan merupakan konsep yang menggambarkan kemampuan untuk melakukan kegiatan dalam intensitas tertentu. Sedangkan daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh. (Arma Abdullah, 1994) Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dari kesegaran jasmani. (Arma Abdullah, 1994. Len Kravitz, 1997)

Menurut Nieman, daya tahan kardiorespirasi didefinisikan ssbagai kemampuan untuk melanjutkan atau bertahan dalam melakukan aktivitas fisik tertentu berkaitan dengan kelompok otot yang besar dalam periode waktu tertentu yang menggambarkan kemampuan dari sistem sirkulasi dan respirasi utuk menyesuaikan atau memulihkan diri dari efek kerja atau latihan seluruh tubuh. (Nieman, DC, 1990)

Blain berpendapat daya tahan kardiorespirasi yang tinggi menunjukkan kemampuan untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama. (Julianty Pradono, 1999)

Daya tahan kardiorespirasi disebut juga aerobic capacity. (Hasyim Efendi, 1983) Cooper menyatakan bahwa daya tahan kardiorespirasi erat kaitannya dengan sistem aerobik, karena aerobik sendiri adalah variasi latihan yang menstimulasi aktivitas jantung dan paru-paru dalam perode waktu tertentu untuk memberikan perubahan yang bermanfaat bagi tubuh. (Julianty Pradono, 1999) Oleh karena itu, kemampuan daya tahan kardiorespirasi seseorang dapat dinilai dari kapasitas aerobiknya. Kapasitas aerobik adalah kemampuan untuk melakukan kerja menggunakan energi yang ada dengan keberadaan oksigen. (Patti & Warren Finke., 1993) Kapasitas aerobik pada individu menggambarkan kemampuan untuk mengambil 02 secara maksimal (VO2maks). (Irfannuddin, 1999) Olahraga aerobic teratur dapat meningkatkan VO2 maks dengan membuat jantung dan sistem pernapasan lebih efisien, sehingga penyaluran O2 ke otot yang aktif lebih banyak. Otot yang berolahraga itu sendiri menjadi semakin mampu menggunakan


(21)

O2 yang disalurkan pada mereka. Jumlah kapiler fungsional meningkat, demikian juga jumlah dan ukuran mitokondria, yang mengandung enzim-enzim oksidatif. (Sherwood, lauralee. 2001)

Dalam laboratorium pengukuran daya tahan kardiorespirasi yang paling objektif dilakukan dengan menghitung ambilan maksimal O2 (VO2max). (Irfannuddin, 1999)

VO2maks menggambarkan total metabolik rata-rata tubuh secara aerobik, yang dapat dihitung dengan menggunakan alat analisa gas dalam keadaan stress maksimal. (Patti & Warren Finke. 1993) Namun penghitungan VO2maks di laboratorium tersebut mahal, menghabiskan banyak waktu, membutuhkan tenaga ahli, oleh karena itu cara ini tidak praktis digunakan dalam penelitian yang menggunakan subyek yang besar. (Nieman, DC, 1990) VO2maks dikaitkan dengan berat badan dalam satuan kilogram sehingga satuan VO2maks adalah mlkg-1mn-1.

Level tinggi VO2maks menggambarkan fungsi yang tepat dari 3 sistem penting dalam tubuh, yaitu: (Nieman, DC, 1990, Sherwood, lauralee. 2001)

1. Sistem pernafasan, penting untuk ventilasi dan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah di paru

2. Sistem kardiovaskuler, yang mengangkut dan mendistribusikan oksigen dalam darah ke seluruh tubuh

3. Sistem muskuloskeletal, yang menggunakan oksigen untuk mengubah karbohidrat dan lemak menjadi ATP untuk digunakan dalam kontraksi otot serta produksi panas tubuh

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi Daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis kelamin, komposisi lemak tubuh dan kebiasaan merokok. (Brian Sharkey, 2003)

1. Genetik

Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Penelitian dari Kanada telah meneliti perbedaan kebugaran aerobik diantara saudara kandung (dizygotic) dan kembar identik (monozygotic), dan mendapati


(22)

bahwa perbedaannya lebih besar pada saudara kandung dari pada kembar identik. (Brian Sharkey, 2003)

Baru-baru ini, Manila dan Bouchard (1991) telah memperkirakan bahwa herediter bertanggung jawab atas 25 –40% dari perbedaan nilai VO2max dan Sundet, Magnus Tambs (1994) berpendapat bahwa lebih dari setengah perbedaan kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype, dan faktor lingkungan (nutrisi) sebagai penyebab lainnya. Ini mendukung pendapat bahwa cara untuk menjadi atlet berdaya tahan tinggi adalah dengan memilih orang tua dengan teliti. (Brian Sharkey, 2003)

Kita mewarisi banyak faktor yang memberikan konstribusi pada kebugaran aerobik, termasuk kapasitas maksimal sistem respiratory dan kardiovaskuler, jantung yang lebih besar, sel darah merah dan hemoglobin yang lebih banyak. (Brian Sharkey, 2003)

Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang yang memiliki lebih banyak lebih tepat untuk melakukan kegitan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka putih, lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic. (Brian Sharkey, 2003)

Demikian pula pengaruh keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf (bentuk tubuh bulat dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus dan tinggi). (Arma Abdullah, 1994)

2. Umur

Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jsmani. Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Daya tahan tersebut akan makin


(23)

menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade. (Brian Sharkey, 2003)

Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai 25 tahun. Pengaruh umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada umumnya terjadi karena proses menua yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya aktivitas dan timbulnya obesitas pada usia tua. (Arma Abdullah, 1994)

3. Jenis Kelamin

Kesegaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas.

Daya tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara pria dan wanita tidak jauh berbeda, namun setelah masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata wanita muda memiliki kemampuan aerobik antara 15-25% lebih kecil dari pria muda dan ini tergantung pada tingkat aktivitas mereka. Tapi pada atlet remaja putri yang sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama dalam hal VO2max.

Wanita memiliki jaringan lemak 27% dari komposisi tubuhnya lebih banyak dibanding pria 15% dari komposisi tubuhnya. (Hasyim Efendi, 1983)

Menurut Larry Gshaver (1981), satu gram hemoglobin dapat bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada pria dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15-16gr hemoglobin pada setiap 100ml darah dan pada wanita rata-rata 14gr pada setiap 100ml darah. Keadaan ini menyebabkan wanita memiliki kapasitas aerobik lebih rendah dibanding pria. Selain itu ukuran jantung pada wanita rata-rata lebih kecil dibanding pria. (William Ardle, 1981)


(24)

Pengambilan oksigen pada wanita 2,2L lebih kecil daripada pria 3,2L. Kapasitas vital paru wanita juga lebih kecil dibanding pria.

4. Kegiatan Fisik

Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dapat mengurangi lemak tubuh. (Arma Abdullah, 1994)

Menurut Bucher (1983) ada sejumlah keuntungan penting bagi organ tubuh vital akibat dari latihan yang teratur.

1. Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot jantung.

Bukti yang ada menunjukkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat karena digunakan dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada jantung sebagai akibat dari aktivitas jasmani, terjadi pembesaran jantung.

2. Pengaruh latihan terhadap isi sedenyut

Hasil penelitian pada atlet, pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh tubuh dari pada orang yang tidak terlatih.

Atlet terlatih dapat memompakan sebanyak 22 liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2 liter darah saja.

3. Pengaruh latihan terhadap denyut jantung

Hasil tes dari atlet olimpiade, diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat bila dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung manusia berdenyut 6 sampai 8 kali lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang tidak terlatih

4. Pengaruh latihan terhadap tekanan arteri

Banyak eksperimen menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah pada orang terlatih lebih sedikit dari pada orang yang tidak terlatih. 5. Pengaruh latihan terhadap pernafasan


(25)

a. Dada bertambah luas. Hal ini terjadi semasa pertumbuhan, tetapi tidak pada masa dewasa.

b. Jumlah pernafasan permenit berkurang. Orang terlatih bernafas 6 sampai 8 kali permenit, sedangkan pada orang yang tidak terlatih sebanyak 18 sampai 20 kali permenit.

c. Pernafasan lebih dalam dengan diafragma. Pada orang yang tidak terlatih diafragma bergerak sedikit sekali.

d. Dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. Ada keyakinan bahwa peningkatan jumlah kapiler dalam paru-paru, menyebabkan jumlah darah yang berhubungan dengan udara lebih besar yang mengakibatkan ekonomi dalam pernafasan.

