Pengobatan Antiretroviral ARV Manfaat ARV memiliki efek positif bagi

25 5. Konselorpetugas medis mendorong klienpasien untuk kembali mengambil hasil tes dan mengikuti konseling pasca tes untuk mengurangi perilaku beresiko. Di dalam konseling dan tes HIV dibicarakan juga respon dan perasaan klien ketika menerima hasil tes pada sesi tahap penerimaan. 6. Tes HIV merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses konseling dan tes HIV.

2.3 Pengobatan Antiretroviral ARV

2.3.1 Definisi Antiretroviral ARV

Antiretroviral adalah obat yang dirancang untuk menghambat replikasi Human Immunodeficiency Virus HIV dan menekan perkembangan penyakit HIVAIDS di dalam tubuh si penderita HIV. Obat tersebut ARV tidak membunuh virus, namun dapat memperlambat pertumbuhan virus, waktu pertumbuhan virus diperlambat, begitu juga penyakit HIV. Karena HIV adalah retrovirus, obat-obat ini biasa disebut sebagai terapi antiretroviral Depkes RI, 2006. Terapi dengan ARV merupakan strategi yang secara klinis paling berhasil hingga saat ini. Sebelum mendapat ARV, ODHA harus dipersiapkan secara matang dengan konseling kepatuhan, sehingga pasien paham benar akan manfaat, cara penggunaan, efek samping obat, tanda bahaya lain dan sebagainya yang terkait dengan ARV. ODHA yang mendapat ARV harus menjalani pemeriksaan untuk pemantauan secara klinis dengan teratur. Universitas Sumatera Utara 26

2.3.2 Tujuan Pengobatan ARV atau Antiretriviral Therapy ART

Tujuan pengobatan antiretroviral atau antiretroviral therapy secara umum disingkat sebagai ART, adalah sebagai berikut : 1. Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat 2. Memulihkan atau memelihara fungsi imunologis peningkatan sel CD4 3. Menurunkan komplikasi akibat HIV 4. Memperbaiki kualitas hidup ODHA 5. Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus menerus 6. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV.

2.3.3 Manfaat Pengobatan ARV atau Antiretroviral Therapy ART

Antiretroviral merupakan suatu revolusi dalam perawatan ODHA. Terapi dengan obat antiretroviral ARV atau Anti Retroviral Teraphy ART telah menyebabkan penurunan angka kematian dan kesakitan bagi ODHA. Manfaat terapi antireroviral adaah sebagai berikut : 1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas 2. Pasien dengan ARV tetap produktif 3. Memulihkan sistem kekebalan tubuh sehingga kebutuhan profilaksis infeksi oportunistik berkurang atau tidak perlu lagi 4. Mengurangi penularan karena viral load menjadi rendah atau tidak terdeteksi, namun ODHA dengan viral load tidak terdeteksi harus dipandang tetap menular 5. Mengurangi biaya rawat inap dan terjadinya yatim piatu Universitas Sumatera Utara 27 6. Mendorong ODHA untuk meminta tes HIV atau mengungkapkan status HIV-nya secara sukarela.

