Dasar Keharaman Kuis SMS

menentukan apakah kuis SMS itu dapat dikatakan sebagai sebuah perjudian model baru, ataukah kuis SMS ini hanya sebuah permainan biasa yang tidak terdapat unsur judi. Perbedaan pandangan para ulama mengenai pembentukan hukum baru atas permasalahan yang belum ada nashnya, mendorong para ulama kontemporer untuk melakukan ijtihad dalam menetapkan hukum tersebut. Seperti yang di ungkapkan dalam satu qaidah fiqih yaitu: “ Berubahnya beberapa hukum karena perubahan waktu tidak diingkari” Qoidah ini menerangkan bahwa sebuah hukum itu akan berubah sesuai dengan berubahnya zaman dan perubahan tersebut itu tidak bisa diingkari oleh manusia. Maksudnya bahwa ketentuan hukum hasil ijtihad baik yang melalui jalur qiyas atau pertimbangan kemaslahatan, itu didasarkan pada waktu berlakunya hukum tersebut. 28 Oleh karena itu dalam penetapan hukumnya harus dilihat terlebih dahulu nash - nash yang sudah mengatur mengenai hukum perjudian dikhususkan pada hukum kuis SMS apakah masih relevan untuk dipakai sebagai dasar hukum. Salah satu prinsip yang telah di tetapkan dalam Islam adalah bahwa jika Islam mengaharamkan sesuatu maka ia juga mengharamkan segala perantara yang mengarah pada yang diharamkan tersebut dan 27 Ahmad Sudirman Abbas, Sejarah Qawaid Fiqhiyyah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, h.52 28 Wahbah Az- zuhaili. Konsep Darurat Dalam Hukum Islam Studi Banding dengan Hukum Positif, Jakarta: Gaya Media Pratama. h. 51 menutup jalan yang menuju kearah yang halal. Maka para ulama berpegang pada prinsip “ Segala sesuatu yang menjurus kepada yang haram maka hukumnya haram juga”. 29 Serupa dengan itu Islam juga menetapkan bahwa dosa perbuatan haram tidak terbatas pada pelakunya saja secara langsung, tetapi meluas membentuk suatu lingkaran mencakup pada semua orang yang ikut serta dalam perbuatan itu serta harta yang jadi perantaranya. Dan setiap orang yang ikut serta mendapat dosa sesuai dengan kadar keterlibatannya akan dosa tersebut. 30 Mengingat bahwa tujuan penetapan sesuatu yang haram itu untuk menghindari kemadharatan atau menjauhi mafsadat yang terdapat didalamnya maka seorang muslim harus bersikap hati - hati agar tidak terjerumus kedalam perbuatan yang haram, dan apabila seseorang tidak mampu menentukan hukum suatu persoalan hendaknya ia pandang saja hal itu sebagai hal yang haram untuk berpegang pada prinsip menutup kesempatan saddu Al- dzara‟I yang telah menjadi ketetapan dalam Islam. 31 Seperti yang di jelaskan dalam al - Qur’an Surat al - Araf ayat 33 yang berbunyi:                               29 Yusuf Al- Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam. Penerjemah Muammal Hamidy. Jakarta: Akbar Media, 2005. h. 46 30 Ibid. h. 38 31 Wahbah Az- Zuhaili. Konsep Darurat Dalam Hukum Islam Studi Banding Dengan Hukum Positif. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997. h. 13 Artinya: Katakanlah: Tuhanku Hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.QS. Al- „araaf 7: 33 Dalam ayat ini jelas bahwa Allah SWT telah mengharamkan segala suatu perbuatan yang dianggap keji baik itu yang nampak terlihat oleh mata atau pengetahuan kita dari segi ilmu pengetahuan ataupun dari segi dzahir. Oleh karena itu dalam ayat lain Allah menyuruh kepada kita agar tidak melakukan hal yang memang kita tidak ketahui segala illat unsur, hukum, dan ketentuan – ketentuannya. Hal ini dijelaskan dalam al - Q ur’an surat al - Isra’ ayat 36 yang berbunyi:                     Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya ”. QS. Al- Israa: 36 Ayat ini menerangkan bahwa kita sebagai makhluk sosial yang mempunyai akal dan perasaan diberikan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk sesuai dengan pengetahuan kita. Karena apa yang diketahui oleh manusia sebagai manfaat atau madharat itu selalu terpengaruh oleh keinginan dan tujuan yang terbatas dalam lingkup yang sempit. Oleh karenanya orang bisa saja melihat yang madharat itu sebagai manfaat sehingga ia menghalalkan dengan dasar kemaslahatan, dan begitu juga sebaliknya. 32 Dalam permasalahan kuis SMS, karena sudah jelas pemahaman arti dan persamaan illatnya maka keutamaan antara dalil yang diucapkan dan pengertian itu bisa dijadikan dasar ulama untuk melakukan ijtihad hukum dengan metode qiyas. Hal ini dikarenakan dalam penetapan hukumnya dapat dibandingkan antara hukum asal dengan objek qiyas. Hukum itu disebut dengan mafhum muwafaqah yakni pengertian yang sesuai dengan dalil yang diucapkan dalam hukumnya yang bersandar kepada persesuaiannya pemahaman bahasa. Disebut juga fatwal khitob pengertian yakni dalil yang bisa dimengerti karena setiap nash itu menunjukkan kepada hukum dalam suatu tempat lantaran illat motif atau alasan yang kemudian nash itu menunjukkan atas ketepatan hukum dalam setiap tempat yang illatnya dapat dinyatakan didalamnya. 33 Dalam hal penggunaan qiyas untuk menentukan suatu hukum dalam hukum pidana Islam ialah: a. Suatu hal yang mengakibatkan kondisi yang tidak mungkin maka kondisi tersebut tidak mungkin. Maksudnya yaitu karena setiap qiyas mesti memiliki al – asl yang menjadi tempat sandaran dasar pemberlakuan hukum. 32 Ibid. h.4 33 Abdul Wahab Khalaf. Kaidah – kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta: Raja Grafindo, 2002. h.234 b. Diantara hukum – hukum Islam ada yang ditetapkan tanpa dapat di mengerti maknanya secara logis. 34 Dari perkembangan ijtihad yang dilakukan, maka para Ulama ushul fiqh meneliti lafadz, ungkapan, dan susunan kalimat, serta dalalah alfadznya makna yang di tunjukkan oleh lafadz atau perkataan. Dalam pembahasan kuis SMS ini dikaitkan dengan perjudian. Maka dari itu kuis SMS dalam penerapan hukumnya bisa di kaitkan dalam perjudian dengan dasar mafhum ad- dalalah yaitu maknapengertian yang di pahami secara implisit dari kandungan nash atau logika yang digunakan pada suatu kalimat itu dikarenakan bahasa sebuah nash menunjukkan hukum atas suatu kasus karena suatu illat yang menyebabkan datangnya hukum tersebut. 35 Atau dengan menghubungkan kejadian lain yang sudah ada nashnya dalam al - Q ur’an dan al – Hadits. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa dalam perjudian terdapat pertaruhan, maka dalam kuis SMS juga terdapat pertaruah untuk mendapatkan hadiah yang sudah ada. Bila dalam perjudian ada unsur membayar atas sebuah pertaruhan tersebut maka di dalam kuis SMS juga terdapat suatu pembayaran sebagai awal dari permainan. Bila dalam perjudian terdapat suatu pemenang yang mengambil harta yang kalah maka dalam kuis SMS juga dilakukan semacam itu. 34 Abdul Qadir Audah, ed., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jakarta: Kharisma Ilmu. 2007. h. 210 35 Ibid, h.214 Majelis Ulama Indonesia MUI sepakat bahwa hukum yang diterapkan dalam kuis SMS sama seperti hukum larangan berjudi yaitu surat al – Baqarah ayat 219, surat al – Maidah ayat 90 dan 91. Dari ketiga ayat tersebut dapat diqiyaskan bahwa segala permainan yang di dalamnya terdapat unsur taruhan maka hal tersebut sama dengan judi hukumnya haram. 36 Oleh karena itu fatwa keharaman kuis SMS yang di keluarkan oleh MUI pada tahun 2006 dapat dijadikan dasar keharaman kuis SMS saat ini. Hal ini dilihat dari fungsi MUI sebagai lembaga independent keagamaan yang bertugas sebagai pemberi fatwa dari masalah yang tidak ada hukumnya.

