Differential Item Functioning Administrasi tes pada Big Five Inventory

seharusnya tes dikerjakan, dan berisi beberapa contoh dalam mengerjakan tes tersebut.

D. Differential Item Functioning Administrasi tes pada Big Five Inventory

versi Indonesia Prosedur tes yang standar tidak hanya mengenai instuksi secara lisan, waktu, bahan-bahan, dan aspek lainnya, namun juga mengenai kondisi tes. Hal ini dapat berpengaruh terhadap skor tes, bahkan pada aspek yang sangat kecil sekalipun. Perlu adanya persiapan tester yang matang, penyesuaian kondisi tes, membangun rapport dan mengenalkan tes kepada para peserta tes Anastasi Urbina, 1997. Perkembangan zaman dalam penggunaan komputer mempengaruhi setiap fase pada pemberian tes, termasuk administrasi, skoring, pemberian laporan, dan interpretasi F.B. Baker, 1989; Butcher, 1987; Gutkin Wise, 1991; Roid, 1986; dalam Anastasi Urbina, 1997. Penggunaan komputer dan internet memberikan revolusi baru pada dunia alat tes, termasuk pada variasi alat tes kepribadian yang dapat diakses melalui internet Kaplan Sacuzzo, 2005, sehingga memunculkan metode pelaksanaan baru yaitu administrasi tes secara online. Penggunaan komputer yang bahkan merambah ke dunia psikologi ini juga memiliki alasan yaitu pengguna komputer yang nantinya akan melaksanakan tes secara online adalah seorang manusia. Dalam hal ini, perlu dipertimbangkan bagaimana individu tersebut bekerja, bagaimana mereka memproses informasi dan bagaimana mereka mampu bereaksi pada situasi yang berbeda, termasuk pada Universitas Sumatera Utara perbedaan metode yang diberikan sewaktu administrasi tes Bushnell Mullin, 1987. Administrasi tes online adalah metode penggunaan komputer, dimana tes paper-and-pencil yang juga dapat disebut dengan administrasi tes manual, didesain dalam versi elektronik dan di-posting ke Web site Osterlind, 2010. Adanya administrasi tes secara online yang didasarkan pada penggunaan komputer memunculkan perbedaan baru dalam pengadministrasian tes. Pada administrasi tes secara online, peserta langsung membaca instruksi yang sudah ada pada layar komputer, tempat administrasi tes lebih fleksibel bahkan bisa dilakukan oleh orang-orang yang berbeda negara, tidak menggunakan paper and pencil melainkan menggunakan media elektronik seperti komputer, laptop, atau smartphone Kaplan Sacuzzo, 2005; Osterlind, 2010. Usaha membangun rapport dan mengenalkan alat tes juga hampir tidak ada karena minimnya interaksi peserta tes kepada tester Kaplan Sacuzzo, 2005. Lang, dkk. 2011 menemukan bahwa metode yang diberikan memberikan hasil mean yang berbeda pada tipe kepribadian Big Five Inventory. Pada kelompok yang diberikan metode telephone interview, ditemukan bahwa openness seorang individu meningkat dibandingkan ketika diberikan dengan metode self- administered questioner. Penelitian oleh Aslam 2011 yang berkaitan dengan standarisasi instruksi pada pengadministrasian tes juga menghasilkan kesimpulan secara umum bahwa terdapat pengaruh instruksi yang terstandar dan yang tidak terstandar dalam pengadministrasian Big Five Inventory terhadap hasil Big Five Inventory. Hasil penelitian ini cukup memberikan bukti bahwa metode Universitas Sumatera Utara pengadministrasian yang sama administrasi manual, namun dengan instruksi yang berbeda tidak standar saja bisa memberikan pengaruh pada hasil tes, terlebih lagi jika metode pengadministrasiannya secara keseluruhan sudah jelas berbeda seperti halnya pada administrasi tes manual dan online. Adanya perbedaan metode administrasi tes akan berpengaruh pada hasil skor alat tes, memunculkan tantangan baru berkaitan dengan karakteristik psikometris alat tes. Karakteristik psikometris berkaitan dengan pengembangan dasar evaluasi terhadap suatu alat tes psikologis, termasuk diantaranya pengukuran Azwar, 2007. Pada proses pengembangan alat tes, analisis aitem merupakan langkah awal yang krusial, yang meliputi berbagai jenis prosedur evaluasi termasuk karakteristik yang diukur Coaley, 2010. Analisis aitem memiliki beberapa istilah, yaitu item impact, DIF, dan juga bias aitem Zumbo, 1999. Pada sudut pandang psikometri, perbedaan konsistensi intrapersonal maupun interpersonal merupakan hal yang krusial terhadap karakteristik psikometrisnya, yaitu validitas dan reliabilitas Anastasi Urbina, 1997. Untuk mendapatkan reliabilitas yang baik, maka eror harus diminimalisir, termasuk diantaranya kesalahan sistematik systematic error yang berkaitan dengan bias pada tes, yang juga dapat merusak validitasnya Coaley, 