2.3.4 Pemeriksaan Yang Dilakukan Sebelum memulai Terapi Antiretroviral

A. ANAMNESIS Riwayat medis yang perlu ditanyakan : 1. Kapan dan di mana diagnosis terinfeksi HIV ditegakkan 2. Siapa yang diperkirakan sebagai sumber penularan 3. Keluhan dan gejala yang dialami akhir-akhir ini 4. Riwayat medis di masa lalu, keluhan, diagnosis dan terapi yang telah diberikan 5. Keluhan maupun terapi TB sebelumnya 6. Riwayat kemungkinan penyakit menular seksual 7. Riwayat kehamilan 8. Riwayat terapi ARV sebelumnya 9. Riwayat kontak seksual dan kebiasaan sosial. B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Pengukuran berat badan 2. Pemeriksaan kulit : herpes zoster, dermatitis HIV 3. Mukosa orofaring : Kandidiasis, sarkoma Kaposis’s 4. Pemeriksaan jantung dan paru 5. Pemeriksaan abdomen, neurologis, psikiatrik, fundus optik dan fraktus genitourinarius. Universitas Sumatera Utara 28 C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM I. PEMERIKSAAN ESENSIAL a. Selorogi HIV b. Hitung linfosit CD4+ atau hitung limfosit total c. Pemeriksaan darah lengkap dan profil kimia klinis d. Tes kehamilan atas dugaan e. HIV-RNA viral load II. PEMERIKSAAAN TAMBAHAN ATAS INDIKASI a. Foto toraks b. Urin untuk pemeriksaan rutin dan mikroskopik c. Pemeriksaan serologi hepatitis virus B dan C d. Toksoplasmosis, infeksi virus sitomegalo e. Histoplasmosis, kandidiasis, kriptokokus Nasronudin dan Margarita, 2007. Dengan diketahui kondisi klinis yang dapat ditetapkan stadium klinis dari pasien dan dapat menjadi dasar untuk memulai terapi ARV. Persyaratan lain sebelum memulai terapi ARV adalah : 1. Pasien harus dipersiapkan secara matang dengan konseling kepatuhan yang telah baku, sehingga pasien paham benar akan manfaat, cara penggunaan, efek samping obat, tanda-tanda bahaya dan lain sebagainya yang terkait dengan terapi ARV. 2. Pasien yang akan mendapat terapi ARV harus memiliki pengawas minum obat PMO, yaitu orang dekat pasien yang akan mengawasi kepatuhan minum obat. Universitas Sumatera Utara 29 3. Pasien yang mendapat terapi ARV harus menjalani pemeriksaan untuk pemantauan klinis dengan teratur Depkes, 2007. Untuk memulai terapi antiretroviral perlu dilakukan pemeriksaan jumlah CD4 bila tersedia dan penentuan stadium klinis infeksi HIV-nya. Hal tersebut adalah untuk menentukan apakah penderita sudah memenuhi syarat terapi antiretroviral atau belum. Berikut adalah rekomendasi cara memulai terapi ARV pada ODHA dewasa : a. Tidak tersedia pemeriksaan CD4 Dalam hal tidak tersedia pemeriksaan CD4, maka penentuan mulai terapi ARV adalah didasarkan pada penilaian klinis. b. Tersedia pemeriksaan CD4 Rekomendasi : 1. Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4350 selmm3 tanpa memandang stadium klinisnya. 2. Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif, ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis B tanpa memandang jumlah CD4. Tabel 2.3 Saat memulai terapi pada ODHA dewasa Bila tidak tersedia pemeriksaan CD4 Stadium IV : tanpa memandang jumlah limfosit total Stadium III : tanpa memandang jumlah limfosit total Stadium II : dengan jumlah limfosit 1200mm³ Bila tersedia pemeriksaan CD4 Target Populasi Stadium Klinis Jumlah sel CD4 Rekomendasi ODHA Dewasa Stadium klinis 1 dan 2 350 selmm³ Belum memulai terapi. Monitor gejala klinis dan jumlah sel CD4 setiap 6 – 12 bulan Universitas Sumatera Utara 30 350 selmm³ Mulai terapi Stadium klinis 3 dan 4 Berapapun jumlah sel CD4 Mulai terapi Pasien dengan koinfeksi TB Apapun Stadiun klinis Berapapun jumlah sel CD4 Mulai terapi Pasien dengan koinfeksi Hepatitis B Kronik aktif Apapun Stadiun klinis Berapapun jumlah sel CD4 Mulai terapi Ibu Hamil Apapun