Kerangka Konsep Penelitian Jenis Penelitian Metode Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisa Data Kesimpulan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan oleh penulis, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian 3.2. Variabel , Definisi Operasional dan Pengukuran 3.2.1. Variabel Dependen Variabel dependen penelitian ini adalah penderita pneumonia pada balita. Penderita pneumonia pada balita adalah semua pasien yang berusia dibawah lima tahun rawat inap yang didiagnosis menderita pneumonia di RSUP H. Adam Malik Medan yang didapatkan dari data rekam medis pasien pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. • Cara ukur: Observasi data sekunder dari data rekam medis • Alat ukur: Analisis data rekam medis • Hasil pengukuran: a. Menderita pneumonia • Skala pengukuran: Skala nominal Karakteristik: - Usia - Jenis Kelamin - Status Imunisasi - Riwayat Pemberian ASI Ekslusif - Berat Badan Lahir - Gejala Klinis - Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Pneumonia pada Balita

3.2.2. Variabel Independen

Terdapat tujuh variabel independen dalam penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, riwayat pemberian ASI Eksklusif, status imunisasi, berat badan lahir, gejala klinis dan keadaan sewaktu pulang yang didapatkan dari data rekam medis pasien pada tahun 2011 hingga tahun 2014. Definisi operasional dan pengukuran dari variabel independen tersebut adalah sebagai berikut: A. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien pneumonia pada balita yang terdapat pada data rekam medis pasien di RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2014. • Cara ukur: Observasi data sekunder dari data rekam medis • Alat ukur: Analisis data rekam medis • Hasil pengukuran: a. Laki-laki b. Perempuan • Skala pengukuran: skala nominal B. Usia adalah usia pasien pneumonia pada balita yang terdapat pada data rekam medis pasien tersebut di RSUP H.Adam Malik tahun 2011-2014. • Cara ukur: Observasi data sekunder dari data rekam medis • Alat ukur: Analisis data rekam medis • Hasil pengukuran: a. Usia 0-11 bulan b. Usia 12-24 bulan c. Usia 25-59 bulan • Skala pengukuran: skala interval C. Riwayat pemberian ASI Eksklusif adalah riwayat pemberian ASI eksklusif pasien pneumonia pada balita yang terdapat pada data rekam medis pasien di RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2014. • Cara ukur: Observasi data sekunder dari data rekam medis • Alat ukur: Analisis data rekam medis • Hasil pengukuran: a. Diberi ASI Eksklusif b. Tidak diberi ASI Eksklusif • Skala pengukuran: skala nominal D. Status Imunisasi adalah status imunisasi pasien pneumonia pada balita yang trdapat pada data rekam medis pasien di RSUP. H. Adam Malik tahun 2011-2014. • Cara ukur: Observasi data sekunder dari data rekam medis • Alat ukur: Analisis data rekam medis • Hasil pengukuran: a. Status Imunisasi Lengkap b. Status Imunisasi Tidak Lengkap • Skala pengukuran: skala nominal E. Berat Badan Lahir adalah berat badan lahir pasien pneumonia pada balita yang terdapat pada data rekam medis pasien di RSUP. H. Adam Malik tahun 2011 - 2014. • Cara ukur: Observasi data sekunder dari data rekam medis • Alat ukur: Analisis data rekam medis • Hasil pengukuran: a. 2500 gram b. ≥ 2500 gram • Skala pengukuran: skala ratio F. Keluhan Utama adalah keluhan utama yang tampak pada pasien pneumonia pada balita yang terdapat pada data rekam medis pasien di RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2014. • Cara ukur: Observasi data sekunder dari data rekam medis • Alat ukur: Analisis data rekam medis • Hasil pengukuran: a. Batuk b. Kesulitan bernafas • Skala pengukuran: skala nominal G. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan pasien pneumonia pada balita sewaktu pulang yang terdapat pada data rekam medis pasien di RSUP. H. Adam Malik tahun 2011-2014. • Cara ukur: Observasi data sekunder dari data rekam medis • Alat ukur: Analisis data rekam medis • Hasil pengukuran: a. SehatSembuh b. Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS c. Pulang Paksa d. Meninggal Dunia • Skala pengukuran: skala nominal BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dibuat dalam bentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui karakteristik penderita pneumonia pada balita di RSUP H. Adam Malik tahun 2011 sampai tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan penulis adalah desain cross-sectional study dengan menganalisis data yang didapatkan dari data rekam medis pasien. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2015 sampai dengan Oktober 2015.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H.Adam Malik karena Rumah sakit ini Rumah Sakit tipe A, yaitu rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas, sesuai SK MENKES No.335MENKESSKVII1990 yang merupakan tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan sehingga cukup representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemiologi khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga adalah Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK MENKES No. 502MENKESSKIX1991, sehingga memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan data untuk penelitian ini. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak berusia dibawah lima tahun yang didiagnosis sebagai pasien rawat inap pneumonia di RSUP H.Adam Malik tahun 2011 sampai tahun 2014.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pneumonia yang berusia dibawah lima tahun dan dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 sampai tahun 2014. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana penentuan sampel dengan mengambil seluruh populasi sebagai subjek penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah data rekam medis pasien pneumonia pada balita di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 sampai tahun 2014. Setelah data rekam medis didapatkan, dilakukan analisis menggunakan desain cross-sectional study.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data akan diolah dengan aplikasi SPSS Statistical Product and Service Solutions versi 19 lalu dianalisa secara deskriptif. Data yang terkumpul akan disajikan dalam bentuk tabel. BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1. Deksripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355 Menkes SK VII 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standard dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga kita dapat menjumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502MenkesIX1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Karakteristik Berdasarkan Usia Tabel 5.2. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan usia

