BAB V PEMBAHASAN
5.1 Masukan Input
Input merupakan komponen yang memberikan masukan untuk berfungsinya satu sistem seperti sistem pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa
aspek yang dikategorikan sebagai masukan input dalam pelaksanaan program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan LKB yaitu : tenaga
kesehatan serta sarana dan prasarana kesehatan.
5.1.1 Tenaga Kesehatan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, disebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Agar program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan
LKB berjalan secara optimal, peran dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan. Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga
akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Aspek yang dilihat dari tenaga kesehatan dalam pelaksanaan program LKB adalah kuantitas tenaga
kesehatan, kompetensi tenaga kesehatan dan pengorganisasian.
87
Universitas Sumatera Utara
5.1.1.1 Kuantitas Tenaga Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Bestari terdapat 5 orang tenaga kesehatan yang termasuk dalam tim LKB meliputi dokter, bidan, perawat,
analis petugas laboratorium dan tenaga administrasi, dengan kepala Puskesmas Bestari menjadi penanggung jawab program LKB. Tenaga kesehatan di
puskesmas Bestari sudah mencukupi dan sesuai dengan jenis pelayanan yang terdapat dalam puskesmas.
Di luar tim LKB yang disebut manajer kasus, terdapat kader yang dipilih dari masyarakat secara langsung oleh Kepala Puskesmas Bestari yang berjumlah 2
orang tetapi hanya satu yang masih aktif, ditambah seorang tenaga sukarela Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Menurut Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS, Lembaga Swadaya Masyarakat adalah lembaga masyarakat yang peduli AIDS dan
sudah melaporkan keberadaannya kepada Forum LSM Peduli AIDS sebagai anggota forum, dan merupakan mitra kerja Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Medan. Menurut KEMENKES RI 2012, Unit LKB HIV memiliki kelompok
kerja Pokja atau tim LKB yang melibatkan multi profesi dan multi disiplin. Tim LKB ini merupakan tim yang menangani masalah kesehatan terkait HIVAIDS.
Secara umum tim LKB ini dapat terdiri atas : 1 Dokter umum spesialis
2 Konselor 3 Apoteker
88
Universitas Sumatera Utara
4 Perawat 5 Petugas laboratorium
6 Ahli gizi 7 Petugas pencatatan dan pelaporan
8 Manajer kasus case manager Tim LKB secara keseluruhan memiliki jumlah tenaga kesehatan
sebanyak 8 jenis pembagian dengan masing-masing dapat disesuaikan banyak jumlah tenaga kesehatan. Tetapi jenis pelayanan yang ada dalam Puskesmas
mempengaruhi jumlahkuantitas dari tenaga kesehatan. Seperti untuk jenis pelayanan Konseling Gizi, diperlukan ahli gizi dalam memberikan konseling gizi
pada pasien. Tetapi untuk puskesmas Bestari tidak mempunyai jenis layanan konseling Gizi sehingga tidak memerlukan ahli gizi.
5.1.1.2 Kompetensi Tenaga Kesehatan
Keberhasilan suatu program kesehatan salah satunya ditentukan oleh tingkat kompetensi yang dimiliki oleh tenaga pelaksana program. Menurut
Undang-Undang No.36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional untuk dapat menjalankan praktik. Sesuai penjelasan tersebut, tenaga kesehatan di Puskesmas Bestari sudah
memiliki kompetensi profesi dan pengetahuan teknis keprofesian masing-masing. Meskipun sudah memiliki kompetensi profesi masing-masing, tenaga kesehatan
sebagai pelaksana program LKB wajib mengikuti pelatihan. 89
Universitas Sumatera Utara
Menurut KEMENKES RI 2013, salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi pelaksana program dapat dilakukan melalui pelatihan. Pelatihan
digunakan sebagai metode untuk meningkatkan kualitas aparatur yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku aparatur kesehatan ke arah yang
positif. Dalam pelaksanaan program LKB di kota Medan termasuk Puskesmas
Bestari, pelatihan terhadap petugas kesehatan sudah dilakukan meliputi pelatihan yang terbagi atas kelompok medis seperti dokter, bidan dan perawat dan
kelompok non medis seperti analis, tenaga administrasi, LSM, dan kader. Tetapi, tenaga sukarela LSM di Puskesmas Bestari tidak mendapatkan pelatihan
dikarenakan suatu urusan dan beranggapan bahwa dengan dilakukan pelatihan atau tidak, hal itu tidak mempengaruhi tugasnya karena LSM memiliki tugas
spesialisasi pada pendampingan, sehingga hal tersebut dianggap sudah cukup dalam melaksanakan tugasnya.
Pelatihan dilakukan sekali bersamaan dengan pelaksanaan dimulainya program LKB yaitu pada tahun 2012. Pelatihan dilakukan dengan membentuk
kelompok atau tim fasilitator pelatihan program yang dikoordinir oleh seorang koordinator pelatihan, dalam hal ini pihak Dinas Kesehatan Kota Medan
membentuk tim yang terdiri dari 5 orang sebagai tim pelatih. Hal ini didukung dengan pernyataan dari informan :
“Kita punya tim pelatihannya sekitar kurang lebih 5 orang. Itu dari dinas kesehatan, karena kita yang jadi pengelola programnya kan.
