Komponen Layanan HIV Manfaat ARV memiliki efek positif bagi

21 4. HIV Stadium IV : HIV wasting syndrome, infeksi toksoplasmosis di otak, gejala-gejala infeksi pneumositosis, infeksi herpes simpleks, maupun mukokutaneus 1 bulan, dan infeksi lainnya sebagai komplikasi turunnya sistem imun dengan penampilan klinis derajat IV : berada di tempat tidur, 50 hari dalam bulan-bulan terakhir Nasronudin dan Margarita, 2007.

2.2 Komponen Layanan HIV

2.2.1 Layanan Kesehatan Bagi ODHA

Mengacu pada SK Menkes no 832X2006, maka strata pelayanan kesehatan bagi ODHA di sarana kesehatan di Indonesia dibagi menjadi 3 strata yaitu : 1 Sarana Layanan Kesehatan Strata III Sarana layanan kesehatan strata III atau rumah sakit rujukan tertier, merupakan rumah sakit rujukan yang berupa pusat rujukan nasional, regional atau provinsi. Rumah sakit tersebut memiliki klinis yang pakar di bidang tatalaksana HIV-AIDS dan mampu melakukan diagnosis dan terapi yang lebih canggih. Para pakar di rumah sakit rujukan strata III diharapkan juga mampu memberikan konsultasi, pelatihan atau bimbingan klinis bagi tenaga di layanan kesehatan strata II yang pada umumnya berupa rumah sakit di kabupatenkota. Layanan yang ditawarkan dapat berupa layanan rawat jalan maupun layanan rawat inap. 2 Sarana Layanan Kesehatan Strata II Sarana layanan kesehatan strata II atau seringkali disebut juga sebagai rumah sakit rujukan sekunder atau tingkat menengah, yang biasanya merupakan rumah sakit kabupatenkota sebagai Pusat PDP HIV-AIDS Strata II. Universitas Sumatera Utara 22 3 Sarana Layanan Kesehatan Strata I Layanan kesehatan strata I merupakan layanan kesehatan dasar yang biasanya diselenggarakan oleh puskesmas dan atau layanan kesehatan berbasis masyarakat. Biasanya terkait dengan perawatan berbasis masyarakat atau perawatan berbasis rumah.

2.2.2 Konseling dan Tes HIV

Konseling dan tes HIV adalah dialog antara klienpasien dan konselortenaga kesehatan dengan tujuan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan berkaitan dengan tes HIV Ubra, 2012. Dalam proses konseling dan tes HIV dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu : 1. Konseling dan tes HIV sukarela KTS - VCT = Voluntary Counseling and Testing Client Initiated Counseling and Testing = CICT Konseling dan tes HIV atas inisiasi klien ini bertujuan untuk : a. Pencegahan penularan HIV dengan menyediakan informasi tentang perilaku beresiko seperti seks aman atau penggunaan jarum bersama dan membantu orang dalam mengembangkan keterampilan pribadi yang diperlakukan untuk perubahan perilaku dan negoisasi praktek lebih aman. b. Menyediakan dukungan psikologis, sosial, dan spiritual seseorang yang terinfeksi virus HIV atau virus lainnya. c. Memastikan efektivitas rujukan kesehatan, terapi dan perawatan melalui pemecahan masalah kepatuhan berobat. 2. Tes HIV dan konseling atas inisiatif tenaga kesehatan KTIP – PITC = Provider-Initiated Testing and Counseling. Universitas Sumatera Utara 23 Tes HIV dilakukan oleh tenaga kesehatan ketika pasien datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan dan terindikasi terkait infeksi HIV. Inisiasi HIV oleh tenaga kesehatan harus selalu didasarkan atas kepentingan kesehatan dan pengobatan pasien. Untuk itu perlu memberikan informasi yang cukup sehingga pasien mengerti dan mampu mengambil keputusan menjalani tes HIV secara sukarela, bahwa konfidensialitas terjaga terhubung dengan rujukan konseling pasca tes oleh konselor sesuai dengan kebutuhan klien dan menyediakan rujukan konseling ke pelayanan dukungan dan perawatan yang memadai. Penerapan konseling dan tes atas inisiasi tenaga kesehatan KTIP bukan berarti menerapkan tes HIV secara mendatori atau wajib. Kegiatan memberikan anjuran dan pemeriksaan tes HIV perlu disesuaikan dengan prinsip bahwa pasien sudah mendapatkan informasi yang cukup dan menyetujui untuk tes HIV dan semua pihak menjaga kerahasiaan prinsip Counseling, Consent, Confidentiality – 3C dan Reporting dan Recording – 2R tetap harus diterapkan dalam pelaksanaannya Kemenkes RI, 2011. Universitas Sumatera Utara 24 Tabel 2.2 Perbandingan Metode Pendekatan KTIP dan KTS Konseling Tes atas Inisiatif Petugas Kesehatan KTIP Konseling Tes HIV Sukarela KTS Konselinga dan tes disarankan dan dilakukan oleh tenaga medis sebagai bagian dari pelayanan medis. Klien yang memilih untuk menjalani konseling dan tes. Pelayanan diberikan secara rahasia dan didokumentasikan dalam rekam mesdis. Klien dapat memilih apakah pelayanan diberikan secara rahasia atau anonim. Fokus utama adalah identifikasi pasien terinfeksi HIV dan menghubungkan mereka dengan layanan kesehatan. Fokus utama adalah mencegah infeksi HIV secara individual dengan identifikasi dan manajemen resiko. Consent verbal harus diperoleh dan didokumentasikan dalam rekam medis. Klien harus memberikan consent tertulis dengan tanda tangan atau cap jari. Hasil tes pertama dilihat oleh tenaga medis untuk menentukan diagnosis dan tata laksana berikutnya. Hasil tes pertama dilihat oleh klien dan konselor untuk menentukan keputusan secara personal. Sumber : Djauzi, S. dkk 2014

2.2.3 Prinsip Pelayann Konseling dan Tes HIV

Beberapa prinsip layanan dan tes HIV : 1. Sukarela prinsip dalam melaksanakan tes HIV. Pemeriksaan tes HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan, tanpa paksaan dan tanpa tekanan. 2. Saling membangun kepercayaan dan menjaga konfidensialitas. 3. Layanan harus bersifat profesional, mengahrgai hak dan martabat semua klienpasien. Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan tenaga kesehatan tidak diperkenankan didiskusikan diluar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Konfidensialitas dapat dibagi sesuai kebutuhan klienpasien. 4. Mempertahankan hubungan relasiefektif. Universitas Sumatera Utara 25 5. Konselorpetugas medis mendorong klienpasien untuk kembali mengambil hasil tes dan mengikuti konseling pasca tes untuk mengurangi perilaku beresiko. Di dalam konseling dan tes HIV dibicarakan juga respon dan perasaan klien ketika menerima hasil tes pada sesi tahap penerimaan. 6. Tes HIV merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses konseling dan tes HIV.

2.3 Pengobatan Antiretroviral ARV