Usia Pasien Frekuensi Persentase 0-11 bulan 32 55.2 12-24 bulan 12 20.7 25-59 bulan 14 24.1 Total 58 100 Berdasarkan Tabel 5.2. distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan usia di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien terbanyak ialah kelompok usia 0-11 bulan berjumlah 32 orang 55.2 dan pasien paling sedikit ialah kelompok usia 12-24 bulan berjumlah 12 orang 20.7. 5.1.3. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.3. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 33 56.9 Perempuan 25 43.1 Total 58 100 Berdasarkan Tabel 5.3. distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien laki-laki berjumlah 33 orang 56.9 lebih banyak daripada pasien perempuan yang berjumlah 25 orang 43.1. 5.1.4. Karakteristik Berdasarkan Kelengkapan Status Imunisasi Tabel 5.4. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan kelengkapan status imunisasi Status Imunisasi Frekuensi Persentase Lengkap 30 51.7 Tidak Lengkap 28 48.3 Total 58 100 Berdasarkan Tabel 5.4. distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan kelengkapan status imunisasi di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien yang mempunyai status imunisasi lengkap berjumlah 30 orang 51.7 lebih banyak daripada pasien yang mempunyai status imunisasi tidak lengkap berjumlah 28 orang 48.3 . 5.1.5. Karakteristik Berdasarkan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Tabel 5.5. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan riwayat pemberian ASI Eksklusif Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi Persentase Diberi ASI Eksklusif 20 34.5 Tidak diberi ASI Eksklusif 38 65.5 Total 58 100 Berdasarkan Tabel 5.5. distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan riwayat pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien yang diberi ASI Ekslusif berjumlah 20 orang 34.5 lebih sedikit daripada pasien yang tidak diberi ASI Eksklusif berjumlah 38 orang 65.5 . 5.1.6. Karakteristik Berdasarkan Berat Badan Lahir Tabel 5.6. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan berat badan lahir Berat Badan Lahir Frekuensi Persentase 2500 gram 7 12.1 ≥ 2500 gram 51 87.9 Total 58 100 Berdasarkan Tabel 5.6. distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan berat badan lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram berat badan lahir rendah berjumlah 7 orang 12.1 lebih sedikit daripada pasien dengan berat badan lahir sama dengan atau lebih dari 2500 gram berjumlah 51 orang 87.9 . 5.1.7. Karakteristik Berdasarkan Keluhan Utama Tabel 5.7. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan keluhan utama Keluhan Utama Frekuensi Persentase Batuk 22 37.9 Sesak Nafas 36 62.1 Total 58 100 Berdasarkan Tabel 5.7. distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan keluhan utama di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien yang datang dengan keluhan utama batuk berjumlah 22 orang 37.9 lebih sedikit daripada pasien yang datang dengan keluhan utama sesak nafas berjumlah 36 orang 62.1 . 5.1.8. Karakteristik Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Tabel 5.8. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan keadaan sewaktu pulang Keadaan Sewaktu Pulang Frekuensi Persentase SehatSembuh 2 3.4 Pulang Paksa 1 1.7 PAPS 44 75.9 Meninggal dunia 11 19.0 Total 58 100 Berdasarkan Tabel 5.8. distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 berdasarkan keadaan sewaktu pulang yaitu pasien yang keluar dengan keadaan pulang paksa berjumlah 1 orang 1.7, sehatsembuh berjumlah 2 orang 3.4 , pasien yang pulang atas permintaan sendiri berjumlah 44 orang 75.9 , dan pasien yang meninggal dunia berjumlah 11 orang 19.0 .

