Ringkasan Eksekutif
3
CPO dunia pada triw ulan laporan. Selain itu diindikasikan juga turut dipengaruhi oleh adanya kebijakan registrasi penggunaan bahan kimia
serta aturan penggunaan biodisel atau Uni Eropa Directive, dimana biodiesel yang bersumber dari minyak saw it atau CPO tidak dikategorikan
sebagai produk biodiesel yang bisa mengisi pasar Eropa dengan alasan tertentu.
•
Secara sektoral, kinerja sektor pertanian Provinsi Riau secara umum masih memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap perekonomian Riau.
Sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yaitu mencapai 3,21 dari 2,99 pada triw ulan
sebelumnya.
•
Di sisi lain, sektor pertambangan juga memiliki pangsa yang cukup berarti, namun demikian pertumbuhan sektor ini belum menunjukkan
kecenderungan membaik dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Pada triw ulan laporan pertumbuhan sektor ini mengalami
kontraksi sebesar 1,98 , menurun dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 0,08 . Kondisi ini disebabkan
oleh kinerja sektor migas yang kurang produktif karena faktor alamiah terkait dengan semakin banyaknya sumur-sumur tua., sehingga volume
lifting minyak bumi di Provinsi Riau cenderung mengalami penurunan.
III. ASSESM EN INFLASI
•
Tingkat inflasi tahunan yoy di Provinsi Riau yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen IHK Kota Pekanbaru dan Kota Dumai masing-masing
tercatat sebesar 4,58 dan 5,27 . Tingkat inflasi Kota Pekanbaru dan Dumai secara umum mulai mengikuti pergerakan tingkat inflasi nasional
yang berada pada kecenderungan meningkat setelah mencapai titik terendahnya pada akhir tahun 2009
•
Inflasi kota Pekanbaru pada triw ulan II-2010 tercatat berada dibaw ah inflasi nasional yang mencapai 5,05 yoy, sedangkan inflasi di Kota Dumai
Pertambangan memiliki pangsa yang
cukup berarti, namun pertumbuhannya
belum menunjukkan kecenderungan
membaik
Inflasi Kota Pekanbaru dan Kota
Dumai mengikuti pergerakan inflasi
nasional
Ringkasan Eksekutif
4
berada di atas inflasi nasional. Sementara itu, secara triw ulanan qtq kota di Provinsi Riau secara umum berada diatas tingkat inflasi nasional dengan
inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai yaitu sebesar 2,60 . Sedangkan inflasi qtq kota Pekanbaru pada triw ulan II-2010 tercatat sebesar 1,72 ,
lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 0,79 .
•
Kondisi ini utamanya dipicu oleh inflasi bahan makanan volatile foods terutama cabe merah terkait dengan gangguan pasokan akibat fenomena
anomali iklim. Di sisi lain, inflasi administered price juga relatif tinggi seiring dengan kebijakan konversi minyak tanah ke LPG yang mengakibatkan andil
bahan bakar rumah tangga cukup tinggi terhadap inflasi pada triw ulan laporan.
IV. ASSESM EN KEUANGAN
•
Perkembangan perbankan Provinsi Riau pada triw ulan laporan secara umum cukup baik. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya jumlah dana
yang dihimpun yang diikuti dengan meningkatnya kredit yang disalurkan.
•
Jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan Provinsi Riau telah mencapai Rp34,80 triliun atau meningkat 1,34 dibandingkan dengan triw ulan
sebelumnya. Peningkatan terjadi pada bank umum maupun BPR yaitu masing-masing tercatat sebesar 1,31 dan 8,93 . Pangsa dari BPR masih
tergolong kecil yaitu hanya sebesar 1,39 dari total dana yang dihimpun, sementara pangsa dari bank umum mencapai 98,61 . Namun demikian,
pangsanya mengalami peningkatan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya seiring dengan lebih tingginya pertumbuhan dana pada BPR di
Provinsi Riau. Inflasi dipicu oleh
volatile foods terutama cabe merah
dan adiminestered price
Perkembangan perbankan masih
cukup baik
Ringkasan Eksekutif
5 •
Peningkatan penghimpunan dana oleh perbankan diikuti juga dengan peningkatan penyaluran kredit yaitu dari Rp25,31 triliun menjadi Rp26,85
triliun, atau tumbuh sebesar 5,99 pada triw ulan laporan. Peningkatan penyaluran kredit ini terjadi pada kelompok bank milik pemerintah maupun
kelompok bank milik sw asta yaitu masing-masing tumbuh sebesar 3,19 dan 12,11 . Namun dengan memperhitungkan kredit berdasarkan lokasi
proyek, maka jumlah kredit yang disalurkan telah mencapai Rp38,06 triliun. Kredit yang disalurkan oleh BPR tercatat sebesar Rp468,47 miliar, juga
tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya.
•
Pengelolaan risiko kredit dalam triw ulan laporan masih tetap terjaga, masih berada di baw ah batas maksimal yang diizinkan oleh Bank Indonesia yaitu
5 , meskipun mengalami sedikit penurunan yang tercermin dari meningkatnya NPLs bank umum di Provinsi Riau dari 2,67 menjadi
3,28 . Dengan memperhitungkan Pembentukan Pencadangan Aktiva Produktif PPAP, rasio NPLs Net juga masih mengalami peningkatan dari
1,74 menjadi 2,15 pada triw ulan laporan. Di sisi lain, NPLs BPR masih berada pada tingkat yang cukup tinggi yaitu sebesar 7,82 , berada diatas
ketentuan maksimum yang dizinkan oleh Bank Indonesia, namun demikian rasio ini sudah menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triw ulan
sebelumnya.
•
M enurut jenis penggunaan, komposisi kredit konsumsi masih mendominasi, namun pangsanya sudah mulai mengalami penurunan.
