Sosiologi Berfikir Masyarakat TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJUDIAN
b. Dorongan moral c. Daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah.
47
Namun meskipun demikian, agama membatasi hal tersebut dengan nash – nash yang
sudah ada dan menjadi dasar hukum atas sesuatu hal yang sudah dilarang. Batasan ini dilakukan hanya untuk menyelamatkan jiwa manusia dari kehancuran hidup yang
melanda mereka. Manusia dalam kehidupannya sesuai dengan fitrahnya selalu mengalami perubahan
– perubahan, baik perubahan yang alami maupun yang dirancang oleh manusia sendiri.
Perubahan itu tidak selamanya menjadi lebih baik, bahkan sering terjadi sebaliknya yaitu manusia akan mengalami krisis identitas diri sebagai makhluk yang mulia disisi
Allah maupun bagi sesamanya. Dalam hal ini manusia dibekali potensi dan kekuatan fisik serta kekuatan berfikir, ini tidak berarti bahwa akal manusia adalah satu - satunya potensi
abasolut yang memecahkan segala persoalan hidupnya dan proses pengambilan keputusan atau penegasan sikap. Bahkan kecenderungan nafsu kearah negatif pada umumnya lebih
kuat terutama bila pikir dan rasa tidak mampu mengendalikannya.
48
Lebih dari dua juta orang di Indonesia adalah warga miskin atau kurang mampu, dari kondisi seperti inilah hingga banyak kemaslahatan yang sering dilakukan orang miskin
untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka, sehingga makin hari semakin banyak tindak kejahatan yang terungkap dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari
–hari.
47
M. Quraish Shihab. Wawasan Al- Qur‟an. Jakarta: Mizan. 1994. h.294
48
Sahal Mahfudh. Nuansa Fiqh Sosial. Yogyakarta: LKS Yogyakarta, 1994. h. 112
Kemiskinan semacam ini tidak luput dari beberapa faktor yang bisa menimbulkan kemiskinan dan kemelaratan, hal pokok tersebut ialah:
49
a. Kelemahan, yaitu yang meliputi kelemahan hati dan semangat, kelemahan akal dan ilmu, atau kelemahan fisik.
b. Kemalasan, tidak diragukan lagi bahwa sifat ini merupakan pangkal utama dari kemiskinan.
c. Ketakutan, hal ini pun jelas merupakan penghambat utama untuk mencapai suatu kesuksesan dalam pekerjaan dan usaha.
d. Kepelitan, hal ini sangat bersangkutan dengan pihak si kaya, karena dengan sifat ini tanpa disadari pelitnya itu membantau untuk tidak mengurangi kemiskinan, dan
menempatkan dirinya menjadi sasaran untuk di benci oleh si miskin. e. Tertindih utang, terdapat banyak peringatan dari ajaran Islam untuk berhati
– hati jangan sampai untuk terjerat hutang, karena utang sangat membelenggu baik di
dunia maupun di akhirat. f. Diperas atau dikuasai sesama manusia, hal ini merupakan penyebab bagi timbulnya
banyak penderitaan dan kemelaratan, baik pada tingkat perorangan maupun tingkat masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari kemiskinan inilah maka akan timbul suatu pemikiran – pemikiran baru yang
berkembang di masyarakat, dan menjadi pola pemikiran yang berkembang terhadap segala suatu hal yang baru bagi mereka. Pola pemikiran baru seperti inilah yang
49
Ali Yafie. Menggagas Fiqh Sosial, Bandung: Mizan, 1995. h. 173
menimbulkan beberapa masalah di masyarakat sehingga dapat menimbulkan suatu penafsiran baru yang keluar dari jalur yang sudah di tentukan. Dengan timbulnya masalah
seperti ini maka akan menghambat penegakan suatu hukum yang menjadi berfungsi sebagai pengatur hidup manusia dan sebagai perekayasa kehidupan yang akan datang.
Namun berdasarkan penelitian walker, prilaku judi memberikan efek terhadap kehidupan financial, kehidupan sosial, kondisi pikologis, dan juga karir bag pelakunya.
Karena judi tidak hanya menghabiskan uang tetapi juga dapat memunculkan efek terhadap hubungan keluarga yakni keluarga menjdi terabaikan karena efek yang di
rasakan ketika para penjudi terlibat banyak hutang dan tidak dapat lagi membiayai kebutuhan keluarga.