2010; Osterlind, 2010; Reeve, tanpa tahun. Reliabilitas dipengaruhi oleh random error kesalahan yang berasal dari individu peserta tes, sedangkan kesalahan sistematik merupakan kesalahan yg berasal atas keanggotaan suatu kelompok Osterlind, 2010, sehingga berkaitan dengan bias yang terjadi pada tes, yang juga dapat merusak validitasnya Coaley, 2010; Osterlind, 2010. DIF merupakan salah satu Universitas Sumatera Utara konsep dalam pengukuran bias Sheppard, dkk., 2006 yang berpengaruh pada validitas Coaley, 2010. DIF berbeda dengan bias aitem, namun merupakan titik awal dari penelitian tentang bias aitem. DIF muncul ketika peserta memiliki kemampuanlatent trait yang sama dari kelompok yang berbeda, namun memiliki kesempatan yang tidak sama dalam merespons aitem cenderung setuju pada pernyataan aitem tertentu. Bias aitem muncul ketika aitem tidak bisa mengukur apa yang ingin diukur, atau hanya bisa mengukur sedikit dari apa yang ingin diukur tersebut. Bias aitem dapat mempengaruhi validitas suatu tes karena dapat menyebabkan kesimpulan yang salah mengenai kemampuan tes untuk mengukur apa yang seharusnya diukur Rahmawati, 2010. Singkatnya, DIF adalah sebuah kondisi dimana individu dari kelompok yang berbeda, memiliki kemungkinanprobabilitas berbeda dalam menyetujui suatu pernyataan sebuah aitem, setelah level atributlatent trait yang diukur dikondisikan setara. Sedangkan bias aitem terjadi ketika individu dari satu kelompok cenderung untuk menyetuji pernyataan dalam aitem dibandingkan peserta individu dari kelompok lainnya, karena beberapa karakteristik dari aitem yang dipakai dalam mengukur atau situasi pengukuran yang tidak relevan dengan tujuan tes Zumbo, 1999; Widhiarso, 2004. Lain halnya dengan validitas berdasarkan bukti proses respons yang mungkin merupakan hasil dari bias aitem, berdasarkan pemahaman dari Osterlind 2010, DIF lebih mengarah pada validitas berdasarkan bukti struktur internal. Bias aitem dapat muncul dari eksternal struktur tes atau bukan merupakan bawaan Universitas Sumatera Utara dari aitem yang tersedia. Proses respons yang berbeda tersebut dapat dipengaruhi oleh extraneous variable, bukanlah dari internal atau aitemnya. Sedangkan pada konsep DIF, berkaitan dengan aitem struktur yang disediakan untuk dikerjakan oleh kelompok tertentu, dimana aitem tersebut yang membuat individu dari kelompok tertentu memberi respons yang berbeda. Dapat dikatakan bahwa aitem- lah yang disalahkan, bukan individu atau latar belakang individu yang disalahkan. Terdapat dua kelompok yang akan dibandingkan pada konsep DIF, yaitu kelompok fokal minoritasyang tidak diuntungkan dan kelompok referensi mayoritasdiuntungkan sebagai pembanding Rahmawati, 2010. Seperti halnya penjabaran mengenai DIF diatas, DIF berkaitan dengan kedua hal tersebut yaitu adanya perbedaan respon antara kelompok referensi dan kelompok fokal dalam merespon suatu aitem. Administrasi tes secara online memiliki interaksi dan observasi secara langsung kepada para peserta tes yang sudah pasti tidak bisa ditangkap oleh komputer. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kaplan Sacuzzo 2005 bahwa penggunaan komputer juga memiliki kekurangan pada interpretasi yang berkaitan dengan clinical judgement. Meskipun terkadang menghasilkan kecemasan tersendiri dan tidak ada interaksi langsung, serta terkadang mampu memunculkan keyboard phobia pada sebagian orang, penggunaan komputer dapat menghemat banyak waktu, berpotensi meningkatkan test-retest reliability, mengurangi bias, tidak perlu sulit untuk scan hasil karena data langsung masuk ke dalam sistem komputer meningkatkan akurasi skoring, dan juga mengurangi biaya sehingga Universitas Sumatera Utara meningkatkan efisiensi Butcher, Perry, Atlis, 2000; Groth-Marnat, 1999; Osterlind, 2010. Cronbach di awal tahun 1970 dalam Kaplan Sacuzzo, 2005 menyampaikan beberapa keuntungan sistem komputer, yaitu standarisasi yang sangat baik, tahapan administrasi dirancang sedemikian rupa agar dapat dilakukan sendiri oleh peserta tes, lebih ada kesabaran peserta tes tidak terburu-buru dalam mengerjakan tes, hasil respons tepat waktu karena langsung ter-input oleh komputer, mempermudah tugas tester tester bisa melaksanakan tugas lain, dan lebih mengontrol bias. Hal ini dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi pada tes paper-and pencil atau administrasi tes secara manual pada hal standarisasi, kontrol, dan eror saat skoring. Beberapa bukti menunjukkan bahwa peserta tes lebih nyaman dan menyukai interaksi dengan komputer