Sekali dilakukan pas program dikeluarkan tahun 2012.” Informan 1 90
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan kedua untuk tim LKB tidak ada dilaksanakan. Tenaga kesehatan di Puskesmas Bestari menyatakan menerima pelatihan hanya sekali
yaitu pada tahun 2012. Hal itu dijelaskan oleh informan sebagai berikut : “...Kalau kompetensinya, kami kan ada pelatihan tentang LKB itu
sendiri. Sekali saja, pas waktu kita nerima program LKB itu untuk dilaksanakan di puskesmas ini sekitar tahun 2012 kalau ngga s
alah.” Informan 7
Menurut KEMENKES RI 2012, pengembangan pelatihan dilakukan seiring dengan kebutuhan program dan dilakukan secara bertahap sesuai ekspansi
program baik dalam hal cakupan wilayah atau institusi layanan maupun dari jenis kegiatan program. Pelatihan dapat dilakukan minimal sekali dua tahun. Pelatihan
LKB seharusnya dilakukan secara berjenjang, diawali dengan penguatan di tingkat provinsi dan selanjutnya di tingkat kabupatenkota. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa pengembangan pelatihan untuk tenaga kesehatan puskesmas Bestari tidak dilakukan secara kontiniu.
Adapun tujuan dilakukan pelatihan dijelaskan oleh KEMENKES RI 2012, Petugas di semua fasilitas kesehatan harus menerima pelatihan dasar
tentang HIV IMS. Ini dapat membantu mengurangi stigma terhadap HIV di kalangan petugas kesehatan dan petugas lainnya di dalam suatu fasilitas.
Sehingga lebih merangkul dan memberikan kenyamanan bagi pasien ODHA untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
5.1.1.3 Pengorganisasian
Menurut Hasibuan 2006, pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan
91
Universitas Sumatera Utara
membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan departemen- departemen subsistem serta penentuan hubungan-hubungan.
Menurut Gibson dkk 1997 tujuan fungsi pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi melalui pendesainan struktur hubungan tugas dan
wewenang : dua konsep pokok adalah desain dan struktur. Desain, dalam konteks ini, mengimplikasikan bahwa manajer melakukan suatu upaya untuk lebih dulu
menetapkan cara karyawan melakukan pekerjaannya; struktur menunjuk kepada pertalian yang relatif stabil. Beberapa pakar manajemen menganggap struktur
organisasi sebagai anatomi organisasi dan menyediakan suatu dasar yang di dalamnya organisasi berfungsi.
Struktur organisasi dalam pelaksanaan program LKB di Puskesmas Bestari dapat dilihat di bawah ini :
Tenaga Administrasi
Dokter Koordinator
Perawat Bidan
Tenaga Laboratorium
Analis
Kader LKB LSM
Dinas Kesehatan Kota Medan
Kepala Puskesmas 92
Universitas Sumatera Utara
Dari struktur organisasi di atas, dapat diketahui bahwa pimpinan tertinggi adalah Dinas Kesehatan Kota Medan yang berperan sebagai penanggung jawab
untuk program LKB di kota Medan. Semua hal yang berkaitan dengan program LKB, berada dalam pengendalian dan pengawasan penanggung jawab. Kemudian,
kepala puskesmas memiliki tugas sebagai penanggung jawab program LKB untuk Puskesmas Bestari. Selain itu, kepala puskesmas berperan sebagai konselor, yang
memberikan konseling pada saat melayani pasien HIVAIDS. Selanjutnya di posisi berikutnya ada dokter koordinator. Dokter
koordinator menjadi tangan kanan kepala puskesmas dalam menghandle program LKB. Dokter koordinator memiliki tugas dalam hal pengobatan, yaitu mengobati
kasus HIVIMS. Sedangkan bidan dan perawat memiliki tugas dalam pelayanan kesehatan mengenai pemeriksaan seputar kesehatan organ reproduksi. Analis
memiliki tugas dalam pemeriksaan di laboratorium antara lain melakukan testing pada pasien apakah pasien terkena HIV atau tidak. Tenaga administrasi memiliki
tugas dalam hal pencatatan dan pelaporan tentang program LKB. Di luar dari tim LKB, kader dan tenaga sukarela LSM memiliki tugas di
luar gedung, yaitu pendampingan pada pasien mulai dari mendeteksi orang-orang yang rentan atau memiliki faktor risiko tinggi terkena HIV dan kemudian
mengajak orang-orang yang berisiko tinggi tersebut datang ke puskesmas untuk melakukan Konseling dan Tes HIV, setelah itu mendampingi hingga pasien
kembali ke masyarakat. 93
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan sudah mengetahui tugas pokok dan wewenang serta tanggung jawabnya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Ramsar dkk 2012, menyatakan bahwa pelaksanaan pengorganisasian yang sukses akan membuat organisasi dapat mencapai
tujuannya. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi, yang mencakup aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian.
5.1.2 Sarana dan Prasarana