5.2 Pembahasan

5.2.1. Karakteristik berdasarkan usia

Distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan usia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien terbanyak ialah kelompok usia 0-11 bulan berjumlah 32 orang 55.2 dan pasien paling sedikit ialah kelompok usia 12-23 bulan berjumlah 12 orang 20.7. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita 2015 di RSUD DR. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2012, didapati kelompok usia terbanyak yaitu usia 2 - 12 bulan 48,3. Berbeda dengan data pada Buletin Jendela Epidemiologi pada tahun 2007 hingga 2009, kelompok usia dengan persentase terbanyak adalah 1-4 tahun 39- 49 daripada kelompok usia dibawah 1 tahun 20-27. Menurut teori, anak kelompok usia kurang dari satu tahun lebih rentan terhadap penyakit pneumonia karena imunitas yang belum sempurna, saluran pernapasan yang cukup sempit serta tingginya prevalensi kolonisasi bakteri patogen di nasofaring.

5.2.2. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien laki-laki berjumlah 33 orang 56.9 lebih banyak daripada pasien perempuan yang berjumlah 25 orang 43.1. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugihartono 2012 yang menemukan bahwa balita berjenis kelamin laki-laki 57,4 lebih banyak menderita pneumonia daripada perempuan 42,6 . Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Banstola 2013, dimana dari 772 anak dibawah lima tahun yang didiagnosa dengan pneumonia, 463 anak 60 diantaranya adalah laki-laki lebih banyak daripada perempuan yang berjumlah 309 anak 40. Begitu pun dengan penelitian di Brazil oleh Victora 1994 dari 510 bayi dibawah usia dua tahun yang didiagnosa dengan Pneumonia, 311 bayi 60,98 diantaranya berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan yang berjumlah 199 bayi 39,01 . Beberapa penelitian menemukan sejumlah penyakit saluran pernafasan dipengaruhi oleh adanya perbedaan fisik anatomi saluran pernafasan pada anak laki-laki dan perempuan Rizkianti, 2009. Anak laki-laki juga memiliki aktifitas lebih tinggi dibanding kan anak perempuan. Anak laki-laki cenderung lebih ser ing bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga mereka akan lebih rentan kuman atau agent infeksi lain yang dapat menyebabkan penyakit. Hasil penelitian Sunyataningkamto, et.al 2004 juga menjelaskan anak laki-laki mempunyai risiko pneumonia sebesar 1,5 kali dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini disebabkan karena diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan anak perempuan.

