Bantuan Dokter Sebagai Ahli

commit to user 18 dipahami, bahwa pendapat tentang penghargaan danpengambilan kesimpulan hasil dari oleh orang ahli tersebut harus didasarkan atas pengalaman dan pengetahuannya yang sebaik-baiknya dalam bidang ilmu, pengalaman, dan keahliannya. Dalam hal barang bukti itu berupa manusia hidup atau mati atau sesuatu yang merupakan tubuh manusia maka ahli yang tepat yang dapat menganalisa dan menyimpulkan ialah dokter. Keterangan ahli yang diberikan oleh Ahli Kedokteran Kehakiman atau Dokter bukan Ahli Kedokteran Kehakiman, tentang seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana . Mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang anatomi, fisiologi, biokimiawi, palotologi, dan ilmu kedokteran forensik. Dapat diketahui bahwa dalam KUHAP tidak ada satu Pasalpun yang secara emplisit menyatakan bahwa dokter itu ahli. Tetapi dalam Pasal 1 butir 28, Pasal 133 ayat 1 dan Pasal 179 ayat 1 dapat dikatakan bahwa secara emplisit setiap dokter adalah ahli, baik ia ahli ilmu kedokteran forensik ataupun bukan. Benar bahwa menurut Pasal 133 KUHAP yang dapat memberikan keterangan ahli adalah ahli ilmu kedokteran kehakiman forensik, sehingga secara emplisit menurut penjelasan Pasal itu, dokter umum atau dokter lain yang bukan ahli kedokteran forensik dianggap bukan ahli. Namun perlu diteliti lagi bahwa menurut Pasal 133 ayat 1 yang jelas-jelas menyatakan bahwa penyidik berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran forensik atau dokter atau ahli lainnya. Jelas disini bunyi Pasal 133 ayyat 1 tidak sejalan dengan dengan penjelasannya, yurisprudensi menyatakan bahwa bunyi Pasal yang sudah jelaslah yag dimenangkan terhadap maksud sipembuat undan- undang. Karena bunyi Pasal 133 KUHAP tidak sejalan dengan penjelasannya, sedangkan bunyi Pasal itu sudah jelas, maka bunyi Pasal itulah yang perlu dianut, bukan penjelasannya.

b. Bantuan Dokter Sebagai Ahli

Bantuan dokter sebagai ahli yaitu bantuan dokter yang dapat diberikan dalam rangka menemukan kebenaran materiil, ialah : commit to user 19 1 Memberikan keterangan tentang teori di bidang kedokteran. Dalam hal ini dokter hanya diminta keterangannya tentang masalah yang berkaitan dengan ilmu kedokteran. Kepada dokter tidak disodori sesuatu barang bukti untuk diperiksa, melainkan disodori berbagai pertanyaan atau diminta untuk menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan ilmu kedokteran yang tidak diketahui oleh hakim. Dari jawaban atau keterangan dokter itu maka persoalan yang tidak diketahui oleh penegak hukum yang berkaitan dengan perkara yang ditanganinya menjadi jelas. Jadi dalam perkara ini dokter yang dipanggil tersebut hanya akan menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran yang tidak diketahui oleh hakim. 2 Memberikan keterangan tentang sesuatu obyek benda. Dalam hal ini, kepada dokter, disodorkan suatu objek benda untuk diperiksa lebih dahulu sebelum dokter memberikan keterangan mengenai obyek benda tersebut. Objek benda itu meliputi terdakwa, korban dan obyek-obyek lain. a Obyek terdakwa. a. Melalui pemeriksaan dokter akan dapat dibuktikan : - Apakah ia benar-benar menderita kelainan jiwa? - Apa jenis penyakit jiwa tersebut? - Apakan jenis penyakit jiwa tersebut menyebabkan ia tidak mampu bertanggungjawab terhadap perbuatannya? b. Terdakwa yang tidak diketahui dengan jelas berapa umurnya. Terdakwa yang demikian ini perlu diketahui umurnya agar dapat ditentukan statusnya sebagai terdakwa anak-anak atau terdakwa dewasa. Perlu diketahui bahwa tata cara mengadili terdakwa anak- anak berbeda dengan tata cara mengadili terdakwa dewasa. c. Terdakwa dengan impotensi yang dituduh melakukan tindak pidana yang mempunyai unsur persetubuhan misalnya perkosaan, perzinahan, atau bersetubuh dengan wanita tak berdaya. Perlu diketahui bahwa orang yang menderita impotensi tidak mungkin melakukan persetubuhan. Sehingga tidak mungkin ia dapat melakukan tindak pidana seperti tersebut diatas. commit to user 20 d. Terdakwa wanita yang diduga melakukan tindak pidana infanticide membunuh bayinya sendiri, tetapi ia menyangkal telah melahirkan anak. Melalui pemeriksaan dokter akan dapat dibuktikan apakah ia benar-benar telah melahirkan anak atau tidak. b Obyek korban. a. Korban hidup yang menderita luka-luka. Dalam hal ini bantuan dokter perlu dimintakan untuk mengetahui : - Jenis luka yang diderita. - Jenis traumanya benda penyebab luka. - Kualifikasi lukanya. b. Korban hidup dari tindak pidana seksual. Bantuan dokter dalam perkara ini untuk mengetahui : - Ada tidaknya tanda-tanda akibat persetubuhan. - Ada tidaknya luka-luka. Jika ada luka-luka maka perlu dijelaskan pula tentang : - jenis luka yang diderita. - Jenis traumanya benda penyebab luka. - Kualifikasi lukanya. Pada tindak pidana bersetubuh dengan wanita dibawah umur atas dasar mau sama mau, penentuan umur korban dapat diminta kepada dokter jika terdapat keragu-raguan tentang umur korban. Perlu diketahui bahwa penentuan apakah persetubuhan atas dasar mau sama mau termasuk tindak pidana atau bukan tergantung pada umur korban.

c. Fungsi keterangan dokter sebagai ahli di sidang pengadilan

Dokumen yang terkait

Studi tentang kekuatan pembuktian keterangan ahli Dalam proses pemeriksaan perkara pidana Di sidang pengadilan (studi kasus vcd bajakan di pengadilan negeri kediri

1 4 69

PERANAN DOKTER AHLI KANDUNGAN DALAM PEMBUKTIAN PERKARA ABORSI (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten) Peranan Dokter Ahli Kandungan Dalam Pembuktian Perkara Aborsi(Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten).

0 4 12

ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta) Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 6 15

SKRIPSI ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 3 13

PENDAHULUAN Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 11

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN ALAT BUKTI AKTA DI BAWAH TANGAN DALAM PROSES PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR.

0 0 13

SKRIPSI Penggunaan Keterangan Terdakwa dalam Pembuktian Persidangan Perkara Pidana ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 0 14

PENDAHULUAN Penggunaan Keterangan Terdakwa dalam Pembuktian Persidangan Perkara Pidana ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 1 18

PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO).

0 0 11

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP KETERANGAN AHLI DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI SIDANG PENGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PADANG).

0 0 6