rujukan dari LSM dan KDS Kelompok Dukungan Sebaya. Sehingga dengan peran tersebut, sangat penting untuk mengikuti rapat koordinasi.
Dari 5 informan yang termasuk Tim LKB, 3 diantaranya tidak mengetahui tentang pelaksanaan forum koordinasi. 2 informan mengatakan sudah
terlaksananya forum koordinasi.
5.2.1.2 Kendala dalam Mewujudkan Koordinasi dan Kemitraan dengan
Semua Pemangku Kepentingan
Kendala yang sering dijumpai dalam pelaksanaan koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan adalah pemangku kepentingan
seperti camat, lurah, kepala lingkungan dan lain-lain belum menganggap HIVAIDS sebagai skala prioritas utama.
Kendala lainnya adalah pimpinan wilayah setempat ada juga yang belum sepenuhnya tahu tentang LKB, jadi ketika diminta keikutsertaannya kurang
antusias pada saat prakteknya dan juga dari izin praktek kerja sama belum teraplikasikan dengan baik.
5.2.2 Peran ODHA untuk Berpartisipasi dalam Mendukung Program LKB
Di Puskesmas Bestari, ODHA juga dilibatkan dalam pelaksanaan program LKB. Terdapat satu ODHA yang aktif, yang dimasukkan dalam kelompok
dampingan. Terdapat grup yang terdiri dari ODHA-ODHA baru dengan ODHA yang aktif tersebut lebih bersifat persuasif dengan penekanan sharing antar
sesama. Selain itu posisi ODHA ini berada di bawah Manajer Kasus Kader dan
LSM. Di Puskesmas Bestari pernah dilakukan grup sharing untuk sesama 99
Universitas Sumatera Utara
ODHA. Kepala Puskesmas meminta kerja sama dengan pasien ODHA tersebut untuk sharing tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan ketika mengetahui
terinfeksi HIV dengan mengajak calon ODHA-ODHA untuk tidak berputus asa. Grup sharing tersebut pernah dilaksanakan di Puskesmas Bestari pada ruang
tertutup dengan tetap menjunjung tinggi kerahasiaan dan kenyamanan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan pasien ODHA :
“Keterlibatan? Saya maksudnya mbak? Saya sering dipanggil sama dr. Indra tapi ya sekali waktu katanya ada grup sharing untuk sesama
ODHA...” Informan 10 Sehingga dapat disimpulkan bahwa di Puskesmas Bestari terdapat
seorang ODHA yang aktif dalam sebuah grup dampingan. Tetapi dalam sistem kemitraan seperti kemitraan dalam perencanaan, penyelenggaraan layanan dan
evaluasi belum ada terlibat ODHA secara langsung. Menurut KEMENKES RI 2012, Peningkatan peran serta ODHA dan
kelompok dukungan sebaya secara efektif dalam berbagai aspek termasuk layanan kesehatan berbasis masyarakatkomunitas maupun fasyankes telah terbukti efektif
dan dapat memperbaiki kualitas layanan bagi ODHA secara umum. Sistem kemitraan juga harus terus didorong, misalnya kemitraan dalam perencanaan,
penyelenggaraan layanan dan evaluasi. Kemitraan ini penting dalam memperbaiki rujukan, dukungan kepatuhan, serta mengurangi stigma dan diskriminasi di antara
pemangku kepentingan. 100
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Layanan Terintegrasi dan Terdesentralisasi Sesuai Kondisi