5.2.3. Karakteristik berdasarkan kelengkapan status imunisasi

Distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan kelengkapan status imunisasi di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien yang mempunyai status imunisasi lengkap berjumlah 30 orang 51.7 lebih banyak daripada pasien yang mempunyai status imunisasi tidak lengkap berjumlah 28 orang 48.3 . Hasil ini kurang sesuai dengan penelitian Hartati 2011 dimana pasien yang telah mendapatkan imunisasi sebesar 28 orang 34,1 lebih sedikit daripada pasien yang tidak mendapatkan imunisasi sebesar 35 orang 62,5 . Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita 2015, pada kelompok status imunisasi masing-masing belum lengkap 34,8 dan tidak lengkap 34,3 lebih banyak terkena pneumonia dibanding yang lengkap 30,9. Balita yang telah mendapatkan imunisasi dasar, salah satunya imunisasi campak dan DPT diharapkan terhindar dari penyakit campak dan pertusis dimana pneumonia merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penyakit tersebut. Pertusis dapat diderita oleh semua orang tetapi penyakit ini lebih serius bila terjadi pada bayi dan balita. Oleh karena itu pemberian imunisasi DPT sangatlah tepat untuk mencegah anak terhindari dari penyakit pneumonia.

5.2.4. Karakteristik berdasarkan riwayat pemberian ASI Eksklusif

Distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan riwayat pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien yang diberi ASI Ekslusif berjumlah 20 orang 34.5 lebih sedikit daripada pasien yang tidak diberi ASI Eksklusif berjumlah 38 orang 65.5 . Hasil ini sesuai dengan penelitian Hartati 2011 dimana pasien yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 6 orang 20 lebih sedikit daripada pasien yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 57 orang 52,8. Begitu juga dengan penelitian di Puskesmas Kedungmundu Semarang 2013, dimana pasien yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 13 orang 27,1 lebih sedikit daripada pasien yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 35 orang 72,9. Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam membuktikan bahwa ada hubungan signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan kejadian pneumonia. ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim Sugihartono, 2012. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat. Sistem pertahanan tubuh balita akan berusaha mempertahankan atau melawan benda asing yang masuk kedalam tubuh, sistem pertahanan tubuh yang paling baik diperoleh dari ASI. Kenyataan tersebut dapat diterima karena Air Susu Ibu ASI yang mengandung imonoglobulin dan zat yang lain memberikan kekebalan bayi terhadap infeksi bakteri dan virus. Bayi yang diberi ASI terbukti lebih kebal terhadap berbagai penyakit infeksi, seperti diare, pneumonia radang paru, Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA, dan infeksi telinga.

5.2.5. Karakteristik berdasarkan berat badan lahir

Distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan berat badan lahir di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram berat badan lahir rendah berjumlah 7 orang 12.1 lebih sedikit daripada pasien dengan berat badan lahir sama dengan atau lebih dari 2500 gram berjumlah 51 orang 87.9 . Dari beberapa jurnal yang didapat, walau tidak sesuai dengan teori, hasil ini sesuai dengan penelitian di Puskesmas Miroto Semarang 2013 dimana pasien dengan riwayat berat badan lahir rendah berjumlah 8 orang 10 lebih sedikit daripada pasien dengan riwayat berat badan lahir normal berjumlah 72 orang 90. Begitu juga dengan hasil penelitian di Puskesmas Kedungmundu Semarang 2013, lebih sedikit daripada pasien dengan riwayat berat badan lahir normal berjumlah 36 orang 75. Dari hasil penelitian Hartati 2011, didapatkan balita yang mempunyai berat badan lahir 2500 gram lebih banyak 119 balita 86,2 dibanding balita yang mempunyai berat badan lahir ≤ 2500 gram yaitu 19 balita 13,8. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir anak balita dengan kejadian pneumonia. Bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibandingkan denga berat badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan penyakit saluran pernapasan lainnya.