6. Pengaruh latihan terhadap sistem otot.

Beberapa keuntungan dari akibat latihan terhadap otot-otot diantaranya adalah :

a. Sarkoma dari serabut otot menjadi lebih tebal dan kuat. b. Ukuran otot bertambah.

c. Kekuatan otot meningkat. d. Daya tahan otot meningkat.

e. Terjadi penambahan jumlah kapiler.

Hal ini ini menyebabkan peredaran darah ke otot lebih baik 2.3. Fisiologi Olahraga

Ilmu faal olahraga adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia dan bagian-bagiannya pada waktu olahraga. Faal olahraga sebagai ilmu amalan (Applied Science) merupakan dasar dari ilmu kedokteran olahraga. Definisi ilmu kedokteran olahraga menurut A. Venerando (1975) adalah “Aplikasi ilmu kedokteran pada olahraga dan aktivitas fisik umumnya, agar didapat keuntungan segi preventif dan kemungkinan terapoetis dari berolahraga untuk mempertahankan keadaan sehat dan menghindari setiap keadaan yang berhubungan dengan kelebihan atau kekurangan latihan fisik”. (Karhiwikarta, W. 1978)


(26)

Fisiologi Olahraga adalah studi mengenai perubahan – perubahan fungsional yang timbul sebagai respon terhadap satu kali sesi olahraga serta adaptasi yang terjadi karena olahraga yang teratur dan berulang. Olahraga mula – mula menganggu homeostasis. Perubahan – perubahan yang terjadi sebagai respon terhadap olahraga adalah usaha tubuh untuk memenuhi tantangan terhadap homeostasis akibat peningkatan beban yang terjadi pada tubuh. (Sherwood, lauralee. 2001)

Dalam melakukan kerja fisik secara fisiologis, dikenal 3 jenis sistem penghasil energi: (Guyton et.al.1996)

1. Sistem fosfagen

Sistem fosfagen menghasilkan energi yang cepat dan bertahan dalam waktu singkat. Energi yang dihasilkan dari sistem ini hanya untuk aktivitas fisik yang singkat. Contoh aktivitas yang menggunakan sistem energi ini adalah melompat.

2. Sistem glikogen-laktat

Sistem energi glikogen-asam laktat menghasilkan energi dalam waktu sedang, setengah lebih lambat dari sistem fosfagen. Energi dari sistem glikogen laktat contohnya digunakan pada aktivitas lari cepat 100 m.

3. Sistem aerobik

Sistem aerobik berkaitan dengan oksidasi dari bahan makanan di dalam mitokondria untuk menghasilkan energi dalam jumlah paling besar namun dalam waktu yang lebih lama, contohnya pada lari marathon.

Sumber energi kontraksi otot adalah hidrolisis Adenosin TriPosfat (ATP) yang berasal dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Tetapi dalam olahraga zat nutrisi utama untuk energi adalah karbohidrat dan lemak. ATP dihasilkan melalui 2 mekanisme utama, yaitu metabolisme aerobik dan metabolisme anaerobik. Metabolisme aerobik berarti yang memerlukan O2. Metabolisme aerobik paling efisien dan merupakan sistem produksi utama, diaktifkan oleh aktivitas fisik dengan intensitas rendah dan berlangsung lama. Metabolisme anaerobik yang tidak memerlukan O2 biasanya terjadi pada keadaan yang memerlukan energi dalam waktu cepat seperti angkat beban dan lari 100 meter. Metabolisme ini kurang efisien dibanding aerobik dan terjadi jika tidak tersedia O2 yang cukup di jaringan saat latihan fisik. Energi dari hidrolisis ATP


(27)

menjadi ADP digunakan untuk kerja mekanik, resintesis pospokreatin dan sisanya sebagai panas. (Guyton et.al.1996)

Efek utama dari latihan jasmani ialah bukan berbentuk anatomis akan tetapi fisiologis yaitu : latihan jasmani akan memperbaiki kebutuhan dan penggunaan oksigen oleh jantung. Faktor penentu dalam konsumsi oksigen oleh otot jantung ialah tekanan dalam jantung selama kontraksi sistole. Sewaktu tekanan menaik, konsumsi oksigen ikut menaik pula. Tekanan intramiokardial atau tekanan dinding ventrikel sama besar dengan tekanan darah sistolik dikalikan dengan radius dari jantung atau dengan kata-kata lain sama besar dengan tekanan darah dikalikan dengan besar jantung. Kecepatan denyut jantung dan pemendekan maksimal dari serat-serat miokardium mempengaruhi juga kebutuhan akan oksigen. Konsumsi oksigen oleh otot jantung tergantung dari interaksi dari faktor-faktor yang disebut di atas. Dengan kata-kata lain, betapa keras jantung bekerja tergantung dari cardiac output dan tekanan darah dalam arteri. Bila tekanan dalam arteri meningkat, jantung harus bekerja lebih keras untuk mencapai cardiac output yang sama besar. Oleh karena itu kebutuhan akan oksigen meningkat pula. Konsumsi oksigen oleh otot jantung dapat dihitung secara mudah dengan mengalikan denyut nadi dan tekanan darah sistolik. Latihan jasmani yang berakibat penurunan kecepatan denyut jantung dan tekanan darah sistolik, akan menurunkan angka hasil perkalian ini. Sebagai akibat, otot jantung yang terlatih membutuhkan lebih sedikit oksigen untuk sesuatu beban tertentu dan membutuhkan jumlah oksigen yang kurang pula untuk pekerjaan fisik atau aktivitas. (Guyton et.al.1996)

Kecepatan denyut jantung adalah salah satu faktor yang paling mudah dipantau yang memperlihatkan baik respon segera terhadap olahraga maupun adaptasi jangka panjang terhadap program olahraga teratur. Sewaktu seseorang mulai melakukan gerakan badan, sel – sel otot yang aktif menggunakan lebih banyak oksigen untuk menunjang peningkatan energi mereka. Kecepatan denyut jantung meningkat untuk menyalurkan lebih banyak darah beroksigen ke otot. Jantung beradaptasi terhadap olahraga teratur dengan intensitas dan durasi yang cukup, dengan meningkatkan kekuatan dan efisiensinya, sehingga ia dapat memompa lebih banyak darah perdenyutnya Peningkatan kemampuan memompa


(28)

itu menyebabkan jantung tidak perlu berdenyut lebih cepat untuk memompa darah dalam jumlah tertentu seperti sewaktu sebelum olahraga teratur. (Lauralee Sherwood, 2001)

Peranan utama sistem sirkulasi (kardiovaskuler) dalam latihan fisik adalah meningkatkan cardiac output. Peningkatan ini bertujuan untuk meningkatkan suplai O2 dan zat nutrisi ke sel otot serta membawa CO2 dan sisa metabolisme lain dari jaringan otot. Selain itu sistem sirkulasi juga mengangkut hormon-hormon untuk mengatur keseimbangan osmotik cairan tubuh, keseimbangan asam basa dan pengaturan panas. (Irfannuddin, 1999)

Latihan fisik meningkatkan sistem ventilasi pulmonal sampai 20 kali lipat. Pada orang yang tidak terlatih peningkatan ventilasi sampai 100 liter/menit dan yang terlatih meningkat sampai 120 liter/menit dibanding saat istirahat yang hanya 6 liter/menit. Peningkatan CO2 dan penurunan kadar O2 dalam darah menyebabkan tubuh berkompensasi agar komposisi zat di dalam darah tetap dipertahankan dalam keadaan normal. (Irfannuddin, 1999)

