WARGA NEGARA ASING YANG MENGHUNI RUMAH SUSUN

B. WARGA NEGARA ASING YANG MENGHUNI RUMAH SUSUN

Kehadiran warga negara asing badan hukum asing dalam rangka penanaman modal asing di Indonesia mengakibatkan mereka harus bertempat tinggal di Indonesia yang memerlukan pemilikan rumah hunian.Kehadiran orang asing itu di Indonesia berdasarkan SE Meneg. Agr.Ka. BPN No 110 – 2871 tanggal 8 November 1996 dinyatakan terbagi atas 2 golongan yaitu : 23 1. Orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia secara menetap penduduk Indonesia 2. Orang asing yang tidak tinggal di Indonesia secara menetap melainkan hanya sewaktu – waktu berada di Indonesia. Perbedaan dari 2 golongan tersebut berhubungan dengan dokumen yang harus ditunjukannya pada waktu melakukan perbuatan hukum untuk memperoleh rumah yaitu : 1. Bagi orang asing penetap dengan izin tinggal tetap 2. Bagi orang asing lainnya dengan izin kunjungan atau izin keimigrasian lainnya berbentuk tanda yang diberikan pada paspor atau dokumen keimigrasian lainnya yang dimiliki oleh orang – orang yang bersangkutan Selama ini telaah mengenai orang asing WNA sebagai subjek pemegang Hak Milik atas Satuan Rumah Susun banyak dilakukan. Oleh karena sebelum PP No. 40 Tahun 1996 dan PP No 41 Tahun 1996, jangka waktu hak yang singkat yaitu 10 23 Tampil Anshari Siregar, “Pendalam Undang – Undang Pokok Agraria”, Pustaka Bangsa Press , Medan, Hal 310 - 311 Universitas Sumatera Utara tahun tidak mendukung keinginan orang asing sebagai pembeli satuan rumah susun. Hal itu disebabkan singkatnya jangka waktu hak pakai.Setelah kehadiran kedua PP di atas kiranya alasan pendeknya jangka waktu hak pakai sebagai alasan enggannya orang asing sebagai pembeli satuan rumah susun menjadi tidak relevan. Diharapkan pula, dengan hak pakai yang berjangka waktu 25 tahun dan dapat diperbaharui 25 tahun dapat dicegah penyelundupan hukum oleh orang asing sebagai pemegang Hak Milik Satuan Rumah Susun di atas tanah HGB yang saat ini disinyalir telah terjadi di masyarakat yang dilakukan dengan cara pembelian satuan rumah susun oleh warga negara Indonesia WNI dan untuk selanjutnya diberikan kuasa sepenuhnya kepada orang asing untuk menggunakan satuan rumah susun 24 Pengertian orang asing sangat erat kaitannya dengan masalah kewarganegaraan Republik Indonesia. Keterkaitan dengan masalah kewarganegaraan tersebut akan Nampak jelas jika dilihat dalam ketentuan Pasal 20 UU No. 62 Tahun 1958 yang telah diubah dengan Pasal 7 UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan bahwa Setiap Orang yang bukan Warga Negara Indonesia diperlakukan sebagai orang asing Hak Pakai yang dapat dimiliki oleh orang asing saat ini diperpanjang selama 80 tahun dengan ketentuan selama 30 tahun hak tersebut diberikan, diperpanjang 20 tahun dan dapat diperbaharui 30 tahun kemudian. Menurut Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015, perpanjangan dan pembaharuan hak tersebut dapat dilakukan apabila orang asing masih memiliki izin tinggal di Indonesia. 24 Syamsul Hairi dalam SKH Suara Pembangunan tanggal 27 Mei 1994 Universitas Sumatera Utara Ketentuan tersebut telah dengan jelas dapat dipahami bahwa orang asing adalah setiap orang yang bukan warga negara Republik Indonesia atau tidak diperlukan adanya penelitian terhadap bukti – bukti kewarganegaraannya. Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia Pasal 42 UUPA mengatakan bahwa orang asing dapat sebagai subyek hak pakai adalah orang asing yang berkedudukan di Indonesia.Pada awalnya pengertian “berkedudukan di Indonesia” oleh UU No.3 Tahun 1946 jo UU No 6 Tahun 1967, tepatnya Pasal 14 menyatakan bahwa penduduk negara Indonesia adalah tiap – tiap orang yang bertempat kedudukan di dalam negara Indonesia selama satu tahun berturut – turut. Lebih lanjut UU No. 9 Drt 1995 tentang Kependudukan Orang Asing menetapkan bahwa orang asing yang menjadi penduduk negara Indonesia, jikalau dan selama menetap di Indonesia. Jika dilihat dari perkataan berkedudukan tersebut maka pengertiannya lebih cenderung pada tempat tinggal, kediaman atau domisili. Namun jika dilihat dari ketentuan Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 bahwa yang dimaksudkan dengan orang asing yang berkedudukan di Indonesia adalah orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberikan manfaat bagi pembangunan nasional. Pengertian tersebut kemudian dijelaskan di dalam penjelasan pasal demi pasal dari Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1996, yang diuraikan bahwa orang aisng yang kehadirannya di Indonesia memberikan manfaat bagi pembangunan nasional dimaksudkan bahwa pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian bagi orang asing tersebut tidak boleh dilihat semata – mata dari