Pendahuluan SISTEM WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING

Rifqi Firdaus : Analisis Kinerja AWG Arrayed Waveguide Gratings Pada Komunikasi Serat Optik, 2009.

BAB II SISTEM WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING

2.1 Pendahuluan

Teknologi WDM Wavelength Division Multiplexing yang merupakan cikal bakal lahirnya DWDM Dense Wavelength Division Multiplexing berkembang dari keterbatasan yang ada pada sistem serat optik, dimana pertumbuhan trafik pada sejumlah jaringan backbone mengalami percepatan yang tinggi, sehingga kapasitas jaringan tersebut terpenuhi dengan cepatnya. Hal ini menjadi dasar pemikiran untuk memanfaatkan jaringan yang ada dibandingkan membangun jaringan baru. Teknologi WDM pada dasarnya adalah teknologi transportasi untuk menyalurkan berbagai jenis trafik data, suara, dan video secara transparan, dengan menggunakan panjang gelombang λ yang berbeda-beda dalam suatu fiber tunggal secara bersamaan. Implementasi WDM dapat diterapkan baik pada jaringan long haul jarak jauh maupun untuk aplikasi short haul jarak dekat[3]. Pada Gambar 2.1 ditunjukkan sebuah contoh sistem WDM. Delapan sinyal optik dengan panjang gelombang yang berbeda – beda yang berasal dari kanal-kanal transmisi langsung dimultipleksing. Sinyal – sinyal tersebut dibawa keluar dari multiplekser pada sebuah fiber tunggal. Di tengah pentransmisian terjadi sebuah add- drop multiplekser yang meruting 1 panjang gelombang 4 λ ke titik tujuan dan ditranmisikan kembali oleh transmitter lain pada panjang gelombang yang sama[9]. Rifqi Firdaus : Analisis Kinerja AWG Arrayed Waveguide Gratings Pada Komunikasi Serat Optik, 2009. Gambar 2.1 Sistem Wavelength Division Multiplexing[9] Pada sisi kanan terdapat 8 sinyal yang dipisahkan dalam sebuah demultiplekser dan dirutekan ke setiap penerima masing – masing. Receiver bersifat color-blind dalam merespon secara sama untuk semua panjang gelombang. Receiver dapat mendeteksi semua panjang gelombang yang masuk. Ini artinya, bahwa sinyal – sinyal tersebut harus benar – benar terpisah pada bagian multiplekser, karena jika terjadi perbedaan panjang gelombang antar 2 atau lebih yang masuk, maka pada keluaran receiver akan dianggap sebagai sebuah noise. Sebagai contoh, jika 5 λ masuk pada receiver 6, maka receiver secara bersamaan akan memasukkan 5 λ pada kanal 6 sebagai 6 λ . Ini menyebabkan terjadinya interferensi dengan sinyal 6 λ yang asli[9]. Rifqi Firdaus : Analisis Kinerja AWG Arrayed Waveguide Gratings Pada Komunikasi Serat Optik, 2009. Add - drop multiplekser ialah sebuah multiplekser yang berfungsi untuk mengeluarkan 1 atau lebih panjang gelombang dari gabungan transmisi sinyal optik. Add – drop multiplekser dapat melakukan drop ke suatu lokasi tujuan. Ia juga dapat melakukan add sinyal tersebut, sehingga dapat ditransmisikan kembali pada mid point station. Pada Gambar 2.1 dapat kita lihat penambahan sinyal 4 λ setelah sinyal tersebut di-drop terlebih dahulu[9].

2.2 Perutean Panjang Gelombang