Latihan fisik akan menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan fungsi otot, terutama otot pernapasan menyebabkan pernapasan lebih efisien pada saat istirahat. Ventilasi paru pada orang yang terlatih dan tidak terlatih relative sama besar, tetapi orang yang berlatih bernapas lebih lambat dan lebih dalam. Hal ini menyebabkan oksigen yang diperlukan untuk kerja otot pada proses ventilasi berkurang, sehingga dengan jumlah oksigen sama, otot yang terlatih akan lebih efektif kerjanya. Pada orang yang dilatih selama beberapa bulan terjadi perbaikan pengaturan pernapasan. Perbaikan ini terjadi karena menurunnya kadar asam laktat darah, yang seimbang dengan pengurangan penggunaan oksigen oleh jaringan tubuh. Latihan fisik akan mempengaruhi organ sedemikian rupa sehingga kerja organ lebih efisien dan kapasitas kerja maksimum yang dicapai lebih besar. Faktor yang paling penting dalam perbaikan kemampuan pernapasan untuk mencapai tingkat optimal adalah kesanggupan untuk meningkatkan capillary bed yang aktif, sehingga jumlah darah yang mengalir di paru lebih banyak, dan darah yang berikatan dengan oksigen juga akan meningkat. Peningkatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen. (Yunus, F. 1997) Penurunan fungsi paru orang yang tidak berolahraga atau usia tua terutama


(29)

disebabkan oleh hilangnya elastisitas paru-paru dan otot dinding dada. Hal ini menyebabkan penurunan nilai kapasitas vital dan nila forced expiratory volume, serta meningkatkan volume residual paru. (Wilmore, J. Costill, D. 1994)

Pada waktu aktivitas fisik diperlukan tambahan oksigen dan nutrisi yang adekuat. Agar tambahan oksigen dan nutrisi dapat terpenuhi diperlukan aliran darah yang cukup. Sebagai reaksi terhadap gerakan dan kerja terjadi perubahan pengambilan oksigen oleh tubuh yang melibatkan penambahan fungsi paru-paru dan curah jantung serta peningkatan jumlah oksigen yang diambil oleh jaringan. (Guyton et.al.1996) Kemampuan kerja yang terkuat dibatasi oleh jumlah maksimal O2 yang dapat dihantarkan dari paru-paru ke otot (VO2max). (Astrand. 1970) VO2 max erat hubungannya dengan sistem transportasi oksigen. Kenaikan VO2 max disebabkan oleh kenaikan isi sekuncup serta bertambahnya densitas kapiler otot rangka yang cenderung meningkatkan ekstraksi oksigen dari darah oleh otot rangka. (Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. 1997). Dari penelitian Budhy Adriskanda, Faisal Yunus dan Budiman Setiawan tahun 1997, diketahui bahwa nilai VO2 max pada pria Indonesia dengan menggunakan alat ergonometer sepeda dengan teknik pengukuran Astrand sebesar 39,4 ml/KgBB/menit, sedangkan pada pria Indonesia yang terlatih sebesar 50,8 mlKgBB/menit. VO2 max tertinggi dijumpai pada atlet-atlet yang berkompetisi dan berlatih dengan latihan-latihan endurans. (Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. 1997)

2.4. Upaya Pemeliharaan dan Peningkatan Kesegaran Jasmani

Pemeliharaan kesegaran jasmani ditujukan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi kesegaran jasmani yang telah dimiliki agar tidak menurun. Pemeliharaan tersebut hanya bisa dicapai dengan program latihan yang teratur. Sementara untuk peningkatan kesegaran jasmani dilakukaan dengan meningkatkan intensitas dan lamanya latihan. Untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani, perlu memperhatikan tipe latihan, intensitas latihan, berat beban dan frekuensi latihan

A. Tipe Latihan

Tipe latihan harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk meningkatkan otot, dapat dilakukan dengan latihan beban, pull-up atau sit-up. Sedangkan untuk meningkatkan daya tahan cardiovascular, dapat digunakan


(30)

latihan lari 150 yard atau lebih, lari ditempat dan dapat pula dengan latihan squat trust. (Moelyono Wiryo Saputro,1994)

B. Intensitas Latihan

Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal tubuh. Makin berat latihan (sampai batas tertentu sesuai dengan kemampuannya) makin baik efek yang diperoleh. Ditinjau dari faal kardiorespirasi, berat latihan untuk mendapat efek yang baik adalah 60% - 80% dari kapasitas maksimal aerobic. (Dangsina Moeloek, 1984) Artinya, seseorang yang melakukan latihan dengan intensitas kurang dari 60%, tidak memberi efek optimal, tetapi dengan latihan yang intensitasnya lebih dari 80% dari kemampuan maksimal akan berbahaya dan tidak dianjurkan kecuali seseorang dalam kondisi puncak. Dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa latihan jasmani yang sesuai untuk meningkatkan kesegaran jasmani adalah dengan latihan olahraga yng bersifat aerobik.

C. Frekuensi Latihan

Sebaiknya latihan dilakukan paling sedikit tiga kali seminggu dan akan lebih baik apabila berlatih 4-5 kali seminggu. (Engkos Kosasih. 1983) Diperjelas dengan pendapat Moelyono WS ( Moelyono Wiryo Saputro,1994), “Frekuensi latihan dapat 3-5 kali seminggu dan berhubungan dengan intensitas latihan dan lama latihan”. Seorang yang tidak melakukan latihan olahraga atau istirahat 2 hari, maka kondisi kesegaran jasmani akan mulai turun. Dengan demikian bahwa sebelum kondisi turun maka harus sudah dipacu lagi dengan latihan olahraga, sehingga kondisi kesegaran jasmani akan stabil bahkan akan menjadi meningkat. D. Lama Latihan

Lama latihan yang baik dan tidak berbahaya harus berlatih sampai mencapai training zone dan berada dalam training zone selama 15-25 menit.(Moelyono Wiryo Saputro,1994) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, bila intensitas tinggi, maka lama latihan akan lebih singkat, demikian pula sebaliknya, bila intensitas rendah maka latihan akan lebih lama.


(31)

2.5. Jenis-jenis tes daya tahan kardiorespirasi

Tes laboratorium adalah tes yang paling baik untuk mengukur ketahanan jantung dan paru dengan mengukur secara langsung ambilan O2 selama latihan. (Nieman, DC, 1990)

Namun, pengukuran jenis ini mahal dan banyak memakan waktu, dan membutuhkan tenaga terlatih, sehingga tidak praktis untuk subyek dalam jumlah besar. Untuk itu telah dikembangkan tes lain yang dapat digunakan, antara lain; (Nieman, DC, 1990)

1. Field Test of Cardiorespiratory Endurance

Ada beberapa cara, yaitu: berjalan sejauh 1 mil, lari selama 9 menit, berjalan sejauh 3 mil, bersepeda selama 12 menit dan berenang selama 12 menit. Digunakan untuk subyek berjumlah besar. Cukup praktis, tidak mahal, tidak memakan waktu jika dibandingkan dengan tes laboratorium, mudah dikelola dan cukup akurat. Tes ketahanan lari sekurang-kurangnya harus berjarak 1 mil atau lebih untuk mengukur sistem aerobik. Tes lari dengan menggunakan variasi waktu jarang dilakukan karena menimbulkan kesulitan untuk menentukan jarak sebenarnya. Tujuan tes untuk melihat kemampuan melintasi jarak dalam waktu yang paling singkat.

Kemampuan berlari dengan jarak pengujian sejauh 1 mil atau lebih terbukti menunjukkan suatu hubungan yang signifikan dengan kemampuan aerobik dalam keadaan maksimal.

2. Step test untuk ketahanan Kardio-respirasi

Ada dua macam tes yang digunakan disini, pertama maximal step test dan kedua sub-maximal step test.

a. Maximal step test, tes ini dibuat oleh Nagle, Balke, dan Naughton. American Heart Association telah merekomendasikan penggunaannya karena tes ini cukup murah jika dibandingkan dengan treadmill atau ergometer.

b. Sub-maximal step test, mengukur perkiraan nilai VO2maks dengan cara mengukur denyut jantung terhadap latihan sub-maksimal dengan menetapkan beban kerja sebelumnya, misalnya tingkat


(32)

kecepatan yang telah ditetapkan pada treadmill atau tempo yang tetap dan tingkat ketahanan pada subyek dengan ergometer, atau juga tempo yang tetap dalam melangkah dan tinggi tangga dalam step test. Sub-maximal step test dapat melahirkan tiga kemungkinan: a. Adanya hubungan yang linier antara denyut jantung,

endapan oksigen, dan beban kerja.

b. Denyut jantung maksimum pad usia tertentu cenderung seragam.

c. Efisiensi mekanis (asupan oksigen pada beban kerja yang telah ditentukan) pada setiap orang adalah sama.

