Macam-Macam Alat Bukti Yang Sah.

commit to user 13 dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. Dalam penjelasan Pasal 183 KUHAP disebutkan bahwa ketentuan ini adalah untuk menjamin tegaknya kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum bagi seseorang. Adanya ketentuan tersebut dalam Pasal 183 KUHAP menunjukkan bahwa Negara kita menganut sistem atau teori pembuktian secara negatif menurut undang-undang negative wettelijk, dimana hakim hanya dapat menjatuhkan hukuman apabila sedikit-dikitnya dua alat bukti yang telah ditentukan dalam kesalahan terdakwa terhadap peristiwa pidana yang dituduhkan kepadanya. Walaupun alat bukti lengkap, akan tetapi hakim tidak yakin tentang kesalahan terdakwa maka harus diputus bebas.

d. Macam-Macam Alat Bukti Yang Sah.

Alat bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat 1 KUHAP adalah sebagai berikut : 1 Keterangan saksi. Menurut Pasal 1 butir 26 KUHAP yang dimaksud dengan saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidik dan peradilan tentang sesuatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Sedangkan pengertian keterangan saksi menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP, adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa yang ia dengar, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu. Jadi untuk menjadi saksi, seseorang harus mengetahui secara langsung suatu perbuatan pidana yan terjadi baik secara melihat, mendengar, mengalami secara langsung suati kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. Dengan demikian, kesaksian yang didengar dari orang lain atau yang biasa disebut dengan “testimoniom de auditu” bukan merupakan keterangan saksi atau termasuk keterangan saksi. Begitu pula pendapat pendapat umum rekaan commit to user 14 yang diperoleh dari hasil pemikiran saja bukan merupakan keterangan saksi Pasal 185 ayat 5 KUHAP. 2 Keterangan ahli. Definisi Keterangan ahli menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP, adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Keterangan ahli dapat digunakan sebagai alat bukti, oleh hakim dapat dianggap suatu keterangan yang bersifat memperjelas barang bukti yang ada, sehingga digunakan untuk menganggap benar adanya sesuatu. 3 Surat. Pengertian surat terdapat dalam Pasal 187 KUHAP yang berbunyi sebagai berikut : Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 1 huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah : a Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri disertai dengan alasan jelas dan tegas tentang keterangannya itu. b Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat yang menangani hal yang ternasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian suatu hal atau suatu keadaan. c Surat keterangan dari seorang ahliyang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai suatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi kepadanya. d Surat ijin yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian lain. commit to user 15 Surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 187 KUHAP ialah surat-surat yang dibuat oleh pejabat-pejabat resmi yang berbentuk berita acara, akte surat keterangan ataupun surat lain yang mempunyai hubungan dengan perkara yang sedang diadili. Sebagai syarat mutlak dalam menentukan dapat tidaknya suatu surat dapat dikategorikan sebagai alat bukti yang sah ialah bahwa surat-surat itu harus dibuat diatas sumpah jabatan atau dikuatken dengan sumpah. Sehingga pejabat yang mempunyai wewenang untuk membuat surat tersebut dibebaskan untuk menghadiri persidangan, karena surat yang disertakan sumpah tersebut telah dianggap mempunyai kekuatan pembuktian. 