75 kognitif menunjukan perolehan t
hitung
lebih besar dari t
tabel
yaitu 5,8872,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
akhir belajar siswa pada ranah kognitif antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran
discovery dengan siswa kelas kontrol. 3.
Pembelajaran discovery lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas X pada kompetensi dasar analisis rangkaian kemagnetan di SMK 1 Pundong. Berdasarkan hasil uji
sample paired t-test antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol menunjukan sama-sama terdapat
peningkataan yang signifikan, tetapi peningkatan yang lebih tinggi ditunjukkan pada kelas eksperimen yaitu dengan nilai t
hitung
sebesar -14,903 dan signifikansi 0,000.
B. Impilkasi
Implikasi hasil dari penelitian ini memberikan dampak yang positif bagi guru maupun bagi siswa. Bagi siswa penggunaan model
discovery learning membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa dapat
menemukan dan mengembangkan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan cara belajarnya sehingga
akan berdampak pada peningkatan kognitif siswa. Bagi guru, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan
informasi tentang model pembelajaran yang ditawarkan di kurikulum 2013, yaitu discovery learning. Hasil penelitian ini juga bermanfaat memberikan informasi
pada guru penggunaan model pembelajaran yang lebih efektif. Hasil analisis membuktikan bahwa pembelajaran
discovery lebih efektif dibanding dengan pembelajaran konvensional pada materi analisis rangkaian kemagnetan.
76
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang telah dilaksankan ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan. Keterbatasan yang pertama adalah penelitian belum bisa
mengukur secara lengkap hasil belajar siswa yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Penelitan ini hanya ditujukan
untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif dan ranah afektif saja. Keterbatasan kedua terkait proses pengambilan data dalam pembelajaran,
banyak siswa yang tidak menggunakan number tag sebagai tanda pengenal yang
memudahkan observer untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini mungkin berdampak pada data hasil penelitian observasi afektif siswa.
D. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran untuk dijadikan bahan pertimbangan dan pemikiran antara lain:
1. Siswa
diharapkan mampu
merespon dengan
baik penggunaan
pembelajaran discovery. Siswa hendaknya tidak terlampau nyaman dengan
pembelajaran konvensional. Siswa harus lebih berani mengembangkan pengetahuan mereka, siswa diharapkan tidak lagi mengandalkan sumber
belajar yang diberikan oleh guru saja, tetapi siswa berinisiatif sendiri secara mandiri dan kreatif membangun pengetahuan dengan belajar dari berbagai
sumber diluar sumber yang diberikan oleh guru. Siswa juga hendaknya saling tolong-menolong dalam beradapatasi dengan model pembelajaran
yang masih tergolong baru. 2.
Guru hendaknya menerapakan pembelajaran discovery dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar analisis rangkaian
77 kemagnetan. Pembelajaran ini juga membutuhkan perhatian khusus dalam
hal pemilihan pembahasan masalah, perencanaan waktu dan tempat sehingga dengan perencanaan yang seksama dapat membantu
mengoptimalkan proses pembelajaran dan meminimalkan jumlah waktu yang terbuang, sehingga guru harus lebih merancang proses pembelajaran
dengan tepat.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abruscato, Joseph. 1996. Teaching Children Science A Discovery Approach.
Needham Heights: A Simon Shuster Company. Ahmad Aprillah. 2013.
“Implementasi Kurikulum 2013 dan Kesiapan Guru”. Academia.
https:www.academia.edu3854090Implementasi_kurikulum_ 2013_dan_Kesiapan_Guru
. [19 April 2014: 08.00]. Akhmad Efendi. 2012.
Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas X SMK Diponegoro Yogyakarta
Sleman. Skripsi. Fakultas Sais dan Teknologi UIN. Asari Djohar. 2007.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Press. Aziz Fachrurrozi. 2012.
Pengaruh Metode Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor: Penelitian Kuasi
Eksperimen di SMA Negeri 4 Pandeglang Banten. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Baskara Aji. 2013. “Dinas Akui Guru dan Sekolah Masih Bingung”. Harian Jogja.
http:www.harianjogja.combaca20130726kurikulum-2013-dinas- akui-guru-dan-sekolah-masih-bingung-431160
. [5 Agustus 2014: 06.15]. Billet, Stephen. 2011.
Vocational Education. Australia: Griffith University Dwi Purwanti. 2014.
“Guru Vs Teknologi Informasi dan Komunikasi”. Murianews.
http:www.murianews.comindex.phppendidikanitem5097-guru-vs- teknologi-informasi-dan-komunikasi
. [7 Agustus 2014: 08.00]. H. Syaiful Sagala dan Nova Sasmira. 2008.
Efektivitas Metode Discovery Learning dengan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Sup Pokok Bahasan Mengenal Alat-akat Kantor Kelas XI SMK Negeri 7 Medan Tahun Pembelajaran 20082009. Laporan Penelitian. Fakultas
Ekonomi UNIMED.
Hanafiah dan Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT.
Refika Aditama. Martinis Yamin. 2012.
Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Ciputat: Referensi GP Press Group.
79 Mettler, Richard. 1998.
Cognitive Learning Theory and Cane Travel Instruction A New Paradigm. Nebraska: State of Nebraska, Departement of Public
Institutions, Division of Rehabilitations Service for The Visually Impaired. Muhammad Nuh. 2013. “Kurikulum 2013 Mulai Berlaku Penuh Tahun 2015”.
Tribunnews. http:www.tribunnews.comnasional20130902kurikulum-
2013-mulai-berlaku-penuh-tahun-2015 . [20 April 2014: 05.00].
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Murniati AR dan Nasir Usman. 2009.
Impelentasi Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung: Citapustaka Media
Perintis. Musliar Kaslim. 2014.
“Implementasi Kurikulum 2013, Banyak Guru Gagal Paham
”. Sindonews.
http:nasional.sindonews.comread82517315implementasi-kurikulum- 2013-banyak-guru-gagal-paham
. [5 Agustus 2014: 07.10]. Nana Sudjana. 2002.
Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Roestiyah N.K. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:
ALFABETA, cv. Suharsimi Arikunto. 2013.
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sulistiyo. 2014. “Implementasi Kurikulum 2013, Banyak Guru Gagal Paham”.
Sindonews. http:nasional.sindonews.comread82517315implementasi-
kurikulum-2013-banyak-guru-gagal-paham . [5 Agustus 2014: 07.10].
Sutman, Frank X., Schmuckler, Joseph S., Woodfield, Joyce D., 2008. The
Science Quest Using InquiryDiscovery to Enchance Student Learning. San Francisco: Jossey-Bass.
Syofian Siregar. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif:
Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.
Tri Indartanta. 2013. “Sekolah Swasta Keluhkan Kurikulum Baru”. Harian Jogja.
http:www.harianjogja.combaca20130726kukrikulum-2013-sekolah- swasta-keluhkan-kurikulum-baru-431147
. [5 Agustus 2014: 06.00]. Trianto. 2010.
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP. Jakarta: Kencana.
80 Wijaya Kusumah. 2012.
“Jadi Guru Kok Malas Baca ?”. Kompasiana. http:edukasi.kompasiana.com20120523jadi-guru-kok-malas-baca-
465250.html . [7 Agustus 2014: 07.20]
Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
81
LAMPIRAN
82
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
A. Kisi-kisi Observasi Afektif B. Rubrik Observasi Afektif