3. The Canadian aerobic Fitness Test (CAFT)

CAFT merupakan tes yang praktis, akurat, tidak mahal, dan salah satu cara untuk menentukan ketahanan kardio-respirasi dengan cara yang menyenangkan. CAFT menggunakan dua tangga setinggi 20,3 cm (8 inci). Subyek melangkah naik dan turun sesuai tempo selama 3 menit. Pelaksanaan tes ini dipandu oleh sebuah kaset yang memberikan intruksi untuk memulai dan menghentikan latihan serta saat untuk menghitung. Denyut jantung diambil langsung setelah latihan selama 3 menit, subyek berhenti tanpa melakukan gerakan dan hasil pengukuran denyut dibandingkan dengan normal.

4. YMCA Three Minute Step Test

Tes ini juga dilakukan selama tiga menit bila subyek berjumlah cukup besar dan menggunakan sebuah tangga setinggi 12 inci, metronom yang diset dengan kecepatan 96 bpm (4 ketukan metronom sama dengan satu kali melakukan gerakan sempurna 1,2 naik, 3,4 turun). Stop watch untuk mengukur waktu dan stetoskop dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi.

Setelah naik turun tangga selama tiga menit, penghitungan denyut nadi dilakukan selama satu menit dengan melakukan palpasi pada arteri radialis subyek.


(33)

Ada dua hal penting disini, yaitu "METS" dan kkal/menit. MET sama dengan 3,5 ml/kgmin atau asupan oksigen selama tes. MET juga sama dengan kkal/kgjam. Jumlah energi yang digunakan dalam kkal/menit dapat dicari dengan mengukur MET dari latihan dan berat badan dalam kilogram setelah itu dibagi 60 (menit).

6. Harvard Step Test

Banyak digunakan oleh peneliti dengan menggunakan bangku setinggi 19 inci untuk laki-laki dan 17 inci untuk wanita, metronom, dan stopwatch. Tes dilakukan selama lima menit, setelah itu dihitung denyut nadinya selama 30 detik berturut-turut 3 kali.

7. Sub-Maximal Laboratory Test

Tes ini dilakukan tidak hanya menggunakan tangga, tapi dapat juga menggunakan treadmill dan ergometer. Salah satunya yaitu YMCA sub-maximal test. YMCA Sub-Maximal Test ini menggunakan sepeda dan metronom dengan kecepatan 50 rpm, menggunakan beban awal pada tiga menit pertama. Dari hasil akan terlihat adanya hubungan linier antara denyut jantung dan beban kerja.


(34)

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka Konseptual Penelitian

Daya Tahan

Kardiorespirasi

Umur

Genetik

Komposisi lemak

Jenis kelamin

Kebiasaan

merokok Aktivitas fisik


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Triguna Kampung Utan, Ciputat. Pada Bulan Oktober 2009.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan berupa penelitian cross sectional.

3.3. Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi yang dipilih adalah anak remaja di SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat berusia 14-19 tahun yang terdiri dari kelas 2 dan kelas 3 program studi IPA dan IPS sebanyak 138 orang.

Alasan memilih populasi tersebut:

Pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas adalah remaja sebagai generasi penerus bangsa. Mereka dituntut untuk memiliki daya tahan karrdiorespirasi yang optimal, agar mampu berprestasi baik dalam pelajaran maupun pekerjaan.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah anak remaja di SMU Triguna Utama Kampung Utan Ciputat dan telah memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini melibatkan jumlah sampel minimal sebanyak 103 orang.

Kriteria inklusi :

1. Umur : 14-19 tahun

2. Jenis kelamin : laki-laki dan wanita Kriteria eksklusif :

Seluruh kriteria inklusi yang tidak memenuhi persyaratan skrining kesehatan.


(36)

3.3.3. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :

2 ) ( 1 N d

N n   2 ) 05 , 0 ( 138 1 138   n 345 , 1 138  n 103 

n orang

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = derajat kepercayaan (dipakai 0,05)

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini adalah : a. Daya tahan kardiorespirasi b. Kebiasaan berolahraga c. Jenis kelamin

3.4.2. Defenisi operasional

a. Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh. (Arma Abdullah, 1994, Nieman, DC, 1990)


(37)

Berdasarkan tes naik turun bangku Harvard, daya tahan kardiorespirasi dibagi berdasarkan lima criteria (McArdle W.D. et al. 2000, Tri Nurharsono.2006) :

Tabel.3-1 Penilaian tingkat daya tahan kardiorespirasi Penilaian tingkat daya tahan kardiorespirasi

Nilai Interpretasi

90 – atas Baik sekali

80 – 89 Baik

65 – 79 Sedang

55 – 64 Kurang

0 – 54 Kurang sekali

b. Kebiasaan berolah raga

Olahraga adalah suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi tubuh yang hasil akhirnya adalah meningkatkan kesegaran jasmani.

Kebiasaan olahraga yang dimaksudkan adalah olahraga yang dilakukan 3 kali dalam seminggu dan lamanya kurang lebih 30 menit. c. Jenis kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud ialah pria dan wanita 3.5. Pengumpulan data

Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan dan tes kesegaran jasmani

1. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan maka orang percobaan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Peserta dalam kondisi sehat berdasarkan hasil pemeriksaan dokter. b. Malam sebelum pengukuran kesegaran jasmani dilakukan, peserta

telah cukup tidur, minimal 7 jam.

c. Sebelum pengukuran tidak melakukan kegiatan fisik yang dapat menimbulkan kelelahan

d. Makan terakhir dilakukan 2 jam sebelum pengukuran kesegaran jasmani


(38)

f. Sebaiknya menggunakan pakaian dan sepatu olahraga. Apabila tidak ada gunakan pakaian yang ringkas dan leluasa untuk bergerak.

g. Pelaksanaan pengukuran sebaiknya pada pagi hari, bila keadaan memaksa dapat sore hari asal sinar matahari tidak terlalu panas, dan peserta tidak dalam keadaan lelah.

h. Tidak sedang hamil. 2. Alat dan Bahan

Bangku tinggi 45.78 cm untuk pria, dan 33 cm untuk wanita, stop watch, metronom, stateskop bila perlu. Dibutuhkan petugas yang mampu memberi contoh dengan benar dan mampu menghitung denyut nadi. (McArdle W.D. et al. 2000, Tri Nurharsono.2006)

3. Cara kerja

a. Peserta berdiri menghadap bangku Harvard dengan posisi tegak

b. Peserta diharuskan naik turun bangku dengan irama 120x/menit yang diatur dengan metronom, selama 5 menit.

c. Peserta menaikkan kaki kanan pada bangku setelah diberi aba-aba mulai (stop watch dihidupkan), kemudian dinaikkan kaki kiri di samping kaki kanan, lalu diturunkan kaki kanan diikuti kaki kiri. Demikian seterusnya naik dan turun sesuai irama metronom.

d. Pada saat tes berlangsung badan harus tetap tegak, dan seluruh telapak kaki menginjak di atas bangku.

e. Bila belum mencapai waktu 5 menit peserta sudah lelah, pengukuran dihentikan, (stop watch dihentikan) dan dicatat waktu.

f. Segera setelah berhenti peserta duduk.

g. Setelah satu menit istirahat, hitung nadi pada menit pertama, kedua dan ketiga masing-masing selama 30 detik (1-1’30”, 2-2’30”, dan 3 -3’30”)(McArdle W.D. et al. 2000, Tri Nurharsono.2006)

4. Hasil

Jumlah hitungan nadi pada menit 1, 2 dan 3 setelah beristirahat.(McArdle W.D. et al. 2000, Tri Nurharsono.2006)


(39)

5. Penilaian Harvard step tes

Terdapat 2 cara yaitu(McArdle W.D. et al. 2000, Tri Nurharsono.2006) : 1. Cara Lambat

Denyut nadi dihitung selama 3 kali(menit 1,2 dan 3) setelah tes dan dihitung selama 30 detik kemudian dimasukkan dalam rumus sebagai berikut :

) 3 2 1 ( 2 100 det ke nadi ke nadi ke nadi x x ik dalam waktu  

2. Cara Cepat

Denyut nadi dihitung sekali pada menit pertama setelah tes selama 30 detik, kemudian dimasukkan dalm rumus sebagai berikut :

Lama naik turun bangku (detik) X100 5,5 X denyut nadi

Dalam penelitian ini menggunakan penilaian cara lambat dengan penghitungan denyut nadi 3 kali pada menit 1,2 dan 3.