4 Petunjuk. Alat bukti petunjuk dalam KUHAP dicantumkan dalam Pasal 188 yang terdiri dari ayat 1, 2, 3, dalam ayat 1 yang diartikan “petunjuk” adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Pada Pasal 188 ayat 1 KUHAP, antara lain dapat dijumpai kata-kata “menandakan” yang maksudnya adalah bahwa justru oleh karena tidak mungkin tidak dapat diperoleh kepastian mutlak bahwa terdakwa benar-benar telah bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya secara pasti, maka dari kata-kata demikian dipergunakan sehingga dari sekian banyak petunjuk yang ada telah dapat terbukti. Perbuatan, kejadian atau keadaan yang dianggap sebagai petunjuk haruslah ada kesesuaian antara satu dengan yang lain, karena justru pada persesuaian itulah letak kekuatan utama dari petunjuk-petunjuk sebagai alat bukti, dan Pasal 188 ayat 1 KUHAP yang menyatakan bahwa diantara petunjuk- petunjuk harus ada “persesuaian”, maka hal itu berarti bahwa sekurang- kurangnya harus ada dua petunjuk umtuk memperoleh alat bukti yang sah, namun kalau bunyi Pasal itu lebih dicermati lagi ternyata satu perbuatan saja ada penyesesuaian dengan tindak pidana itu, ditambah dengan satu alat bukti commit to user 16 sah lainnya dan yang bersesuaian seluruhnya, maka sudah cukup alasan untuk menyatakan menurut hukum yang didakwakan telah terbukti. Menurut Pasal 188 ayat 1 KUHAP, petunjuk hanyalah dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa. Dengan demikian alat bukti petunjuk itu memiliki persesuaian dengan keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa. Apabila petunjuk tersebut tidak memiliki persesuaian dengan ketiga alat bukti tersebut, maka dengan sendirinya alat bukti petunjuk tersebut tidak bisa digunakan sebagai alat bukti. 5 Keterangan terdakwa. Merupakan alat bukti terakhir dari alat-alat bukti yang ada. Pengertiannya dituangkan dalam Pasal 189 ayat 1, yang berbunyi : Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. Jadi keterangan terdakwa itu bisa menjadi alat bukti jika keterangan terdakwa itu dinyatakan di muka sidang. Keterangan yang dinyatakan diluar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya Pasal 189 ayat 2 KUHAP. Dalam acara pemerikasaan cepat, keyakinan hakim cukup didukung oleh salah satu alat bukti yang sah. Dengan kata lain walaupun hanya didukung satu alat bukti yang sah, dan hakim yakin atas kesalahan terdakwa maka terdakwa tersebut dapat dihukum. Dengan demikian hakim dapat menghukum seorang terdakwa apabila kesalahannya terbukti secara sah menurut undang-undang. Keterbuktian itu haruslah diperkuat dan didukung keyakinan hakim, jadi walaupun alat bukti sebagaimana tersebut dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP terpenuhi, namun apabila hakim tidak berkeyakinan atas kesalahan terdakwa, maka terdakwa tersebut harus dibebaskan. Hal ini sejalan dengan tugas hakim dalam pengadilan pidana yaitu mengadili dalam arti menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana commit to user 17 berdasarkan asas bebas jujur dan tidak memihak di sidang pengadilan Pasal satu butir sembilan KUHAP Ratna Nurul Afiah, 1988:14.

2. Tinjauan tentang Keterangan Dokter a. Dokter Sebagai ahli

Dokumen yang terkait

Studi tentang kekuatan pembuktian keterangan ahli Dalam proses pemeriksaan perkara pidana Di sidang pengadilan (studi kasus vcd bajakan di pengadilan negeri kediri

1 4 69

PERANAN DOKTER AHLI KANDUNGAN DALAM PEMBUKTIAN PERKARA ABORSI (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten) Peranan Dokter Ahli Kandungan Dalam Pembuktian Perkara Aborsi(Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten).

0 4 12

ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta) Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 6 15

SKRIPSI ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 3 13

PENDAHULUAN Alat Bukti Petunjuk dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 11

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN ALAT BUKTI AKTA DI BAWAH TANGAN DALAM PROSES PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR.

0 0 13

SKRIPSI Penggunaan Keterangan Terdakwa dalam Pembuktian Persidangan Perkara Pidana ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 0 14

PENDAHULUAN Penggunaan Keterangan Terdakwa dalam Pembuktian Persidangan Perkara Pidana ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ).

0 1 18

PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PENGGUNAAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO).

0 0 11

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP KETERANGAN AHLI DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI SIDANG PENGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PADANG).

0 0 6