Pada manusia selama hidup diperkirakan rata-rata sel tubuh mengalami sebanyak 10
6
mitose, dengan masing-masing gen mempunyai kemungkinan 10
−6
mengalami mutasi spontan dan menyalin translate 10
10
mutasi. Jika tiap mutasi dapat merubah sel normal menjadi kanker, maka kita tidak mungkin dapat
berfungsi sebagai makhluk hidup. Penelitian epidemiologi menunjukkan kemungkinan perubahan menjadi kanker tidaklah konstan, tetapi bertambah
dengan bertambahnya umur. Penelitian komparatif dari berbagai tumor menujukkan bahwa aktivasi gen myc dapat merubah sel itu menjadi immortal
tidak dapat mati, dan aktivasi gen ras atau famili ras dapat menjadikan transformasi sel. Pada manusia gen yang sering mengalami mutasi ialah gen c-
myc, K-ras, hst-l dan neu Sukardja, 2000.
2.6 Protein C-myc
Protein c-myc merupakan salah satu gen pengkode protein-protein inti dan salah satu fungsinya yaitu memproduksi faktor transkripsi untuk sintesis DNA dan
mitosis, protein-protein inti seperti PKC Protein Kinase C, p34 protein dengan berat molekul 34 kD mengatur transkripsi dan translasi kode genetik dengan
serine-threonine specific protein kinase yang larut dalam plasma. Protein inti penting dalam siklus pertumbuhan sel antara G2 dan M. Apabila terjadi mutasi
pada gen c-myc akan menimbulkan kenaikan ekspresi gen dan dapat pula menimbulkan siklus pertumbuhan yang peristen yang menyebabkan terjadinya
kanker Sukardja, 2000. Protein c-myc protoonkogen adalah protein yang disandi oleh gen c-myc,
yang berfungsi sebagai protein inti sel untuk transkripsi dan replikasi sel dalam siklus sel, sehingga dikelompokkan dalam gen-gen pemicu tumor Putsztai et
al,1996. Protein c-myc berperan penting dalam proliferasi sel, diferensiasi, dan
siklus sel. Protein c-myc merupakan salah satu gen yang sering mengalami mutasi sehingga menyebabkan pertumbuhan tidak normal yang tumbuh secara terus
menerus yang kita kenal dengan kanker Chen He et al., 2008. Gen c-myc merupakan onkogenik pusat untuk onkogen dan penekan
tumor APC. Protein penekan tumor APC memediasi degradasi dari b-Catenin.
Onkoprotein Wnt yang ditampilkan mengaktifkan reseptor, yang menghasilkan stabilisasi bebas dari b-Catenin. b-Catenin yang menopang mengaktifkan mutasi
pada kanker manusia dan merupakan kofaktor untuk faktor transkripsi Tcf. Tcf mengaktivasi ekspresi c-myc melalui situs DNA yang mengikat tertentu Dang,
1999
2.7 Imunohistokimia
Imunohistokimia adalah suatu proses yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan lokasi antigen protein target pada sel-sel jaringan yang melibatkan
reaksi antigen-antibodi. Imunohistokimia ini diawali dengan proses histoteknik, yaitu tahapan dalam pembuatan preparat irisan jaringan histologi yang akan
diamati di bawah mikroskop. Preparat irisan jaringan tersebut yang akan memasuki tahapan imunohistokimia Fatchiyah et al., 2011.
Imunohistokimia merupakan teknik untuk mendeteksi adanya antigen pada jaringan dengan menggunakan antibodi yang terikat enzim sehingga presipitat
terwarnai dan lokasi antigen dapat dilihat di bawah mikroskop. Pola dari imunohistokimia sangat memungkinkan identifikasi asal jaringan yang lebih
akurat dibandingkan dengan pemeriksaan hematoksilin-eosin saja Sofian dan Kampono, 2006.
Tiap tumor dapat didiagnosis dengan melihat kandungan protein atau antigen tertentu yang terdapat di dalamnya. Prinsip imunohistokimia adalah
antibodi akan berikatan secara spesifik dengan antigen. Antibodi akan “mencari“ lokasi antigen, dan berikatan dengan antigen. Tempat antigen dapat ditentukan
bila kita dapat mengetahui dimana ikatan antibodi-antigen Hastuti, 2011. Interaksi antara antigen dan antibodi adalah reaksi yang tidak dapat dilihat
dengan kasat mata. Oleh karena itu, diperlukan visualisasi adanya ikatan tersebut dengan melabel antibodi yang digunakan dengan enzim atau fluorokrom. Enzim
yang digunakan untuk melabel akan direaksikan dengan substrat kromogen yaitu substrat yang menghasilkan produk akhir berwarna dan tidak larut yang
dapat diamati dengan mikroskop bidang terang bright field microscope Fatchiyah et al., 2011.
BAB 1 PENDAHULUAN