Cara dokter menyampaikan keterangan.

commit to user 25 Kehakiman maka biasanya surat permintaan Visum et Repertum ini ditujukan kepada Dokter. Dalam pelaksanaannya maka sebaiknya : a Prioritas Dokter Pemerintah, ditempat dinasnya bukan tempat praktek partikelir. b Ditempat yang ada fasilitas rumah sakit umum Fakultas Kedokteran, permintaan ditujukan kepada bagian yang sesuai yaitu : Untuk korban hidup : a. Terluka dan kecelakaan lalu lintas : kebagian bedah b. Kejahatan susila perkosaan : ke bagian kebidanan Untuk korban mati : bagian Kedokteran Kehakiman. c Ditempat yang tidak memiliki fasilitas tersebut, permintaan ditujukan kepada Dokter pemerintah di Puskesmas atau Dokter ABRI khususnya Dokter Polri. Bila hal ini tidak memungkinkan, baru dimintakan ke Dokter swasta d Korban, baik hidup ataupun mati harus diantar sendiri oleh petugas Polri, disertai surat permintaannya

e. Cara dokter menyampaikan keterangan.

Ada 2 cara dokter dalam penyampaian keterangan, yaitu : d Keterangan tertulis. Keterangan ini dibuat dalam bentuk tulisan yang dahulu dikenal sebagai Visum et Repertum. Istilah Visum et Repertum ini dapat ditemukan dalam lembaran Negara tahun 1937 Nomor : 350 Pasal I yang terjemahannya : Visa et Reperta pada Dokter yang dibuat baik atas sumpah Dokter yang diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajarannya di Negeri Belanda atau Indonesia, maupun atas sumpah khusus seperti tercantum dalam Pasal 2, mempunyai daya bukti yang syah dalam perkara pidana selama visa et Reperta tersebut berisi keterangan mengenai hal hal yang diamati oleh Dokter itu pada benda-benda yang diperiksa. Dengan berlakunya KUHAP maka Lembaran Negara tahun 1937 Nomor 350 ini seharusnya dicabut. Namun karena isi Lembaran Negara tersebut commit to user 26 tidak bertentangan dengan KUHAP sedang istilah Visum et Repertum tidak ditemukan dalam KUHAP, maka Menteri Kehakiman dalam peraturan Nomor : M. 04.UM.01.06 tahun 1983 Pasal 10 menyatakan bahwa hasil pemeriksaan Ilmu Kedokteran Kehakiman disebut Visum et Repertum.Oleh karena itu keterangan ahliketerangan hasil pemeriksaan Ilmu Kedokteran Kehakiman seperti dimaksud KUHAP tidak lain adalah Visum et Repertum. Keterangan tertulis dapat diberikan pada tingkat penyidikan, penyidikan tambahan atau sidang pengadilan. Sebaiknya dibuat dengan sumpah atau sidang pengadilan. Sebaiknya dibuat dengan sumpah atau dengan mengingat sumpah jabatan agar supaya keterangan itu kelak disidang pengadilan dapat berlaku sebagai alat bukti yang sah, yaitu alat bukti surat, tanpa harus mengahadirkan dokter ke sidang pengadilan. Visum er Repertum VeR adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati, ataupun bagiandiduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et Repertum berperan sebagai salah satu alat bukti yang sah dalam proses pembuktian perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Dalam Visum et Repertum terdapat uraian hasil pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et Repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medis yang tertuang pada bagian kesimpulan. Bila Visum et Repertum belum dapat menjernihkan persoalan di sidang pengadilan, hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukan bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memberikan kemungkinan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. commit to user 27 Tugas seorang dokter dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman adalah membantu para petugas kepolisian, kejaksaan dan kehakiman dalam mengungkap suatu perkara pidana yang berhubungan dengan perusakan tubuh, kesehatan dan nyawa manusia, sehingga bekerjanya harus obyektif dengan mengumpulkan kenyataan dan menghubungkannya satu sama lain secara logis untuk kemudian mengambil kesimpulan, maka oleh karenanya pada waktu memberi laporan dalam pemberitaan dari Visum et Repertum harus yang sesungguh-sungguhnya dan seobyektif-obyektifnya tentang apa yang dilihat dan diketemukan pada waktu melakukan pemeriksaan, dan dengan demikian Visum et Repertum merupakan kesaksian tertulis. Visum et Repertum merupakan rencana verslag yang diberikan oleh seorang dokter mengenai apa yang dilihat dan diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan secara obyektif, sebagai pengganti peristiwa yang terjadi dan harus dapat mengganti sepenuhnya barang bukti yang telah diperiksa dengan memuat semua kenyataan sehingga akhirnya dapay ditarik suatu kesimpulan yang tepat. Selain itu Visum et Repertum mungkin dipakai pula sebagai dokumen, Visum et Repertum dapat ditanyakan pada dokter lain mengenai barang bukti yang telah diperiksa apabila pihak berwajib tidak menyetujui hasil pemeriksaan tersebut. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan Visum et Repertum adalah : a. Harus sepenuhnya mengganti barang bukti yang diperiksa. b. Merupakan dokumen Kedokteran. Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu : 1. Visum et Repertum pada Kasus Perlukaan termasuk keracunan. Terhadap setiap pasien yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat permintaan visum et repertum dari polisi, dokter harus memuat catatan medis atas semua hasil pemeriksaan medisnya secara lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk pembuatan visum et repertum. Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter commit to user 28 setelah melapor ke penyidik, sehingga membawa surat permintaan visum et repertum. Sedangkan korban dengan luka berat atau sedang akan datang ke dokter sebelum melapor ke penyidik, sehingga surat permintaan visum et repertum dari penyidik datang terlambat. Keterlambatan dapat diperkecil dengan komunikasi dan kerjasama antara institusi kesehatan dengan penyidik. Di dalam bagian Pemberitaan biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu datang, luka-luka atau cedera atau penyakit yang ditemukan pada pemeriksaan fisik berikut uraian tentang letak, jenis dan sifat luka dan ukurannya, pemeriksaan khususpenunjang, tindakan medis yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit selama perawatan, dan keadaan akhir saat perawatan selesai. Gejala yang dapat dibuktikan secara obyektif dapat dimasukkan, sedangkan yang subjektif dan tidak dapat dibuktikan tidak dimasukkan dalam visum et repertum. 2. Visum et Repertum Kejahatan Asusila. Umumnya korban kejahatan asusila yang dimintakan visum et repertumnya pada dokter adalah pada kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP meliputi perzinahan, perkosaan, persetubuhan dengan wanita yang tidak berdaya, persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur, dan perbuatan cabul. Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya kekerasan termasuk keracunan, serta usia korban. Selain itu juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan psikiatrik sebagai akibat dari tindakan pidana tersebut. Dokter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah pemerkosaan hádala istilah hukum yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan. commit to user 29 Dalam kesimpulan diharapkan tercantum perkiraan tentang usia korban, ada atau tidaknya tanda persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan ada atatu tidaknya tanda kekerasan. Bila ditemukan adanya tanda-tanda ejakulasi atau adanya tanda-tanda perlawanan berupa darah pada kuku korban, dokter berkewajiban mencari identitas tersangka melalui pemeriksaan golongan darah serta DNA dari benda-benda bukti tersebut. 3. Visum et Repertum Jenazah. Jenazah yang akan dimintai visum et repertumnya harus diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikat pada ibu jari kaki, atau pada bagian tubuh lainnya. Pada surat pemintaan visum et repertum harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakan pemeriksaan luar pemeriksaan jenazah atau pemeriksaan luar dan dalamautopsi pemeriksaan bedah jenazah. Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi : a. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan jaringan jenazah secara telita dan sistematik. b. Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan membuka rongga tengkorak, leher, dada, perut dan panggul. Kedangkala dilakukan pemeriksaan pemunjang yang dilakukan seperti pemeriksaan histopatologi, toksikologi, serologi, dan sebagainya. Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta saat kematian seperti tersebut diatas. 