Pencatatan hasil :

Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh siswa dalam melakukan tes naik turun bangku dan hasil penghitungan denyut nadi pada menit 1,2 dan 3 selama 30 detik setelah siswa melakukan tes. Sedangkan bagi peserta yang tidak mampu melaksanakan sampai 5 menit, maka norma penilaian sebagai berikut :

Tabel.3-2 penilaian Harvard step tes dengan waktu kurang dari 5 menit

Lama waktu Nilai

< 2 menit 25

2 - 3 menit 38

3 - 3. 5 menit 48

3.6 - 4 menit 52

4.1 - 4.5 menit 55


(40)

3.6. Analisis Data

Data diolah secara manual dengan menggunakan program Microsoft excel 2007 dan spss 12,0 dan disajikan dalam bentuk bar diagram dan tabel silang. Analisis data dilakukan secara analisis univariat yaitu dengan menggambarkan distribusi dari variabel-variabel yang diteliti.


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik subyek

Penelitian ini telah dilakukan pada 105 orang siswa-siswi SMU Triguna Utama Ciputat dengan variasi usia 14 – 19 tahun. Sampel dipilih dengan metode simple random sampling, terdiri dari 50 laki-laki dan 55 perempuan.

Tabel.4–1 Karakteristik subjek

JENIS KELAMIN UMUR (Tahun)

15 16 17 18 19 Jumlah sampel (N)

Laki-Laki 13 30 6 1 50

Perempuan 10 22 21 2 55

Jumlah 10 35 51 8 1 105

4.2. Pengukuran kebiasaan olahraga

Dari hasil penelitian ini, diperoleh data kebiasaan berolahraga berupa frekuensi dan lama latihan olahraga. Data ini didapatkan dari pengisian kuesioner. Dari 105 orang siswa-siswi, terdapat 90 orang yang melakukan olahraga dalam 3 bulan terakhir dan 15 orang yang tidak melakukan olahraga dalam 3 bulan terakhir.

Tabel.4–2 Jumlah siswa yang melakukan olahraga 3 bulan terakhir

Melakukan olahraga dalam 3 bulan terakhir JUMLAH SAMPEL (N)

YA 90

TIDAK 15


(42)

Berdasarkan pada tabel di atas, maka dapat juga digambarkan sebagai diagram berikut :

Gambar.1 karakteristik subjek

Dari 90 orang siswa-siswi yang melakukan olahraga dalam 3 bulan terakhir, 5 orang melakukan olahraga dengan frekuensi 1-2 kali per 3 bulan, dengan waktu latihan < 30 menit sebanyak 2 orang dan > 30 menit sebanyak 3 orang. Enambelas orang melakukan olahraga dengan frekuensi 1-2 kali perbulan, dengan waktu latihan < 30 menit sebanyak 5 orang dan > 30 menit sebanyak 11 orang. Empatpuluh empat orang melakukan olahraga dengan frekuensi 1-2 kali perminggu, dengan waktu latihan < 30 menit sebanyak 14 orang dan > 30 menit sebanyak 30 orang. Duapuluh lima orang melakukan olahraga dengan frekuensi 3-5 kali perminggu, dengan waktu latihan < 30 menit sebanyak 2 orang dan sebanyak 23 orang dengan waktu > 30 menit.


(43)

Tabel.4-3 jumlah frekuensi dan lama olahraga

Frekuensi dan lama olahraga JUMLAH SAMPEL (N) Persentase (%)

1-2 kali per 3 bulan 5 5%

< 30 menit 2 2%

>30 menit 3 3%

1-2 kali perbulan 16 15%

< 30 menit 5 5%

>30 menit 11 10%

1-2 kali perminggu 44 42%

< 30 menit 14 13%

>30 menit 30 29%

3-5 kali perminggu 25 24%

< 30 menit 2 2%

>30 menit 23 22%

Tidak melakukan olahraga 15 14%

Jumlah 105 100%

4.3. Tingkat daya tahan kardiorespirasi

Penilaian daya tahan kardiorespirasi dengan menggunakan Harvard step tes. Pada penilaian ini dibagi menjadi 5 peringkat yaitu baik sekali, baik, sedang, kurang, kurang sekali.


(44)

Tabel.4-4

Distribusi Frekuensi Tingkat daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi SMU Triguna Utama Kp.Utan Ciputat tahun 2009

Tingkat daya tahan kardiorespirasi

Jumlah sampel (N)

Persentase (%)

Baik Sekali 13 12%

Baik 21 20%

Sedang 36 34%

Kurang 8 8%

Kurang Sekali 27 26%

Jumlah 105 100%

Berdasarkan pada tabel di atas, maka dapat juga digambarkan sebagai diagram berikut :

Gambar.2

Distribusi Frekuensi Tingkat daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi SMU Triguna Utama Kp.Utan Ciputat tahun 2009

Dari distribusi frekuensi tingkat daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi SMU Triguna Utama Kp.Utan Ciputat tahun 2009 terdapat kategori baik sekali sebanyak 13 orang (12%), kategori baik sebanyak 21 orang (20%), kategori sedang sebanyak 36 orang (34%), kategori kurang sebanyak 8 orang (8%) dan kategori kurang sekali sebanyak 27 orang (26%).


(45)

Sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat daya tahan kardiorespirasi siswa siswi SMU Triguna Utama Kp.Utan Ciputat rata-rata menunjukkan kriteria sedang sebanyak 34% (36 orang).

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian survey tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Negeri 2 Grabag Kabupaten Magelang tahun 2006/2007 dengan metode Harvard step test termasuk dalam kategori sedang (59.36%,) (Sherwood, lauralee. 2001)

4.4. Pengukuran hasil kebiasaan olahraga terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi

Tabel.4-5 Distribusi frekuensi dan lama olahraga < 30 menit terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil frekuensi olahraga dengan waktu selama < 30 menit terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi. Pada frekuensi olahraga sebanyak 1-2 kali per 3 bulan didapatkan kategori kurang 1% dan kurang sekali 1%, pada frekuensi olahraga sebanyak 1-2 kali perbulan didapatkan kategori kurang 1% dan kurang sekali 4%, pada frekuensi olahraga sebanyak 1-2 kali perminggu didapatkan kategori sedang 3%, dan kurang sekali 10%, pada frekuensi olahraga sebanyak 3-5 kali perminggu didapatkan kategori baik sekali 2%.

Frekuensi olahraga dengan waktu < 30 menit

Tingkat daya tahan kardiorespirasi Jumlah (%) Baik Sekali Sedang Kurang Kurang Sekali

1-2 kali per 3 bulan 1 1 2

1-2 kali perbulan 1 4 5

1-2 kali perminggu 3 11 14

3-5 kali perminggu 2 2

Tidak melakukan olahraga


(46)

Tabel.4-6 distribusi frekuensi dan lama olahraga > 30 menit terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi

Berdasarkan tabel diatas didapatkan Hasil frekuensi olahraga dengan waktu selama > 30 menit yang mempengaruhi tingkat daya tahan kardiorespirasi. Pada frekuensi olahraga sebanyak 1-2 kali per 3 bulan didapatkan kategori baik 1%, sedang 1%, dan kurang sekali 1%, pada frekuensi olahraga sebanyak 1-2 kali perbulan didapatkan kategori baik 1%, sedang 7%, kurang 1% dan kurang sekali 2%, pada frekuensi olahraga sebanyak 1-2 kali perminggu didapatkan kategori baik sekali 3%, baik 5% dan sedang 18% dan kurang sekali 3%, pada frekuensi olahraga sebanyak 3-5 kali perminggu didapatkan kategori baik sekali 8%, baik 12% dan sedang 2%.

