Beban Gempa Beban Angin

54 tersebut sehingga menyebabkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus untuk atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh energi kinetik butiran air. No Komponen Bangunan Berat Kgm 2 1 Atap tanpa difungsikan untuk fungsi struktural lain 100 2 Lantai dan Tangga Rumah Tinggal 200 3 Lantai Sekolah, Ruang Kuliah, Kantor, Toko, Toserba, Restoran, Hotel, Asrama dan Rumah Sakit 250 4 Balkon yang Menjorok Keluar, Tangga, Bordes 300 5 Lantai Ruang Olahraga, Masjid, Gereja, Bioskop, Pabrik, Bengkel, Gudang, Perpustakaan 400 6 Lantai Ruang Dansa, Panggung Penonton 500 7 Beban Pekerja 100 Tabel 3.2. Beban Hidup Menurut Kegunaan Berdasarkan SNI 03-1727- 1989F

3.7.3. Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur yang dipengaruhi oleh gerakan tanah akibat gempa tersebut. Peraturan Pembebanan Indonesia, 1983. Dalam hal ini pengaruh gempa pada struktur ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik. Maka dapat disimpulkan beban gempa disini adalah gaya gaya yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa pada struktur tersebut. Penjelasan tentang beban gempa beserta gambar dan grafik akan ditampilkan pada halaman lampiran. Universitas Sumatera Utara 55 Besarnya Beban Gempa Dasar Nominal horizontal akibat gempa menurut Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung SNI–1726 – 1998, dinyatakan sebagai berikut : V = � � � Wt dimana : V = beban gempa dasar nominal beban gempa rencana. Wt = kombinasi dari beban mati dan beban hidup vertikal yang direduksi. C = spektrum respon nominal gempa rencana, yang besarnya tergantung dari jenis tanah dasar dan waktu getar struktur. Untuk mengetahui nilai C harus diketahui terlebih dahulu jenis tanah tempat struktur berdiri. I = faktor keutamaan struktur. R = faktor reduksi gempa.

3.7.4. Beban Angin

Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia,1983, beban angin adalah semua beban yang bekerja pada struktur atau bagian struktur yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Tekanan angin di Indonesia adalah 80 kgm 2 pada bidang tegak sampai setinggi 20 m. Beban angin yang bekerja terhadap struktur adalah menekan dan menghisap struktur tidak menentu dan sulit diprediksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tekan dan hisap angin terhadap struktur adalah kecepatan angin, kepadatan udara, permukaan bidang dan bentuk dari struktur. Universitas Sumatera Utara 56 Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian dari struktur. Besarnya tekanan tiup harus diambil minimum sebesar 25 kgm 2 , kecuali untuk bangunan-bangunan berikut : • Pinggir laut hingga 5 km dari pantai minimum tekanan tiup = 40 kgm 2 . • Bangunan didaerah yang tekanan tiupnya lebih dari 40 kgm 2 , harus diambil sebesar p = - V 2 16 kgm 2 . V adalah kecepatan angin dalam ms. • Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kgm 2 harus ditentukan dengan rumus 42,5 + 0,6h dengan h adalah tinggi cerobong seluruhnya. • Koefisien angin yang diambil untuk struktur tertutup dengan sudut pangkal atap dinyatakan dengan β adalah sebagai berikut : o β 22° untuk bidang lengkung di pihak angin  Pada seperempat busur pertama – 0.6  Pada seperempat busur kedua – 0.7 o β 22° untuk bidang lengkung di belakang angin  Pada seperempat busur pertama – 0.5  Pada seperempat busur kedua – 0.2 o β 22° untuk bidang lengkung di pihak angin  Pada seperempat busur pertama – 0.5  Pada seperempat busur kedua – 0.6 o β 22° untuk bidang lengkung di belakang angin  Pada seperempat busur pertama – 0.4  Pada seperempat busur kedua – 0.2 Universitas Sumatera Utara 57

3.8. Sekilas Mengenai Program SAP