Komposisi kredit bank umum untuk konsumsi secara umum masih disalurkan kepada kredit perumahan dan rukorukan, terutama perumahan
type 70 ke baw ah. Selanjutnya sebagian besar kredit investasi disalurkan kepada sektor pertanian terutama subsektor perkebunan. Sementara itu,
penyaluran kredit modal kerja utamanya disalurkan pada sektor perdagangan diikuti oleh sektor pertanian.
•
Berdasarkan sektor usaha yang dibiayai, kredit masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan yaitu mencapai 21,35 dari total kredit, dengan
jumlah nominal mencapai Rp5,63 triliun. Berdasarkan subsektornya, maka Peningkatan
penghimpunan dana diikut i degan
peningkatan penyaluran kredit
NPLs perbankan masih tetap berada
pada tingkat yang terjaga
Kredit konsumsi masih mendominasi,
namun pangsanya sudah mulai
menurun
Ringkasan Eksekutif
6
sebagian besar disalurkan kepada subsektor perdagangan eceran yaitu mencapai Rp2,58 triliun atau 45,83 dari total kredit kepada sektor
perdagangan, namun pangsanya cenderung mengalami penurunan sejak triw ulan I-2010 yang lalu. Pergeseran terjadi pada subsektor pengumpul
perdagangan dalam negeri yang pada triw ulan laporan mencapai Rp2,55 triliun atau 45,23 dari total sektor perdagangan.
•
Sejak triw ulan I-2010 yang lalu terjadi peningkatan yang signifikan pada subsektor pengumpul barang dagangan dalam negeri. Pangsa subsektor ini
dalam kurun w aktu 3 tiga tahun terakhir secara rata-rata hanya tercatat sebesar 2,66 , namun sejak triw ulan I-2010 yang lalu, pangsanya secara
rata-rata meningkat menjadi 46,10 . Kondisi ini telah mendorong menurunnya pangsa subsektor perdagangan eceran sejak triw ulan I-2010
secara rata-rata menjadi 44,96 , setelah secara persisten pangsanya terus mendominasi secara rata-rata selama 3 tiga tahun terakhir yaitu mencapai
62,17 . Pangsa subsektor distribusi juga mengalami penurunan yang berarti yaitu dari 15,16 menjadi 0,20 .
•
Sektor lain yang juga menyerap kredit cukup besar adalah sektor pertanian yaitu mencapai Rp4,04 triliun, namun pangsanya mengalami penurunan
dari 17,06 menjadi 15,31 . Dari jumlah tersebut sebesar Rp3,75 triliun 92,89 disalurkan kepada subsektor tanaman perkebunan. Besarnya
penyaluran kredit kepada subsektor ini tidak terlepas dari prospek perkebunan kelapa saw it di Provinsi Riau dan besarnya lahan pengolahan
kelapa saw it di Provinsi Riau. Selain itu, Provinsi Riau dianggap semakin prospektif dengan adanya peluang pengembangan tanaman perkebunan
dengan adanya penetapan Riau sebagai salah satu pusat klaster industri hilir kelapa saw it di Indonesia yaitu Kota Dumai dan Kuala Enok.
•
Jumlah alat likuid bank umum pada triw ulan laporan mencapai Rp2,30 triliun, mengalami penurunan sebesar 8,67 dibandingkan dengan
triw ulan sebelumnya. Penurunan didorong oleh berkurangnya simpanan perbankan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI sebesar 21,12
sehingga jumlahnya menjadi Rp1,12 triliun, meskipun kas bank umum Kredit kepada sektor
perdagangan utamanya disalurkan
pada subsektor perdagangan eceran
Penyaluran kepada subsektor pengumpul
barang dagangan dalam negeri
meningkat signifikan
Ringkasan Eksekutif
7
mengalami peningkatan sebesar 7,43 sehingga jumlahnya menjadi Rp1,18 triliun.
•
Di sisi lain Non Core Deposit NCD
1
bank umum mengalami peningkatan dari Rp9,34 triliun menjadi Rp9,76 triliun 4,37 seiring dengan
meningkatnya jumlah dana yang dihimpun. Peningkatan terjadi pada komponen tabungan dan deposito 1-3 bulan yaitu masing-masing sebesar
5,77 dan 8,97 , sementara itu komponen giro mengalami penurunan sebesar 1,07 , seiring dengan menurunnya jumlah giro yang dihimpun
oleh bank umum.
•
M argin yang diterima oleh bank umum masih berada pada tingkat yang tinggi, namun sudah mulai mengalami penurunan dibandingkan dengan
triw ulan sebelumnya yaitu dari 7,69 menjadi 7,12 . Hal ini terjadi karena pada triw ulan laporan, suku bunga kredit mengalami penurunan,
sebaliknya suku bunga dana deposito mengalami peningkatan.
•
Laba yang diperoleh oleh bank umum Provinsi Riau pada triw ulan laporan tercatat sebesar Rp383,20 miliar, mengalami penurunan sebesar 20,72
dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Setelah memperhitungkan transfer dan pajak, maka labanya mengalami sedikit peningkatan yaitu
menjadi Rp384,00 miliar, namun masih tetap lebih rendah dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai Rp483,72 miliar atau
menurun sebesar 20,61 . Penurunan laba pada triw ulan laporan diperkirakan terjadi karena meningkatnya rasio BOPO rasio Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional dari 75,06 menjadi 77,86 pada triw ulan laporan
Alat likuid perbankan mengalami
penurunan sementara NCD
mengalami peningkatan
M argin yang diterima perbankan
masih cukup t inggi namun sudah mulai
mengalami penurunan
Ringkasan Eksekutif
8
V. PROSPEK PEREKONOM IAN DAERAH