Tabel.4-7 Distribusi frekuensi tidak melakukan olahraga terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi

Frekuensi tidak melakukan olahraga Tingkat daya tahan kardiorespirasi Jumlah (%) Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

Tidak melakukan olahraga 1 4 5 5 15

Jumlah 1 4 5 5 15

Berdasarkan tabel diatas didapatkan Hasil frekuensi yang tidak berolahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi. Didapatkan kategori baik sebanyak 1%, sedang sebanyak 4%, kurang sebanyak 5% dan kurang sekali sebanyak 5%.

Frekuensi olahraga dengan waktu > 30 menit

Tingkat daya tahan kardiorespirasi

Jumlah (%) Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

1-2 kali per 3 bulan 1 1 1 3

1-2 kali perbulan 1 7 1 2 11

1-2 kali perminggu 3 5 19 3 30

3-5 kali perminggu 8 13 2 23

Tidak melakukan olahraga


(47)

Tabel.4-8 distribusi frekuensi dan lama olahraga terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi

Frekuensi olahraga

Skor tingkat kardiorespirasi

Baik sekali Baik Sedang Kurang Kurang sekali Total

N % N % N % N % N % N %

1-2 kali per 3 bulan 1 1 1 1 1 1 2 2 5 5

< 30 menit 1 1 1 1 2 2

>30 menit 1 1 1 1 1 1 3 3

1-2 kali perbulan 1 1 7 7 2 2 6 6 16 15

< 30 menit 1 1 4 4 5 5

>30 menit 1 1 7 7 1 1 2 2 11 10

1-2 kali perminggu 3 3 5 5 22 21 14 13 44 42

< 30 menit 3 3 11 10 14 13

>30 menit 3 3 5 5 19 18 3 3 30 29

3-5 kali perminggu 11 10 12 12 2 2 25 24

< 30 menit 2 2 2 2

>30 menit 9 8 12 12 2 2 23 22

Tidak melakukan olahraga 1 1 4 4 5 5 5 5 15 14

Tidak melakukanolahraga 1 1 4 4 5 5 5 5 15 14


(48)

Berdasarkan pada tabel di atas, maka dapat juga digambarkan sebagai diagram berikut :

Gambar.3 Distribusi frekuensi tidak melakukan olahraga terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi

Dilihat dari faktor kebiasaan olahraga terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi, frekuensi olahraga sebanyak 3-5 kali perminggu dengan waktu latihan < 30 menit 2% menunjukkan kriteria baik sekali, dan waktu latihan >30 menit 12% menunjukkan kriteria baik. Frekuensi olahraga sebanyak 1-2 kali perminggu dengan waktu latihan < 30 menit 10% menunjukkan kriteria kurang sekali, dan waktu latihan >30 menit 18% menunjukkan kriteria sedang. Frekuensi olahraga sebanyak 1-2 kali perbulan dengan waktu latihan < 30 menit 4%


(49)

menunjukkan kriteria kurang sekali, dan waktu latihan >30 menit 7% menunjukkan kriteria sedang. Frekuensi olahraga sebanyak 1-2 kali per 3 bulan dengan waktu latihan < 30 menit 1% menunjukkan kriteria kurang dan kurang sekali, dan waktu latihan >30 menit 1% menunjukkan kriteria baik, sedang dan kurang sekali. bagi yang tidak melakukan olahraga 5% menunjukkan kriteria kurang dan kurang sekali.

Dari hasil data diatas menunjukkan bahwa bagi yang kebiasaan olahraga yang baik yaitu berolahraga 3 kali seminggu dengan lama latihan kurang lebih 30 menit sebagian besar mempunyai daya tahan kardiorespirasi yang baik. Sedangkan bagi yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga dengan baik dan tidak mempunyai kebiasaan olahraga sebagian besar mempunyai daya tahan kardiorespirasi yang kurang.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa melakukan kegiatan fisik dan olahraga yang baik, teratur dan terus menerus akan menghasilkan kondisi fisik dalam status kesegaran jasmani yang optimal. Dengan latihan yang teratur, maka kesegaran jasmani akan mengalami peningkatan dalam hal peningkatan gerak dan tidak cepat lelah. Efek utama dari latihan jasmani ialah dalam bentuk fisiologis yaitu : dengan memperbaiki kebutuhan dan penggunaan oksigen oleh jantung.

Kecepatan denyut jantung adalah salah satu faktor yang paling mudah dipantau yang memperlihatkan baik respon segera terhadap olahraga maupun adaptasi jangka panjang terhadap program olahraga teratur. Sewaktu seseorang mulai melakukan gerakan badan, sel – sel otot yang aktif menggunakan lebih banyak oksigen untuk menunjang peningkatan energi mereka. Kecepatan denyut jantung meningkat untuk menyalurkan lebih banyak darah beroksigen ke otot. Jantung beradaptasi terhadap olahraga teratur dengan intensitas dan durasi yang cukup, dengan meningkatkan kekuatan dan efisiensinya, sehingga ia dapat memompa lebih banyak darah perdenyutnya. Peningkatan kemampuan memompa itu menyebabkan jantung tidak perlu berdenyut lebih cepat untuk memompa darah dalam jumlah tertentu seperti sewaktu sebelum olahraga teratur. (Sherwood, lauralee. 2001)

Faktor penentu dalam konsumsi oksigen oleh otot jantung ialah tekanan dalam jantung selama kontraksi sistole. Sewaktu tekanan menaik, konsumsi


(50)

oksigen ikut menaik pula. Tekanan intramiokardial atau tekanan dinding ventrikel sama besar dengan tekanan darah sistolik dikalikan dengan radius dari jantung atau dengan kata-kata lain sama besar dengan tekanan darah dikalikan dengan besar jantung. Kecepatan denyut jantung dan pemendekan maksimal dari serat-serat miokardium mempengaruhi juga kebutuhan akan oksigen. Konsumsi oksigen oleh otot jantung tergantung dari interaksi dari faktor-faktor yang disebut di atas. Dengan kata-kata lain, betapa keras jantung bekerja tergantung dari cardiac output dan tekanan darah dalam arteri. Otot jantung yang terlatih membutuhkan lebih sedikit oksigen untuk sesuatu beban tertentu dan membutuhkan jumlah oksigen yang kurang pula untuk pekerjaan fisik atau aktivitas. (Patti & Warren Finke, 1993)

Latihan olahraga yang teratur juga berpengaruh terhadap pernafasan yaitu : jumlah pernafasan permenit berkurang, pernafasan lebih dalam dengan diafragma, dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. Ada keyakinan bahwa peningkatan jumlah kapiler dalam paru-paru, menyebabkan jumlah darah yang berhubungan dengan udara lebih besar yang mengakibatkan ekonomi dalam pernafasan. (Arma Abdullah, 1994)

Latihan olahraga yang teratur juga berpengaruh terhadap sistem otot yaitu sarkoma dari serabut otot menjadi lebih tebal dan kuat, ukuran otot bertambah, kekuatan otot meningkat, daya tahan otot meningkat, terjadi penambahan jumlah kapiler otot. Hal ini menyebabkan peredaran darah ke otot lebih baik. (Arma Abdullah, 1994)


(51)

1.5. Tingkat daya tahan kardiorespirasi berdasarkan jenis kelamin Tabel.4-9 Tingkat daya tahan kardiorespirasi berdasarkan jenis kelamin

Tingkat Daya Tahan Kardiorespirasi

Pria Wanita JUMLAH

N % N % N %

Baik Sekali 9 9 4 4 13 12

Baik 15 14 6 6 21 20

Sedang 19 18 17 16 36 34

Kurang 3 3 5 5 8 8

Kurang Sekali 4 4 23 22 27 26

JUMLAH 50 48 55 52 105 100

Gambar.4. Tingkat daya tahan kardiorespirasi berdasarkan jenis kelamin

Dari tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa pada jenis kelamin pria menunjukkan kategori baik sekali sebanyak 9%, kategori baik sebanyak 14%, kategori sedang sebanyak 19%, kategori kurang sebanyak 3%, kategori kurang sekali sebanyak 4%. Sedangkan pada jenis kelamin wanita menunjukkan kategori baik sekali sebanyak 4%, kategori baik sebanyak 6%, kategori sedang sebanyak 16%, kategori kurang sebanyak 5%, kategori kurang sekali sebanyak 22%.