5.2.6. Karakteristik berdasarkan keluhan utama

Distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan keluhan utama di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien yang datang dengan keluhan utama batuk berjumlah 22 orang 37.9 lebih sedikit daripada pasien yang datang dengan keluhan utama sesak nafas berjumlah 36 orang 62.1. Hasil ini sesuai dengan penelitian di RSUP. DR.M. Djamil Padang, dimana 179 pasien 97,8 datang dengan sesak nafas sebagai keluhan utama. Dari hasil penelitian Basnet 2006, juga didapati bahwa keluhan utama sesak nafas lebih banyak daripada keluhan lain seperti batuk dan demam. Begitu juga dengan penelitian Al-Dabbagh 2004 yang mengukur validitas dari beberapa manifestasi klinis pada penderita pneumonia dibawah lima tahun, dibanding dengan beberapa keluhan lain, sesak nafas mempunyai sensitifitas dan nilai prediksi positif yang lebih tinggi. Pada umumnya, gejala pada gangguan saluran nafas bagian bawah adalah batuk dan sesak nafas, terutama bila infeksi biasanya disertai oleh demam. Untuk pneumonia sendiri, adanya sesak nafas karena terjadi penumpukan sel-sel polimorfonuklear, dan fibrin di dalam alveoli. Hal tersebut terjadi pada stadium hepatisasi merah stadium awal.

5.2.7. Karakteristik berdasarkan keadaan sewaktu pulang

Distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 berdasarkan keadaan sewaktu pulang yaitu pasien yang keluar dengan keadaan pulang paksa berjumlah 1 orang 1.7, sehatsembuh berjumlah 2 orang 3.4 , pasien yang pulang atas permintaan sendiri berjumlah 44 orang 75.9 , dan pasien yang meninggal dunia berjumlah 11 orang 19.0 . Dari data rekam medis, banyak pasien yang pulang atas permintaan sendiri melanjutkan pengobatan rawat jalan secara teratur. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan di Rumah Sakit NTB, dari 245 balita 210 diantaranya sehat dan melanjutkan pengobatan rawat jalan. Menurut data statistik rumah sakit di Indonesia, jumlah pasien rawat jalan penderita pneumonia tahun 2004-2007 cenderung meningkat, kemudian pada tahun 2008 penderita pneumonia menurun tajam, yaitu tahun 2004-2007 berkisar 34.000 sampai 50.000 kasus, sedangkan pada tahun 2008 hanya 10.000an kasus saja. Kemungkinan besar keadaan ini terjadi karena rendahnya kelengkapan laporan rumah sakit atau jumlah RS yang melapor berkurang. Menurut data statistik rumah sakit angka kematian CFR penderita yang disebabkan pneumonia untuk semua kelompok umur menurun dari tahun 2004 ke tahun 2005, akan tetapi dari tahun 2005 sampai tahun 2008 belum terlihat penurunan angka kematian. Angka kematian pada statistik rumah sakit merupakan kematian akibat pneumonia pada semua umur, sedangkan data kematian pada bayi dan balita akibat pneumonia tidak diperoleh sehingga tidak dapat dilakukan analisis dan interpretasi pneumonia balita di RS. ` BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lebih besar persentase pasien yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 56,9 2. Persentase terbesar kelompok berusia 0-11 bulan yaitu 55,2 3. Lebih besar persentase pasien yang mempunyai status imunisasi lengkap yaitu 51,7 4. Lebih besar persentase pasien yang tidak diberi ASI Eksklusif yaitu 65,5 5. Lebih besar persentase pasien yang lahir dengan berat badan lahir normal yaitu 87,9 6. Persentase terbesar keluhan utama adalah sesak napas yaitu 62,1 7. Persentase terbesar pasien pulang dengan cara pulang atas permintaan sendiri dan melanjutkan dengan pengobatan rawat jalan yaitu 75,9

6.2. Saran