Karakteristik berdasarkan kelengkapan status imunisasi Karakteristik berdasarkan riwayat pemberian ASI Eksklusif

Beberapa penelitian menemukan sejumlah penyakit saluran pernafasan dipengaruhi oleh adanya perbedaan fisik anatomi saluran pernafasan pada anak laki-laki dan perempuan Rizkianti, 2009. Anak laki-laki juga memiliki aktifitas lebih tinggi dibanding kan anak perempuan. Anak laki-laki cenderung lebih ser ing bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga mereka akan lebih rentan kuman atau agent infeksi lain yang dapat menyebabkan penyakit. Hasil penelitian Sunyataningkamto, et.al 2004 juga menjelaskan anak laki-laki mempunyai risiko pneumonia sebesar 1,5 kali dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini disebabkan karena diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan anak perempuan.

5.2.3. Karakteristik berdasarkan kelengkapan status imunisasi

Distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan kelengkapan status imunisasi di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien yang mempunyai status imunisasi lengkap berjumlah 30 orang 51.7 lebih banyak daripada pasien yang mempunyai status imunisasi tidak lengkap berjumlah 28 orang 48.3 . Hasil ini kurang sesuai dengan penelitian Hartati 2011 dimana pasien yang telah mendapatkan imunisasi sebesar 28 orang 34,1 lebih sedikit daripada pasien yang tidak mendapatkan imunisasi sebesar 35 orang 62,5 . Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita 2015, pada kelompok status imunisasi masing-masing belum lengkap 34,8 dan tidak lengkap 34,3 lebih banyak terkena pneumonia dibanding yang lengkap 30,9. Balita yang telah mendapatkan imunisasi dasar, salah satunya imunisasi campak dan DPT diharapkan terhindar dari penyakit campak dan pertusis dimana pneumonia merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penyakit tersebut. Pertusis dapat diderita oleh semua orang tetapi penyakit ini lebih serius bila terjadi pada bayi dan balita. Oleh karena itu pemberian imunisasi DPT sangatlah tepat untuk mencegah anak terhindari dari penyakit pneumonia.

5.2.4. Karakteristik berdasarkan riwayat pemberian ASI Eksklusif

Distribusi frekuensi karakteristik penderita pneumonia pada balita berdasarkan riwayat pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 yaitu pasien yang diberi ASI Ekslusif berjumlah 20 orang 34.5 lebih sedikit daripada pasien yang tidak diberi ASI Eksklusif berjumlah 38 orang 65.5 . Hasil ini sesuai dengan penelitian Hartati 2011 dimana pasien yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 6 orang 20 lebih sedikit daripada pasien yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 57 orang 52,8. Begitu juga dengan penelitian di Puskesmas Kedungmundu Semarang 2013, dimana pasien yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 13 orang 27,1 lebih sedikit daripada pasien yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 35 orang 72,9. Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam membuktikan bahwa ada hubungan signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan kejadian pneumonia. ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim Sugihartono, 2012. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat. Sistem pertahanan tubuh balita akan berusaha mempertahankan atau melawan benda asing yang masuk kedalam tubuh, sistem pertahanan tubuh yang paling baik diperoleh dari ASI. Kenyataan tersebut dapat diterima karena Air Susu Ibu ASI yang mengandung imonoglobulin dan zat yang lain memberikan kekebalan bayi terhadap infeksi bakteri dan virus. Bayi yang diberi ASI terbukti lebih kebal terhadap berbagai penyakit infeksi, seperti diare, pneumonia radang paru, Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA, dan infeksi telinga.

5.2.5. Karakteristik berdasarkan berat badan lahir