Dari hasil data diatas didapatkan bahwa pria mempunyai daya tahan kardiorespirasi yang lebih baik daripada wanita. Hal ini sesuai dengan teori bahwa


(52)

daya tahan kardiorespirasi antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas.

Rata-rata wanita muda memiliki kemampuan aerobik antara 15-25% lebih kecil dari pria muda dan ini tergantung pada tingkat aktivitas mereka. Wanita memiliki jaringan lemak 27% dari komposisi tubuhnya lebih banyak dibanding pria 15% dari komposisi tubuhnya. (Hasyim Efendi, 1983) Selain itu terdapat perbedaan jumlah hemoglobin (Hb) antara pria dan wanita. Jumlah hemoglobin pria lebih banyak daripada wanita sehingga kemampuan mengikat oksigen pada wanita lebih rendah dan kapasitas aerobic yang dimilikipun lebih rendah. Selain itu ukuran jantung pada wanita rata-rata lebih kecil dibanding pria. (William Ardle, 1981) Pengambilan oksigen pada wanita 2,2L lebih kecil daripada pria 3,2L. Kapasitas vital paru wanita juga lebih kecil dibanding pria.


(53)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Nilai rata-rata daya tahan kardiorespirasi siswa-siswi SMU Triguna Utama yang diteliti sebagian besar temasuk dalam kriteria sedang (34%).

 Kebiasaan olahraga yang baik yaitu berolahraga 3 kali seminggu dengan lama latihan kurang lebih 30 menit sebagian besar mempunyai daya tahan kardiorespirasi yang baik. Sedangkan bagi yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga dengan baik dan tidak mempunyai kebiasaan olahraga sebagian besar mempunyai daya tahan kardiorespirasi yang kurang.

 Daya tahan kardiorespirasi pada pria lebih baik daripada wanita 5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

 Hendaknya pihak sekolah memperhatikan dan berusaha meningkatkan daya tahan kardiorespirasi para siswa serta mempertahankan bagi siswa yang telah memiliki tingkat daya tahan kardiorespirasi yang baik, melalui pola pembinaan yang terprogram dan kontinu.

 Kepada para siswa hendaknya dapat meningkatkan dan mempertahankan tingkat daya tahan kardiorespirasi, dengan melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan pilihannya diluar jam pelajaran sekolah secara rutin.

 Kepada guru pendidikan jasmani SMU Triguna Utama Kp.Utan Ciputat, hendaknya dapat lebih memotivasi siswanya agar dapat meningkatkan bagi siswa yang tingkat daya tahan kardiorespirasinya kurang dan mampu mempertahankan tingkat daya tahan kardiorespirasi yang baik.

 Perlu penelitian terpadu lebih lanjut untuk mencari perbedaan daya tahan kardiorespirasi dari segi jenis berolahraga yaitu olahraga aerobik dan anaerobik.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. 1997. Perbandingan nilai kapasitas Difusi paru antara orang yang terlatih dan tidak terlatih. Jurnal Respirologi Indonesia, 17, 76 – 83.

Astrand. 1970. Text Book of Work Physiology. New York : McGraw-Hill. Hal : 187 – 216.

Brian Sharkey, 2003. Kebugaran dan Kesehatan.Ed1, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm 75-93

Dangsina Moeloek, 1984, Kesehatan Olahraga, Jakarta : Proyek Pembinaan SGO.Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta, hlm2-51 Arma Abdullah, 1994. Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta, hlm 53-64

Engkos Kosasih. 1983. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Guyton et.al.1996 Textbook oh Medical Physiology. W.B Saunders Company, Philadelphia, Pennsylvania.

Hasyim Efendi, 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peranan Tes Kerja (Exercise Test) untuk Diagnostik. Bandung : Penerbit Alumni, hlm59-121

Ichsan, 1988. Pendidikan Kesehatan dan Olahraga Jakarta, hlm 53-64

Irfannuddin, 1999. Indeks Masa Tubuh, Kadar Hemoglobin Darah dan Hubungannya dengan Kebugaran Jasmani Petinju Amatir di Kodya Palembang. Unpublished Thesis. Bagian Fisiologi dan Fisika Medik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,Palembang;


(55)

Julianty Pradono, 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesegaran Jasmani Warga Kebon Manggis Jakarta Timur Umur 20-39 Tahun, 1998, Buletin Penelitian Kesehatan Vol 27, hlm 293-295

Karhiwikarta, W. 1978. Ilmu Faal Olahraga. Bandung : Lab Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Umum Universitas Padjadjaran

Len Kravitz, 1997. Panduan Lengkap dan Bugar Total.Jakarta : Raja Grafindo Persada, him 5-9

Lutan Rusli, 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung:ITB dan FPISK/IKIP Bandung, hlm.33-41

McArdle W.D. et al. 2000; Essential of Exercise Physiology

Moelyono Wiryo Saputro,1994. Kesehatan Olahraga. Jakarta : PT Pustaka LP Indonesia

Nieman, DC, 1990. Fitness and Sport Medicine An Introduction. Bull Publishing Company, Palo Alto, California.

Patti & Warren Finke, 1993. Aerobic Capacity. http://www.teamoregon.com/publications/ vo2max.html

Rodji, 1994. Olahraga dan Kesehatan untuk SLTP kelas II. Klaten : Intan Pariwara

Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Alih bahasa, Brahm U. Pendit. Editor, Beatricia I Santoso. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal : 456

Sumosardjuno, 1987. Petunjuk Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta : Pustaka Karya Grafika Utama, hlm 9-20

Tri Nurharsono.2006. Kumpulan Artikel Tes Pengukuran Pendidikan Jasmani danTes Kesegaran Jasmani Atlet. PJKR FIK UNNES Semarang.


(56)

William Ardle, 1981. Exercise Physiology Energy, Nutrition, and Human Performance. Philadelpia, pp 369-389

Wilmore, J. Costill, D. 1994. Physiology of Sport and Exercise. New York : Human Kinetics. 192 – 208, 217, 226 – 236

Yaswir Yasrin, 1996. Gambaran Kebugaran Pada Lansia Dengan Uji Treadmil, Majalah Kedokteran Andalas Vol20, hlm5-11

Yunus, F. 1997. Latihan dan pernapasan. Jurnal Respirologi Indonesia, 17, 68 – 69.

.


(57)

LAMPIRAN

Lampiran.1 Kuesioner

SURVEI KEBIASAAN BEROLAHRAGA SISWA-SISWI SMU TRIGUNA UTAMA KAMPUNG UTAN CIPUTAT 2009

I. Indentitas

1. Nomor urut

2. Nama

3. Jenis kelamin

4. Tanggal Lahir / umur

5. Kelas

6. Jurusan (IPA/ IPS)

7. No. Telp /HP

II. Riwayat Kebiasaan Berolahraga

1. Melakukan olahraga dalam 3 bulan terakhir

Ya Tidak

2. Rata-rata melakukan olahraga dengan teratur 1-2 kali per 3 bulan

1-2 kali per bulan 1-2 kali perminggu 3-5 kali perminggu

Tidak melakukan olahraga

3. Lama rata-rata melakukan olahraga < 30 menit

 30 menit


(1)

Performance. Philadelpia, pp 369-389

Wilmore, J. Costill, D. 1994.

Physiology of Sport and Exercise.

New York :

Human Kinetics. 192

208, 217, 226

236

Yaswir Yasrin, 1996. Gambaran Kebugaran Pada Lansia Dengan Uji

Treadmil, Majalah Kedokteran Andalas Vol20, hlm5-11

Yunus, F. 1997. Latihan dan pernapasan.

Jurnal Respirologi Indonesia,

17, 68

69.