Stadiun klinis Berapapun jumlah sel CD4 Mulai terapi Sumber : Kemenkes RI 2011TentangPedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa 2.3.5 Prinsip Pengobatan ARV Pemerintah menetapkan paduan yang digunakan dalam pengobatan ARV berdasarkan 5 aspek yaitu : a. Efektivitas b. Efek sampingtoksisitas c. Interaksi Obat d. Kepatuhan e. Harga Obat Prinsip dalam pemberian ARV adalah sebagai berikut : 1. Paduan obat ARV harus menggunakan 3 jenis obat yang terserap dan berada dalam dosis terapeutik. Prinsip tersebut untuk menjamin efektivitas penggunaan obat. 2. Membantu pasien agar patuh minum obat antara lain dengan mendekatkan akses pelayanan ARV. 3. Menjaga kesinambungan ketersediaan obat ARV dengan menerapkan manajemen logistik yang baik. Universitas Sumatera Utara 31 Antiretroviral Therapy ART hanya berhasil jika dipakai secara patuh, sesuai dengan jadwal, biasanya dua kali sehari, setiap hari. Kalau dosis terlupakan, keefektivan terapi akan cepat hilang. ARV diberikan sesuai dengan perkembangan siklus HIV di dalam tubuh. ARV golongan pertama adalah Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor NsRTI disebut juga analog nukleosida. Obat ini menghambat langkah kode genetik HIV dari RNA dirubah menjadi DNA. Jenis obat golongan ini telah mendapat persetujuan Amerika Serikat dan digunakan oleh pasien HIV. Golongan obat kedua untuk menghambat langkah yang sama dalam siklus HIV seperti golongan Non- Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor NNRTI. Berikut adalah 12 jenis nama obat Antiretroviral yang sudah disahkan oleh WHO pada April 2002, yaitu : Tabel 2.4 Nama Obat Antiretroviral Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor NsRTI Abacavir ABC Tablet 300 mg, oral 100 mg5ml Didanosine ddl Tablet 25 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg Lamivudine 3TC Tablet 150 mg, oral 50 mg5ml Stavudine d4T Kapsul 15 mg, 20 mg, 30 mg, 40 mg, oral 5mgml Zidovudine ZDV or AZT Kapsul 100 mg, 250 mg, 300 mg, injeksi 10mgml dalam 20 ml vial; oral 50 mgml Non- Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor NNRTI Efavirenz EFV or EFZ Kapsul 50 mg, 100 mg, 200 mg Nevirapine NVP Tablet 200 mg, oral suspensi 50mg5ml Protease Inhibitors PI Indinavir IDV Kapsul 100 mg, 200 mg, 333 mg, 400 mg Ritonavir Kapsul 100 mg, oral 400 mg5ml Universitas Sumatera Utara 32 Lopinavir + Ritonavir LPVr Kapsul 133,3 mg + 33 mg, oral 400 mg5ml + 100 mg5ml Nelfinavir NFV Tablet 250 mg, powder 50 mgg Saquinavir SQV Kapsulgel filled 200 mg a Ritonavir direkomendasikan digunakan dalam bentuk kombinasi dengan indinavir, lopinavir dan saquinavir sebagai pendukung dan bukan sebagai obat yang berfungsi sendiri. Sumber : The Use of Antiretroviral Therapy; A Simplified Approach for Resource- constrained Countries, WHO, 2002 2.3.6 Paduan ARV Lini Pertama yang Dianjurkan Paduan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah kombinasi obat Antiretroviral ARV yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu kombinasi Zidovudin ZDVLamivudin 3TC, dengan Nevirapin NVP untuk lini pertama. Berikut adalah tabel kombinasi ARV lini pertama yang direkomendasikan Depkes RI, yaitu : Tabel 2.5 Kombinasi ARV Lini Pertama pada ODHA Dewasa AZT + 3TC + NVP Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine ATAU AZT + 3TC + EFV Zidovudine + Lamivudine + Efavirenz ATAU TDF + 3TC atau FTC + NVP Tenofovir + Lamivudine atau Emtricitabine+Nevirapine ATAU TDF +3TC atau FTC + EFV Tenofovir + Lamivudineatau Emtricitabine + Efavirenz Sumber: Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa dan Remaja, Kementerian Kesehatan RI 2011 Universitas Sumatera Utara 33

2.4 Bagan Alur Layanan Terapi ARV