Menurut walker dalam buku psychology of gambling alasan seseorang untuk melakukan perjudian tidak hanya untuk mendapatkan uang tetapi juga untuk mendapatkan
kepuasan psikologis dengan melakukan aktivitas menantang dan beresiko, munculnya prilaku gambling yang di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti budaya, faktor sosial,
faktor stress dan krisis yang dialami oleh individu. Namun pada awalnya para gambler penjudi melakukan prilaku gambling tersebut karena terdorong oleh rasa ingin tahu
kemudian para gambler terdorong untuk melakukan gambling dan menjadi ketagihan. Hal tersebut di sebabkan karena dalam gambling perjudian ada kemungkinan untuk dapat
menang atau kalah.
50
50
Shinta Permata Sari, Gambaran Prilaku Gambling Pada Peserta Kuis SMS di Televisi. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007. h. 7
Budaya perjudian dalam masyarakat memeang sulit untuk di hilangkan karena ada kemmungkinana perjudian ini bisa menguntungkan bagfi mereka seperti hasil dari survey
diatas. Menurut Edwin M. laurentdalam Libeling teory bahwa kejahatan atas prilaku menyimpang bukanlah prilaku yang unik dari seseorang, melainkan reaksi yang di
tumbuhkannya.
51
Dalam ilmu krimonologi perilaku budaya masyarakat yang menyimpang sebagai proses sosial dianggap terjadi akibat reaksi terhadap kehidupan kelas seseorang. Cesare
Lamborso yang mendapat julukan bapak kriminologi modern mengklasifikasikan penjahat dalam empat golongan yaitu:
52
1. Born Criminal yaitu orang yang pertama meletakkan metode ilmiah dalam
mencari penjelasan tentang sebab kejahatan serta melihatnya dari banyak faktor.
2. Insane Criminal yaitu orang – orang yang tergolong idiot atau paranoid.
3. Criminaloid yaitu perilaku kejahatan berdasarkan pengalaman yang terus
menerus sehingga mempengaruhi pribadinya. 4.
Criminal of passion yaitu pelakuk kejahatan yang melakukan tindakannya karena marah, cinta atau kehormatan.
Dari beberapa golongan diatas, masalah perjudian dimasyarakat bisa termasuk dalam golongan Born Criminal dan criminaloid. Hal ini Karena perilaku perjudian di
51
Freda Adler. Cromimology. The Mc. Graw-Hill Company.h. 70
52
Sutherland. Principles of criminology. New York: J.B. Lippincott Company.h. 7
masyarakat diakibatkan karena adanya faktor – faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukannya dan adanya pengalaman seseorang karena pernah melakukan perjudian. Dalam masyarakat seperti ini biasanya muncul sekelompok orang yang menjadi pembuat
masalah. Kelompok tersebut biasanya didominasi oleh anak
– anak remaja dan anak – anak muda. Fenomena ini melalui pendekatan teori budaya kelas bawah dari Walter B. Miller
yang digunakan untuk menganalisa mengapa perilaku – perilaku buruk bisa terjadi pada
masyarakat kelas bawah. Dalam teorinya Walter B. Miller mengemukakan enam nilai budaya kelas bawah yaitu:
53
a. Trouble, merupakan salah satu aspek yang menggambarkan situasi atau
semacam perilaku yang mengakibatkan keterlibatan petugas atau wakil dari masyarakat.
b. Toughness, merupakan gambaran suatu kombinasi komponen dari kualitas
atau suatu kedudukan. c.
Smartness, dalam konsep budaya kelas bawah meliputi kecakapan mengakali, memperdaya dan sebaliknya kecakapan untuk menghindari tipu
atau menjadi korban penipuan. d.
Excitement, rasa kegembiraan yang berlebihan pada masyarakat karena perilaku menyimpang yang dilakukan oleh masyarakat.
53
Ibid. h. 8
e. Fate, pada umumnya kaum bawah merasa bahwa kehidupan mereka
dikuasai oleh kekuatan yang sangat besar yang ada di luar jangkauan mereka.
f. Autonomy, kemandirian sangatlah penting bagi kalangan bwah dimana
hasrat untuk mandiri dan menolak terhadap control dari otoritas diluar kelompoknya.