Tipe Kepribadian Big Five

yang luar biasa, yang dikenal sebagai Big Five John Srivastava, 1999; McCrae Costa, 2003; dalam Pervin, 2005; Coaley 2010. Konsep Big Five banyak dilibatkan dalam berbagai penelitian oleh ahli kepribadian di berbagai negara, dan tetap menghasilkan gambaran 5 dimensi dasar kepribadian. Fakta ini mendukung munculnya kesepakatan yang menyatakan bahwa konsep Big Five stabil. Coaley, 2010; Pervin, 2005. Bahkan terlihat peningkatan publikasi penelitian-penelitian yang berkaitan dengan Big Five atau istilah lainnya adalah Five Factor Model FFM sejak terbentuknya konsep tersebut. Tercatat pada tahun 2005-2009 jumlah publikasi mencapai lebih dari 1500an jika dibandingkan pada tahun awal terbentuknya konsep Big Five, yaitu awal tahun 1990an yang hanya berkisar 250an publikasi John, O. P., Naumann, L. P., Soto, C. J., 2008.

2. Tipe Kepribadian

Big Five Berdasarkan penjelasan mengenai sejarah Big Five, maka dapat disimpulkan bahwa Big Five Personality adalah suatu pendekatan dalam dunia psikologi untuk melihat kepribadian manusia dengan menggunakan konsep FFM, yaitu trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Berikut ini adalah trait-trait dalam domain- domain dari Big Five Personality Costa McCrae dalam Pervin, 2005, yaitu: a. Openness O Openness yang dimaksudkan adalah openness to experience, dimana trait ini mengidentifikasikan kepribadian individu dari sudut pandang keaktifan dalam mencari dan mengapresiasi pengalaman hidup, toleransinya terhadap hal-hal yang Universitas Sumatera Utara baru dan tidak biasa. Orang dengan skor tinggi merupakan orang yang memiliki rasa ingin tahu, ketertarikan yang luas, kreatif, original, imajinatif, dan menyukai hal yang bervariasi tidak tradisional. Sedangkan orang dengan skor rendah memiliki pemikiran yang konvensional, down-to-earth, ketertarikannya hanya pada hal tertentu, tidak artistik, dan tidak analitis. b. Conscientiousness C Trait ini mengidentifikasikan kepribadian individu dari sudut pandang derajat kemampuan individu terhadap pengorganisasian, daya tahan dan motivasi berperilaku dalam meraih tujuan, tidak bergantung, tidak tahan dengan orang yang ceroboh dan tidak bersemangat. Orang dengan skor tinggi dapat dipercaya, terorganisir dan teratur, pekerja keras, disiplin dan tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan gigih. Sedangkan orang dengan skor rendah terlihat tanpa tujuan dan terlihat tidak perduli akan sesuatu, malas, sulit diandalkan, sembrono dan tidak teratur, mudah menyerah, dan suka bersenang-senang hedonis. c. Extraversion E Trait ini mengidentifikasikan kepribadian individu dari segi kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitas, kebutuhan untuk menstimulasi, kapasitas untuk memberi kesenangan. Orang dengan skor tinggi merupakan orang yang bersosial, aktif, talkative, people-oriented, optimis, fun-loving, dan penuh kasih. Sedangkan orang dengan skor rendah cenderung pendiam, task-oriented, penyendiri, pasif, dan kurang mengekspresikan perasaannya. Universitas Sumatera Utara d. Agreeableness A Trait ini mengidentifikasikan kepribadian individu dari segi kualitas pikiran, perasaan, dan tindakan, terhadap orientasi interpersonal dalam kontinum rentang compassion hingga antagonism. Orang dengan skor tinggi berhati lembut, good-nature, percaya pada orang lain, pemaaf, penolong, polos dan terang-teranganblak-blakan. Sedangkan orang dengan skor rendah lebih kasar, curiga, sinis, kurang kooperatif, memiliki lebih mungkin dalam menyimpan dendam, menyebalkan dan terkesan kejam, mementingkan kepentingan sendiri, serta manipulatif. e. Neuroticism N Trait ini mengidentifikasi kepribadian individu pada sudut pandang kestabilan emosi, yang berkaitan dengan distress psikologis, ide yang tidak realistis, harapan atau dorongan yang berlebihan, dan coping respon yang maladaptif. Orang dengan skor tinggi akan memiliki rasa khawatir, cemas, emosional, merasa tidak aman, merasa ada yang kurang, dan perasaan sedih atas dirinya. Sedangkan orang dengan skor rendah mempunyai bawaan santai, tenang, tidak emosional, lebih stabil, merasa lebih aman dan merasa puas akan dirinya. Kelima domain trait pada model Big Five tersebut dibagi kedalam enam subfaktor oleh Costa McCrae dalam Pervin, 2005; John Srivastava, 1999, yaitu: Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Sub Faktor pada trait dalam model Big Five Dimensi Subfaktor Openness to Experience Fantasy khayalan Aesthetics keindahan Feelings perasaan Actions tindakan Ideas ide Values nilai-nilai Conscientiousness Self-discipline disiplin Dutifulness patuh Competence kompetensi Order teratur Deliberation pertimbangan Achievement strivingpencapaian prestasi Extraversion Gregariousness suka berkumpul Activity level level aktivitas Assertiveness asertif Excitement Seeking mencari kesenangan Positive Emotions emosi yang positif Warmth kehangatan Agreeableness Straightforwardness berterusterang Trust kepercayaan Altruism mendahulukan kepentingan orang lain Modesty rendah hati Tendermindedness berhati lembut Compliance kerelaan Neuroticism Anxiety kecemasan Self-consciousness kesadaran diri Depression depresi Vulnerability mudah tersinggung Impulsiveness menuruti kata hati Angry hostility amarah

3. Big five Inventory BFI