Kewajiban dokter sebagai ahli

commit to user 31 bukti jika dokter dengan alasan-alasan yang sah tidak dapat hadi atau tidak dipanggil ke sidang pengadilan. Tetapi hal ini tidak boleh diartikan bahwa sumpah atau janji sebagai ganti hadirnya dokter. Kalau alasan-alasan yang sah yang menyebabkan dokter tidak dapat hadir atau tidak dipanggil ke sidang pengadilan tidak ada, keterangannya tidak berlaku sebagai alat bukti atau sebagai keterangan yang disamakan nilainya dengan alat bukti meskipun pada waktu memberikan keterangan kepada penyidik disertai sumpah atau janji.

f. Kewajiban dokter sebagai ahli

Pentingnya peranan dokter dalam membantu menyelesaikan perkara-perkara pidana, maka pembuat Undang-undang hukum acara pidana pun menetapkan kewajiban-kewajiban dokter yang harus dilaksanakan oleh dokter apabila ia diminta bantuannya sebagai ahli. Dokter dapat dikenakan sanksi apabila ia tidak melaksanakan kewajiban tersebut tanpa alasan yang sah. Kewajiban dokter sabagai ahli ialah : 1. Kewajiban memberikan keterangan ahli. Ketentuan yang mewajibkan dokter memberikan keterangan sebagi ahli apabila dilihat dalam Pasal 179 ayat 1 KUHAP, yang bunyinya : Setiap orang yang dimintai pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Apabila dokter dengan sengaja tidak memenuhi ketentuan Pasal 179 ayat 1 KUHAP tersebut dengan alasan yang sah maka dokter dapat dikenai sanksi berdasarkan Pasal 224 KUHP, yang berbunyi : Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang- undang dengan sengaja tidak memenuhi suatu kewajiban yang menurut undang-undang selaku demikian harus dipenuhinya, diancam : Ke-1 dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;s Ke-2 dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan. Alasan yang dapat dikatakan sah menurut hukum, bagi dokter tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai ahli, yaitu : commit to user 32 a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajad ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai tedakwa. b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajad ketiga. c. Suami atai istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama- sama sebagai terdakwa. Alasan yang sah bagi dokter untuk tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai ahli tersebut diatas, sama dengan alasan yang sah bagi saksi untuk tidak didengar keterangannya didalam persidangan. Hal ini dijelaskan dalam KUHAP yang menyatakan bahwa ketentuan untuk saksi berlaku bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan demikian alasan-alasan tersebut berlaku pula bagi dokter. Pada tingkat penyidikan dan penyidikan tambahan dokter juga mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai ahli apabila diminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 120 KUHAP yang bunyinya : 1. Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang mempunyai keahlian khusus. 2. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucap janji dimuka penyidik bahwa ia akan memberikan keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya yang menyebabkan ia menyimpan rahasia dapat menolak atau memberikan keterangan yang diminta. 2. Kewajiban mengucap sumpah atau janji. Pada tingkat pemeriksaan di sidang pengadilan dokter wajib mengucapkan sumpah atau janji sebagai ahli sebelum ia memberikan keterangan dan sesudah memberikan keterangannya apabila dipandang perlu oleh hakim. Apabila dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa alasan yang sah, maka ia dapat disandera dirumah tahanan negara untuk paling lama 14 hari. Dengan penyanderaan itu dokter diharapkan dapat merubah sikapnya. Jika sampai tenggat waktu 14 hari dokter menolak mengucapkan sumpah commit to user 33 atau janji, maka ia harus dikeluarkan dari rumah tahanan negara, sedangkan keterangan yang telah diberikannya tidak dapat diberlakukan sebagai alat bukti yang sah melainkan sebagai keterangan yang menguatkan keyakinan hakim. Apabila dokter menolak memberikan sumpah atau janji di depan penyidik waktu memberikan keterangan lisan, dokter tidak dapat disandera. Penyandera hanya dimungkinkan pada tingkat pemeriksaan di sidang pengadilan dengan surat penetapan hakim ketua sidang. commit to user 34

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kekuatan Pembuktian Keterangan Dokter dalam Proses Pembuktian Perkara

Pidana di Persidangan 1. Deskripsi Kasus Pada hari senin tanggal 20 november 2006 kira – kira pukul 16.00 WIB, bertempat di ruang Opsnal Unit Reskrim Polsektabes Banjarsari Kodya Surakarta, telah melakukan penganiayaan yang mengakibatkan matinya Roni Ronaldo Rachditya Als gendon yang dilakukan oleh terdakwa M. Trikogani bersama dengan rekan-rekannya Briptu Sudalmi, Briptu Supriyanto, Brigadir Aan Yuantoro, Brigadir Didik Setiawan, dan Bripda Kristian Fery. Pada saat proses interogasi dilakukan tindak penganiayaan fisik dengan menggunakan tangan terdakwa maupun alat bantu lain yang berupa rotan. Penganiayaan yang dilakukan terdakwa bersama rekan-rekannya bertujuan untuk mendapatkan informasi atas tindak pidana yang dilakukan korban, tetapi ternyata penganiayaan tersebut mengakibatkan kematian matinya Roni Ronaldo Rachditya Als gendon. Korban meninggal dunia pada saat perjalanan ke RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

2. Identitas Terdakwa

Nama : M.Trikogani Tempat lahir : Makasar Umur Tanggal lahir : 22 oktober 1963 Jenis kelamin : Laki-laki Kebangsaan : Indonesia Tempat Tinggal : Perumahan Gondang Indah IV RT.07 09 Colomadu Agama : Islam Pekerjaan : Polri

Dokumen yang terkait

Studi tentang kekuatan pembuktian keterangan ahli Dalam proses pemeriksaan perkara pidana Di sidang pengadilan (studi kasus vcd bajakan di pengadilan negeri kediri

1 4 69

PERANAN DOKTER AHLI KANDUNGAN DALAM PEMBUKTIAN PERKARA ABORSI (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten) Peranan Dokter Ahli Kandungan Dalam Pembuktian Perkara Aborsi(Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten).

0 4 12

ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta) Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 6 15

SKRIPSI ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 3 13

PENDAHULUAN Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 11

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN ALAT BUKTI AKTA DI BAWAH TANGAN DALAM PROSES PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR.

0 0 13

SKRIPSI Penggunaan Keterangan Terdakwa dalam Pembuktian Persidangan Perkara Pidana ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 0 14

PENDAHULUAN Penggunaan Keterangan Terdakwa dalam Pembuktian Persidangan Perkara Pidana ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 1 18

PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO).

0 0 11

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP KETERANGAN AHLI DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI SIDANG PENGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PADANG).

0 0 6