kembali keadaan normal setelah kelahiran akan tetapi mempunyai resiko yang lebih besar untuk ibu terkena diabetes melitus tipe 2 di masa depan.
1
2.1.3 Diagnosis
Diagnosis diabetes melitus harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis klinis diabetes melitus umumnya bila ada keluhan khas berupa
poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain seperti lemah, kesemutan, gatal, dan mata kabur.
4
Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan diagnosis diabetes melitus menurut American Diabetes Association ADA.
Bukan DM Belum pasti DM
DM Kadar glukosa darah
sewaktu mgdl 110
110-199 ≥200
Kadar glukosa darah
puasa mgdl 110
110-125 ≥126
Pasien yang mengetahui dirinya menderita diabetes melitus harus diketahui jenis diabetes melitus yang dideritanya, perawatan yang pernah dilakukan, dan
kontrol yang memadai pada diabetes melitusnya. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, pasien dapat dikelompokkan ke dalam kategori kelompok risiko
spesifik, yaitu : a
Pasien dengan risiko rendah Low Risk Pada penderita dengan risiko rendah, yaitu kontrol metaboliknya baik dengan
obat-obatan yang dalam keadaan stabil, asimptomatik, tidak ada komplikasi neurologik, vaskular maupun infeksi, kadar gula darah puasa 200mgdl 11,1
mmolL dan kadar HbA1c 7. b
Pasien dengan risiko menengah Moderate Risk Pasien ini memiliki simptom yang sama dengan pasien dengan riskio rendah
namun, berada dalam kondisi metabolik yang seimbang. Tidak terdapat riwayat
Universitas Sumatera Utara
hipoglikemik atau ketoasidosis dan komplikasi diabetes yang terlihat. Kadar gula darah puasa 250mgdl 13,9 mmolL dan kadar HbA1c sekitar 7-9.
c Pasien dengan risiko tinggi High Risk
Penderita dengan risiko tinggi memiliki komplikasi dan kontrol metabolik yang sangat buruk, seringkali mengalami hipoglikemi atau ketoasidosis dan sering
membutuhkan injeksi insulin. Glukosa darah puasa dapat meningkat tajam, terkadang melampaui 250mgdl dan konsentrasi HbA1c 9.
7
2.1.4 Patofisiologi
Glukosa mempunyai peranan yang penting dalam menstimulus sekresi insulin. Insulin adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel pankreas yang berfungsi
sebagai regulator utama dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Insulin juga bertanggung jawab dan mempertahankan kadar gula darah agar tetap normal.
Jumlah asupan karbohidrat akan mempengaruhi jumlah produksi dan sekresi insulin yang dihasilkan.
16
Pada orang dengan metabolisme normal, insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau langerhans pankreas setelah makan dan mengirim sinyal kepada
insulin dalam tubuh untuk menyerap glukosa. Hal ini akan menurunkan kadar glukosa darah.
17
Pada orang yang normal, kadar glukosa darah biasanya antara 60-110 mgdl.
3
Pada diebetes melitus tipe 2 mempunyai dua faktor penyebab yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin adalah dimana sel-sel tubuh tidak
memberikan respon atau kurangnya sensitivitas terhadap insulin yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan glukosa dalam darah dan pemasukan glukosa ke
dalam sel akan terhambat. Sedangkan gangguan sekresi insulin adalah dimana ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang
cukup mengakibatkan produksi insulin berkurang dan masuknya glukosa ke dalam sel akan terhambat. Kedua keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada
dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
18
Pada saat hiperglikemia, ginjal akan menarik tambahan air dari darah untuk menghancurkan glukosa. Glukosa disekresikan dalam urin disertai pengeluaran cairan
Universitas Sumatera Utara
dan elektrolit yang berlebihan mengakibatnya terjadi peningkatan dalam berkemih poliuria. Akibat adanya poliuria yang menyebabkan berkurangnya cadangan air
tubuh, sehingga tubuh mengirimkan sinyal ke pusat otak dan menyebabkan sering merasa haus polidipsia. Lalu karena sel-sel kekurangan glukosa, penderita akan
mengalami rasa lapar yang berlebihan polifagia. Inilah tanda klasik dan simptom dari diabetes melitus tipe 2.
3
Penyakit diabetes melitus memang bukan merupakan penyebab utama kematian. Namun, komplikasi akut yang ditimbulkannya merupakan keadaan gawat
darurat yang tinggi angka kematiannya, sedangkan komplikasi kronik seperti stroke, kebutaan, penyakit jantung koroner, penyakit ginjal kronik, luka yang sulit sembuh,
dan impotensi merupakan masalah besar bagi kelangsungan hidup dan produktivitas penderita serta memberikan beban biaya yang cukup mahal.
2
2.1.5 Faktor Risiko