dibandingkan dengan administrasi tes paper-and-pencil atau manual, termasuk diantaranya tes manual yang kemudian dirancang menjadi versi administrasi tes online Rosenfeld, Doherty, Vicino, Kantor, dkk., 1989; Buchanan Smith, 1999; Cronk West, 2002; dalam Kaplan Sacuzzon, 2005. Individu menjadi lebih nyaman dan terbuka disclose dalam merespons aitem ketika berinteraksi dengan komputer Davis, 1999; dalam Kaplan Sacuzzo, 2005, lebih jujur, dan tidak memunculkan efek social desirability ketika dihadapkan pada situasi pelaksanaan tes tanpa prosedur yang mengharuskan face-to-face Kaplan Sacuzzo, 2005. Penelitian Locke Gilbert pada tahun 1995 dalam Kaplan Sacuzzo, 2005 menunjukkan bahwa peserta tes memberikan pengalaman positif dengan komputer. Kebanyakan Universitas Sumatera Utara penelitian menunjukkan bahwa administrasi tes menggunakan komputer sama reliabelnya dengan administrasi tes secara manual Handel, Ben-Porath, Matt, 1999; Schulenberg Yutrzenka, 1999; dalam Kaplan Sacuzzo, 2005; Groth- Marnat, 1999. Pengadministrasian tes sejak awal dibuat untuk diadministrasikan secara manual, yang kemudian ditransformasi dan dibentuk dalam form digital yang dapat diakses melalui komputer dan jaringan internet yang kemudian dikenal dengan adminitrasi tes online. Administrasi tes online mungkin memberikan keunggulan tersendiri, namun terlepas dari itu, pada awalnya setiap tes diadministrasikan secara manual. Kemajuan teknologi mungkin mempermudah dan meringankan kinerja individu, namun tetap tidak bisa menggantikan secara penuh keutamaan yang bisa dilakukan individu itu sendiri. Administrasi tes online memiliki keuntungan-keuntungan tersendiri, namun masih perlu banyaknya pengujian agar memiliki cukup bukti untuk dikatakan sama baiknya dengan administrasi tes secara manual yang merupakan merupakan setting-an asli yang menjadi awal mula, dasar, dan acuan dalam hal pengadministrasian tes. Inilah alasan mengapa administrasi tes manual dianggap menjadi kelompok acuan kelompok referensi sedangkan administrasi tes online dianggap sebagai kelompok yang menjadi fokus kelompok fokal. Seorang individu akan berbeda perilakunya ketika bertemu dengan tuntutan setiap situasi Anastasi Urbina, 1997. Situasi yang berbeda dalam pelaksanaan tes dengan perbedaan pengadministrasian akan berpengaruh pada skor subjek. Perbedaan metode dalam memberikan tes administrasi tes Universitas Sumatera Utara kemudian bisa menjadikan dua individu yang memiliki kepribadian yang sama, akan memiliki kemungkinan lebih untuk mendapatkan hasil skor BFI yang berbeda, padahal seharusnya dengan kepribadian yang sama, maka diasumsikan skor mereka akan sama. Dengan melihat konsep DIF, maka akan terlihat apakah aitem pada alat tes tersebut adil dan tidak memihak pada suatu kelompok tertentu Hortensius, L., 2012; Jodoin, M.G. Gierl, J., 1999. Big Five Inventory BFI dimasa ini juga sudah bisa diakses diinternet dan dikerjakan dengan metode pelaksanaan secara online. Adanya perbedaan administrasi tes pada BFI memberikan alasan untuk kemudian perlu dilakukan pengecekkan karakteristik psikometrisnya. Hal ini juga berlaku pada BFI versi Indonesia yang juga bisa dilaksanakan baik pada administrasi tes manual maupun online, dimana kedua kelompok memiliki latent trait yang sama yaitu OCEAN. Reliabilitas dan validitas konstraknya sudah diuji oleh Mariyanti dan Rahmawati dalam proses pengadaptasiannya ke dalam bahasa Indonesia, sehingga layak untuk dipergunakan demi alasan pengembangan alat ukur BFI. Namun, berkaitan dengan adanya perbedaan administrasi tes, perlu ditinjau DIF administrasi tes pada aitem BFI versi Indonesia. Dengan pengujian DIF administrasi tes, akan teruji pula keadilan aitem pada alat tes BFI versi Indonesia baik saat diadministrasikan secara manual maupun online. Dengan kata lain, akan terlihat apakah BFI dengan administrasi tes online sama baiknya dengan penyajian BFI dengan administrasi tes secara manual. Jika BFI ternyata mengandung DIF pada konteks administrasi tes yang berbeda tersebut, maka dapat dipastikan bahwa hal ini dapat berpengaruh pada skor tes. Kemungkinan ini Universitas Sumatera Utara akan memunculkan kesalahan sistematik dan berpengaruh pada validitas karena tidak dapat memberikan bukti-bukti untuk memperkuat validitasnya, sehingga kualitasnya akan menurun dan penggunaannya juga masih sulit untuk diterapkan. Hal ini akan menghambat terciptanya BFI versi Indonesia yang berkualitas dan teruji karakteristik psikometrisnya. Universitas Sumatera Utara 44