.


(2)

LAMPIRAN

Lampiran.1 Kuesioner

SURVEI KEBIASAAN BEROLAHRAGA SISWA-SISWI SMU TRIGUNA

UTAMA KAMPUNG UTAN CIPUTAT 2009

I.

Indentitas

1.

Nomor urut

2.

Nama

3.

Jenis kelamin

4.

Tanggal Lahir / umur

5.

Kelas

6.

Jurusan (IPA/ IPS)

7.

No. Telp /HP

II.

Riwayat Kebiasaan Berolahraga

1.

Melakukan olahraga dalam 3 bulan terakhir

Ya

Tidak

2.

Rata-rata melakukan olahraga dengan teratur

1-2 kali per 3 bulan

1-2 kali per bulan

1-2 kali perminggu

3-5 kali perminggu

Tidak melakukan olahraga

3.

Lama rata-rata melakukan olahraga

< 30 menit

30 menit


(3)

Utama Kampung Utan Ciputat tahun 2009

No. Urut Jenis Kelamin Usia siswa Lama penyelesaian latihan Nadi 30 detik pertama Nadi 30 detik kedua Nadi 30 detik ketiga Skor daya tahan Kardiorespirasi Tingkat daya tahan kardiorespirasi

1 Laki-Laki 16 5 57 55 54 90 Baik Sekali

2 Perempuan 17 5 68 63 62 77 Sedang

3 Perempuan 15 5 70 70 69 72 Sedang

4 Perempuan 15 5 63 60 58 82 Baik

5 Perempuan 16 1,56 67 63 59 25 Kurang Sekali

6 Perempuan 16 3 60 55 55 38 Kurang Sekali

7 Laki-Laki 17 5 55 48 44 102 Baik Sekali

8 Laki-Laki 16 5 70 69 66 73 Sedang

9 Perempuan 16 3,22 57 59 56 52 Kurang Sekali

10 Perempuan 16 5 75 75 70 68 Sedang

11 Perempuan 16 3,32 69 64 59 52 Kurang Sekali

12 Laki-Laki 17 5 60 59 56 85 Baik

13 Laki-Laki 16 5 54 53 50 96 Baik Sekali

14 Perempuan 16 1,28 55 50 49 25 Kurang Sekali

15 Laki-Laki 16 5 68 56 54 84 Baik

16 Perempuan 15 2,07 65 56 49 38 Kurang Sekali

17 Laki-Laki 16 5 62 61 55 84 Baik

18 Laki-Laki 16 5 60 55 55 88 Baik

19 Laki-Laki 16 5 60 58 58 85 Baik

20 Perempuan 16 5 60 55 55 88 Baik

21 Perempuan 17 2,48 62 60 59 38 Kurang Sekali

22 Laki-Laki 18 5 73 67 63 74 Sedang

23 Perempuan 15 4,03 80 72 65 55 Kurang

24 Perempuan 16 5 62 62 59 82 Baik

25 Perempuan 15 5 64 65 70 75 Sedang


(4)

27 Perempuan 15 2,32 66 62 61 38 Kurang Sekali

28 Perempuan 16 4,1 60 61 61 55 Kurang

29 Perempuan 18 5 67 65 60 78 Sedang

30 Perempuan 16 5 67 63 60 79 Sedang

31 Perempuan 16 5 75 70 70 70 Sedang

32 Laki-Laki 16 5 66 65 63 77 Sedang

33 Laki-Laki 17 5 56 50 46 99 Baik Sekali

34 Perempuan 16 4,1 75 70 69 70 Kurang

35 Perempuan 15 4,1 75 63 54 78 Kurang

36 Perempuan 17 5 70 65 51 81 Baik

37 Perempuan 15 5 63 55 54 87 Baik

38 Perempuan 16 5 67 65 60 40 Sedang

39 Perempuan 16 2,23 50 48 43 38 Kurang Sekali

40 Perempuan 16 5 70 69 69 72 Sedang

41 Perempuan 16 5 78 77 75 65 Sedang

42 Perempuan 16 3,53 68 60 57 52 Kurang Sekali

43 Perempuan 15 5 64 61 67 78 Sedang

44 Laki-Laki 16 5 66 64 62 78 Sedang

45 Perempuan 17 5 71 62 60 78 Sedang

46 Perempuan 16 5 75 73 70 69 Kurang

47 Perempuan 15 5 67 66 61 77 Sedang

48 Laki-Laki 17 5 70 68 67 73 Sedang

49 Laki-Laki 19 5 57 56 58 88 Baik

50 Laki-Laki 17 0,85 63 68 69 25 Kurang Sekali

51 Laki-Laki 17 2,01 65 55 51 38 Kurang Sekali

52 Laki-Laki 17 1,3 60 57 54 25 Kurang Sekali

53 Laki-Laki 16 5 67 65 60 78 Sedang

54 Perempuan 18 2,04 80 60 58 38 Kurang Sekali

55 Laki-Laki 17 5 61 60 57 84 Baik

56 Laki-Laki 17 5 68 62 60 79 Sedang

57 Laki-Laki 17 5 55 54 53 93 Baik Sekali


(5)

60 Laki-Laki 18 5 55 50 51 96 Baik Sekali

61 Laki-Laki 17 5 69 65 61 77 Sedang

62 Perempuan 17 5 56 54 53 92 Baik Sekali

63 Laki-Laki 17 5 69 65 61 77 Sedang

64 Laki-Laki 17 5 69 65 61 77 Sedang

65 Laki-Laki 17 5 69 65 61 77 Sedang

66 Laki-Laki 17 5 53 51 50 97 Baik Sekali

67 Laki-Laki 18 5 71 57 51 84 Baik

68 Laki-Laki 17 5 75 73 70 69 Kurang

69 Laki-Laki 18 5 70 54 55 84 Baik

70 Laki-Laki 18 5 49 46 43 109 Baik Sekali

71 Laki-Laki 16 5 58 55 55 89 Baik

72 Laki-Laki 17 5 66 54 40 94 Baik Sekali

73 Laki-Laki 17 5 72 51 69 78 Sedang

74 Laki-Laki 17 5 75 73 70 69 Kurang

75 Laki-Laki 17 5 63 55 54 87 Baik

76 Laki-Laki 17 5 65 55 54 86 Baik

77 Laki-Laki 18 5 63 60 50 87 Baik

78 Perempuan 16 3,5 65 63 58 52 Kurang Sekali

79 Perempuan 17 5 80 70 60 71 Sedang

80 Perempuan 16 5 68 64 57 79 Sedang

81 Perempuan 17 2,15 60 60 66 38 Kurang Sekali

82 Perempuan 17 5 66 54 40 94 Baik Sekali

83 Laki-Laki 17 5 66 66 66 76 Sedang

84 Laki-Laki 17 2,07 55 49 43 38 Kurang Sekali

85 Perempuan 17 2,25 60 52 46 38 Kurang Sekali

86 Perempuan 17 3,5 30 30 43 52 Kurang Sekali

87 Perempuan 17 2,2 61 60 55 38 Kurang Sekali

88 Perempuan 17 5 58 45 30 113 Baik Sekali

89 Perempuan 16 3 50 42 40 38 Kurang Sekali


(6)

91 Laki-Laki 17 5 68 62 60 79 Sedang

92 Laki-Laki 16 5 70 66 64 75 Sedang

93 Laki-Laki 16 5 62 58 58 84 Baik

94 Perempuan 17 5 55 69 60 82 Baik

95 Laki-Laki 17 5 80 66 64 71 Sedang

96 Laki-Laki 17 5 63 60 50 87 Baik

97 Laki-Laki 17 5 67 67 66 75 Sedang

98 Laki-Laki 17 5 70 68 64 74 Sedang

99 Perempuan 17 2,5 64 58 50 38 Kurang Sekali

100 Perempuan 17 2,15 80 72 60 38 Kurang Sekali

101 Perempuan 17 2,24 69 76 69 31 Kurang Sekali

102 Perempuan 17 5 70 70 69 72 Sedang

103 Perempuan 17 2,29 55 59 62 38 Kurang Sekali

104 Perempuan 17 5 45 42 46 113 Baik Sekali