4. Visum et Repertum tentang Pemeriksaan Bedah Mayat. 5. Visum et Repertum tentang Penggalian Mayat. 6. Visum et Repertum Psikiatrik. Visum et Repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya Pasal 44 ayat 1 KUHP yang berbunyi, “Barang siapa melakukan perbuatan commit to user 30 yang tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.” Jadi selain orang yang tenderita sakit jiwa, orang yang raterdasi mental juga terkena Pasal ini. Visum ini deperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan bagi korban sebagaimana yang lainnya. Selain itu visum ini juga menguraikan tentang segi kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia. Karena menyangkut masalah dapat dipidana atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya, maka lebih baik bila pembuat visum ini adalah dokter spsialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum. Dalam keadaan tertentu dimana kesaksian seseorang amat diperlukan sedangkan ia diragukan kondisi kejiwaannya jira ia bersaksi di depan pengadilan maka kadangkala hakim juga meminta evaluasi kejiwaan saksi tersebut dalam bentuk visum et repertum psikiatrik. 7. Visum et Repertum di Tempat Kejadian Perkara. 8. Visum et Repertum Pemeriksaan Barang Bukti Bukti-Bukti lain. Visum et Repertum merupakan suatu Relaas, suatu Rencana, dan suatu Verslag atas pemeriksaan barang bukti. Oleh karena itu Visum et repertum merupakan pengganti sepenuhnya daripada barang bukti yang diperiksa, maka oleh karenanya pula Visum et Repertum pada hakekatnya adalah menjadi “Alat Bukti yang Sah”. e Keterangan lisan. Keterangan lisan dari dokter sebagai ahli juga dapat juga dapat diberikan pada tingkat penyidikan, penyidikan tambahan dan sidang pengadilan. Jika diberikan pada hakim disidang pengadilan setidaknya diberikan dengan diberikan sumpah atau janji agar supaya keterangan itu dapat berlaku sebagai alat bukti yang sah, yaitu alat bukti keterangan ahli. Jika diberikan didepan penyidik sebaiknya keterangan itu juga deberikan dengan mengucapkan sumpah atau janji, agar supaya keterangan disidang pengadilan dapat berlaku sebagai keterangan yang sama nilainya dengan alat commit to user 31 bukti jika dokter dengan alasan-alasan yang sah tidak dapat hadi atau tidak dipanggil ke sidang pengadilan. Tetapi hal ini tidak boleh diartikan bahwa sumpah atau janji sebagai ganti hadirnya dokter. Kalau alasan-alasan yang sah yang menyebabkan dokter tidak dapat hadir atau tidak dipanggil ke sidang pengadilan tidak ada, keterangannya tidak berlaku sebagai alat bukti atau sebagai keterangan yang disamakan nilainya dengan alat bukti meskipun pada waktu memberikan keterangan kepada penyidik disertai sumpah atau janji.

f. Kewajiban dokter sebagai ahli

Dokumen yang terkait

Studi tentang kekuatan pembuktian keterangan ahli Dalam proses pemeriksaan perkara pidana Di sidang pengadilan (studi kasus vcd bajakan di pengadilan negeri kediri

1 4 69

PERANAN DOKTER AHLI KANDUNGAN DALAM PEMBUKTIAN PERKARA ABORSI (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten) Peranan Dokter Ahli Kandungan Dalam Pembuktian Perkara Aborsi(Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten).

0 4 12

ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta) Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 6 15

SKRIPSI ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 3 13

PENDAHULUAN Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 11

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN ALAT BUKTI AKTA DI BAWAH TANGAN DALAM PROSES PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR.

0 0 13

SKRIPSI Penggunaan Keterangan Terdakwa dalam Pembuktian Persidangan Perkara Pidana ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 0 14

PENDAHULUAN Penggunaan Keterangan Terdakwa dalam Pembuktian Persidangan Perkara Pidana ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 1 18

PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO).

0 0 11

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP KETERANGAN AHLI DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI SIDANG PENGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PADANG).

0 0 6