b. Tagihan tahun lain yang belum diselesaikan dan atau yang tidak tersediaanggarannya pada tahun lalu yang bersangkutan.
c. Pengembalian penerimaan yang bukan haknya atau penerimaan yangdibebaskan dibatalkan dan atau kelebihan penerimaan.
2.1.4 Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 25 tahun 1999, PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari potensi sumber daya yang ada di daerah. Sumber-sumber
PAD meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang
berasal dari retribusi daerah. Jenis pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, dirinci menjadi sebagai berikut. a. Pajak Provinsi, yang terdiri atas hal-hal berikut ini.
• Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. • Bea balik nama kendaraan bermotor BBNKB dan kendaraan di atas air.
• Pajak bahan bakar kendaran bermotor. • Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
b. Pajak Kabupaten kota, yang terdiri atas sebagai berikut. • Pajak Hotel.
• Pajak Restoran.
Universitas Sumatera Utara
• Pajak Hiburan. • Pajak Reklame.
• Pajak penerangan Jalan. • Pajak pengambilan Bahan Galian Golongan C.
• Pajak Parkir. c. Retribusi, yang terdiri atas sebagai berikut.
• Retribusi Jasa Umum. • Retribusi Jasa Usaha.
• Retribusi Perijinan Tertentu.
Menurut UU No. 32 tahun 2004, PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali
pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
2.1.5 Dana Alokasi Umum
Menurut UU No. 33 tahun 2004, DAU adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU diberikan pemerintah pusat untuk membiayai kekurangan dari pemerintah daerah
dalam memanfaatkan PAD-nya. DAU bersifat “Block Grant” yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah.
DAU sebagai salah satu bagian dari dana perimbangan yang ditujukan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar Pemda. Menurut Mardiasmo
2002:142 mengidentifikasi beberapa tujuan pemerintah pusat memberikan dana bantuan dalam bentuk DAU kepada pemerintah daerah yaitu:
1.
Untuk mendorong terciptanya keadilan antar wilayah
2.
Untuk meningkatkan akuntabilitas
3.
Untuk meningkatkan sistem pajak yang progresif
4.
Untuk meningkatkan keberterimaan pajak daerah
DAU merupakan salah satu alat bagi pemerintah pusat sebagai alat pemerataan pembangunan di Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi
ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat dan daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan tersebut, khususnya dari
DAU akan memberikan kepastian bagi daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung
jawabnya. Menurut UU No. 25 Tahun 1999, alokasi DAU ke suatu daerah ditetapkan
berdasarkan dua faktor, yaitu potensi perekonomian dan kebutuhan daerah. Kebutuhan daerah fiscal need dicerminkan oleh jumlah penduduk, luas wilayah,
keadaan geografis, dan tingkat pendapatan masyarakat. Potensi perekonomian antara lain dicerminkan oleh potensi penerimaan pemerintah daerah fiscal
capacity, seperti dari hasil industri dan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan PDRB.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut diatas sesuai dengan prinsip fiscal gap yang dirumuskan oleh Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan yang sejalan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu
daerah ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsep fiscal gap dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan oleh kebutuhan daerah fiscal needs dan
potensi daerah fiscal capacity. Dengan pengertian lain, DAU digunakan untuk menutup celahgap yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi
penerimaan daerah yang ada. Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut distribusi DAU kepada daerah-daerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih
kecil akan memperoleh DAU yang relatif besar. Dengan konsep ini beberapa daerah, khususnya daerah yang kaya sumber daya alam dapat memperoleh DAU
yang negatif. Adapun cara menghitung DAU menurut ketentuan adalah sebagai berikut:
a. Dana Alokasi umum DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25 dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.
b. Dana Alokasi umum DAU untuk daerah propinsi dan untuk daerah kabupatenkota ditetapkan masing-masing 10 dan 90 dari dana
alokasi umum sebagaimana ditetapkan diatas. c. Dana Alokasi umum DAU untuk suatu daerah kabupatenkota tertentu
ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerahkabupaten yang ditetapkan APBN dengan porsi daerah
kabupatenkota yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
d. Porsi daerah kabupatenkota sebagaimana dimaksud di atas merupakan proporsi bobot daerah kabupatenkota di seluruh Indonesia. Prakosa,
2004 DAU ditetapkan minimal 25 dari penerimaan Dalam Negeri. 10 untuk
DAU daerah provinsi, 90 untuk DAU daerah kabupatenkota.
DAU Provinsi = jml DAU seluruh provinsi x bobot seluruh daerah provinsi
bobot daerah provinsi yang bersangkutan
DAU KabKota = jml DAU seluruh kabkota x bobot seluruh daerah kabkota
bobot daerah kabkota yang bersangkutan
Berdasarkan Undang-undang No.33 tahun 2004 pengalokasian DAU ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal fiscal gap suatu daerah, yang
merupakan selisih antara kebutuhan daerah fiscal need dan potensi daerah fiscal capacity. Apabila suatu daerah memiliki potensi fiscal dan pertumbuhan ekonomi
yang besar tetapi kebutuhan fiscal kecil maka akan memperoleh alokasi DAU yang relative kecil. Sebaliknya untuk daerah yang potensi fiskalnya kecil dan
pertumbuhan ekonomi yang kecil sedangkan kebutuhan fiskalnya besar maka akan memperoleh alokasi DAU yang relative besar.
Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupatenkota ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara provinsi dan
kabupatenkota.
2.1.6 Dana Alokasi Khusus