BAB III METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta yang ditemukan. Penelitian kuantitatif menekankan pada analisis data numerik angka yang diolah dengan metode statistik Azwar, 2011.

A. Data yang Digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor aitem-aitem Big Five Inventory dari dua kelompok, yaitu kelompok manual dan kelompok online.

B. Subjek Penelitian

Big Five Inventory dalam penelitian ini dikonstrak untuk orang dewasa. Usia dewasa yang dimaksudkan adalah sesuai dengan pendapat Hurlock 1993 yaitu dimulai dari usia 18 tahun sampai 40 tahun, yaitu dewasa awal. Teknik sampling yang akan digunakan adalah incidental sampling. Incidental sampling adalah suatu metode pemilihan subjek secara kebetulaninsidental bertemu, cocok untuk dijadikan sebagai sumber data, dan setuju untuk menjadi sample penelitian, dan terus dilakukan hingga subjek mencukupi jumlah yang diinginkan Sugiyono, 2012; Dantes, 2012. Dengan demikian, subjek dalam penelitian ini adalah individu yang sudah menginjak usia dewasa. Sesuai dengan literatur, jumlah subjek sebanyak 200 orang per kelompok sudah dianggap cukup adekuat, dan akan lebih baik lagi jika lebih dari itu Zumbo, 1999; Scott, dkk., 2010. Dengan demikian, jumlah subjek dalam Universitas Sumatera Utara