kepentingan orang asing yang Universitas Sumatera Utara bersangkutan tetapi lebih dari itu kehadirannya di Indonesia harus memberikan manfaat atau kontribusi terhadap pembangunan nasional. Penjelasan ketentuan Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang orang asing yang berkedudukan di Indonesia tersebut lebih menunjukkan pada pengertian ekonomis, sehingga makna tentang orang yang berkedudukan di Indonesia belum ada kejelasan apakah termasuk juga dalam pengertian domisili. Menurut Sudargo Gautama berkedudukan di Indonesia adalah orang – orang asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan pada waktu melakukan kegiatannya di Indonesia yang dilakukan secara berkala atau sewaktu – waktu, ia membutuhkan rumah tempat tinggal atau hunian di Indonesia. Mungkin konsep ini lebih mendekati pengertian tentang habitual residence atau “ kediaman secara sosial” 25 Dalam PP terbaru tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia adalah orang yang bukan Ketidakjelasan maksud dari orang asing yang berkedudukan di Indonesia pada gilirannya akan dapat menimbulkan kerancuan pelaksanan dari Peraturan tersebut. 25 Sudargo Gautama,” Komentar atas Peraturan – Peraturan Undang – Undang Pokok Agraria tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, Hak Tanggungan, Rumah Tinggal untuk Orang Asing dan Rumah Susun”, Citra Aditya, Bandung, 1997,hlm 72 Universitas Sumatera Utara Warga Negara Indonesia yang keberadaannya memberikan manfaat, melakukan usaha, bekerja atau berinventasi di Indonesia. 26 Penjelasan Pasal 1 menyatakan bahwa Yang dimaksud dengan Orang dalam Peraturan Pemerintah ini adalah orang perseorangan.Pemilikan tersebut tetap dibatasi pada satu buah rumah.Tujuan pembatasan ini adalah untuk menjaga agar kesempatan pemilikan tersebut tidak menyimpang dari tujuannya, yaitu sekadar memberikan dukungan yang wajar bagi penyelenggaraan usaha orang asing tersebut di Indonesia.Ketentuan orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberikan manfaat bagi pembangunan nasional dimaksudkan bahwa pemilikan rumah tempat Pengertian orang asing yang berkedudukan di Indonesia berkaitan erat dengan izin keimigrasian yang dimilikinya, oleh karena setiap orang asing yang berkedudukan di Indonesia harus dilengkapi dengan izin keimigrasian dalam jangka waktu tertentu. Selain itu berlaku pula syarat keimigrasian yang terdapat dalam UU No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, yaitu memiliki izin masuk ke Indonesia, surat perjalanan, izin masuk kembali ke negara asalnya, izin tinggal tetap di Indonesia. Dalam PP No 103 dikatakan bahwa Orang Asing yang hendak menghuni rumah susun di Indonesia harus memiliki izin tinggal di Indonesia. Dalam Penjelasan Pasal 2 ayat 2 dijelaskan bahwa izin tinggal terdiri atas izin tinggal diplomatic, izin tinggal dinas, izin tinggal kunjungan, izin tinggal terbatas, dan izin tinggal tetap. 26 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia Universitas Sumatera Utara tinggal atau hunian bagi orang asing tersebut tidak boleh dilihat semata – mata dari kepentingan orang asing yang bersangkutan, tetapi lebih dari itu kehadirannya di Indonesia harus memberikan manfaat atau kontribusi terhadap pembangunan nasional. 27 Sejalan dengan ketentuan Pasal 1 PP di atas, Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional mengeluarkan sebuah kebijakan dalam menindaklanjuti Pasal 1 PP Nomor 41 Tahun 1996 tersebut, dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun 1996 tentang Persyaratan Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing. Dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional dinyatakan bahwa “ Orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberi manfaat bagi pembangunan nasional dapat memiliki sebuah rumah tempat timggal atau hunian dalam bentuk rumah dengan hak atas tanah tertentu atas satuan rumah susun yang dibangun di atas tanah Hak Pakai atas tanah negara. Orang asing adalah orang asing yang memiliki kepentingan ekonomi di Indonesia dengan melaksanakan investasi untuk memiliki rumah tempat tinggal atau hunian di Indonesia. 28 Ketentuan Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional tersebut disusul oleh Surat Edaran Menteri Agraria Kepala Badan Peryanahan Nasional Nomor 110 – 2871 tanggal 8 Oktober Tahun 1998 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat 27 PP No 41 Tahun 1996 28 Supriadi, SH., M.Hum,” Hukum Agraria”, Sinar Grafika : Jakarta, 2006, hal 254 Universitas Sumatera Utara Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing. Surat edaran ini ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kepala Kantor Pertanahan kabupaten kota serta BPP IPPAT.

C. HAK – HAK WARGA NEGARA ASING DALAM PEMILIKAN RUMAH SUSUN