C. Unsur - unsur perjudian dan Kuis SMS

1. Unsur Perjudian

Dalam menentukan apakah suatu permainan itu dapat dikatakan perjudian para Ulama dan ahli hukum berbeda pendapat untuk menentukan suatu illat atau unsur dari pada keharaman judi. Oleh karena itu, unsur – unsur apa saja yang termasuk dalam pengharaman hingga permainan itu bisa dikatakan sebuah perjudian antara lain: a. Menurut Ibrahim Hosen Dalam buku “Apa Itu judi” menjelaskan bahwa illat dalam perjudian adalah adanya suatu unsur taruhan dalam sebuah permainan, dan permainan tersebut dilakukan dengan berhadap-hadapan. 37 36 Rohadi Abdul Fatah. Analisis Fatwa Keagamaan Dalam Fiqih Islam, Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. h. 122 37 Ibrahim Hosen. Apakah Judi Itu, Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah Institut Ilmu Al- Qur’an IIQ, 1987. h.21 b. Dalam surat Al-Maidah ayat 90 disebutkan bahwa illat dari maisirjudi itu adalah Rijsunkotor dan merupakan perbuatan syaitan. Sedangkan dalam ayat berikutnya disebutkan bahwa maisirjudi itu dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian serta akan menyebabkan lalai dari dzikir kepada Allah dan shalat. c. M enurut Imam Syafi’i illat dari pada maisirjudi adalah adanya unsur taruhan, permainan dilakukan berhadap-hadapan langsung. d. A. Rahman Asjumuni berpendapat bahwa unsur dari pada keharaman perjudian adalah: 1 Menimbulkan permusuhan dan kemarahan diantara pemain, menghalangi Dzikrullah dan shalat. Seperti yang di jelaskan dalam surat Al- Maidah ayat 91.                       Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran meminum khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu ”. a. Adanya unsur saling merugikan dan tidak ridho bagi orang yang kalah dan mengakibatkan kemadharatan fisik dan psikis. Dalam suatu qoidah yaitu: