3
pengalokasian anggaran belanja modal. Data yang dipakai untuk penelitian adalah laporan hasil realisasi APBD tahun 2005 hingga 2008 dari KabupatenKota di
Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap belanja modal, sementara
retribusi daerah mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap belanja modal. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Alokasi Belanja Modal
KabupatenKota Di Provinsi Sumatera Barat”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah apakah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Alokasi Belanja Modal pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap alokasi
belanja modal KabupatenKota di Provinsi Sumatera Barat. 2. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh retribusi daerah terhadap alokasi
belanja modal KabupatenKota di Provinsi Sumatera Barat.
4
3. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap alokasi belanja modal KabupatenKota di Provinsi Sumatera Barat.
4. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap alokasi belanja modal KabupatenKota di Provinsi Sumatera Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
akan pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap alokasi belanja modal KabupatenKota di
provinsi Sumatera Barat. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini bisa menjadi masukan baik bagi
pemerintah daerah dalam hal mengelola keuangan daerah, agar kedepannya pemerintah daerah mampu memanfaatkan pendapatan daerah
secara optimal. 3. Bagi calon peneliti, penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk
penelitian lebih lanjut khususnya mahasiswa yang ingin melakukan penelitian sejenis agar hasilnya lebih baik lagi.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untu membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan
pembangunan Daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, pajak daerah terdiri dari: 1 Pajak provinsi, yang terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2 Pajak kabupatenkota, yang terdiri dari: a. Pajak hotel
b. Pajak restoran c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak mineral bukan logam dan dan batuan g. Pajak parkir
h. Pajak air tanah i. Pajak sarang burung walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan pedesaan dan perkotaan k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
6
2.1.2 Retribusi Daerah Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan”.
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, objek retribusi daerah meliputi:
1. Jasa umum, yaitu retribusi atas pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh rang pribadi atau Badan. Retribusi jasa umum terdiri dari:
a. Retribusi pelayanan kesehatan b. Retribusi pelayanan persampahankebersihan
c. Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil d. Retribusi pemakaman dan pengabuan mayat
e. Retribusi penepian parkir di jalan umum f. Retribusi pelayanan pasar
g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
i. Retribusi penggantian biaya cetak peta j. Retribusi penyediaan danatau penyedotan kakus
k. Retribusi pengolahan limbah cair l. Retribusi pelayanan teratera ulang
m. Retribusi pelayanan pendidikan n. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi
2. Jasa usaha, yaitu retribusi pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
a. pelayanan dengan menggunakanmemanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; danatau
b. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadaioleh pihak swasta.
Retribusi jasa usaha terdiri dari: a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
b. Retribusi pasar grosir danatau pertokoan c. Retribusi tempat pelelangan
d. Retribusi terminal e. Retribusi tempat khusus parkir
f. Retribusi tempat penginapanpesanggrahanvilla
7
g. Retribusi rumah potong hewan h. Retribusi pelayanan kepelabuhan
i. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga j. Retribusi penyebrangan di air
k. Retribusi penjualan produksi daerah
3. Perizinan tertentu, yaitu retribusi atas pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan
untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi perizinan tertentu meliputi:
a. Retribusi izin mendirikan bangunan b. Retribusi izin penjualan minuman beralkohol
c. Retribusi izin gangguan d. Retribusi izin trayek
e. Retribusi izin usaha perikanan
2.1.3 Dana Alokasi Umum DAU
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Dana Alokasi Umum DAU adalah “dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi”. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan ditetapkan dalam APBN, dengan
ketentuan sebagai berikut: a. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 dari
Pendapatan Dalam Negeri Neto.
8
b. Proporsi DAU antara provinsi dan kabupatenkota dihitung dari perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan provinsi dan kabupatenkota. c. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif,
proporsi DAU antara provinsi dan kabupatenkota ditetapkan dengan imbangan 10 dan 90.
DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah selisih antara kebutuhan
fiskal dan kapasitas fiskal, sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan
pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum antara lain kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan pengentasan kemiskinan. Setiap
kebutuhan pendanaan tersebut diukur secara berturut-turut menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, PDRB, dan IPM,
sedangkan kapasitas fiskal daerah dihitung berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil.
2.1.4 Dana Alokasi Khusus DAK
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Dana Alokasi Khusus DAK adalah “dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
9
dengan prioritas nasional”. Dalam Nordiawan, dkk. 2008, daerah tertentu adalah “daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum adalah perumusan berdasarkan kemampuan keuangan
daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Krtiteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah serta
berdasarkan indeks kewilayahan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional dan menteripimpinan lembaga terkait. Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus
yang didanai dari DAK.
2.1.5 Belanja Modal
Belanja modal adalah belanja yang digunakan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 dua belas bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Dalam Erlina, dan Rasdianto 2013, nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga belibangun aset
ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaanpembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.
10
Syaiful 2006 menjelaskan bahwa belanja modal dapat dikategorikan menjadi 5 lima kategori utama, yaitu:
a. Belanja tanah Belanja tanah adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk
pengadaanpembeliaanpembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan
sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b. Belanja peralatan dan mesin Belanja peralatan dan mesin adalah pengeluaranbiaya yang
digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang
memberikan manfaat lebih dari 12 dua belas bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
c. Belanja gedung dan bangunan Belanja gedung dan bangunan adalah pengeluaran biaya yang
digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan
pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
d. Belanja jalan, irigasi, dan jaringan Belanja jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaranbiaya yang
digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantianpeningkatan pembangunanpembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran
untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan
dimaksud dalam kondisi siap pakai.
e. Belanja fisik lainnya Belanja Fisik Lainnya adalah pengeluaranbiaya yang digunakan
untuk pengadaanpenambahanpenggantianpeningkatan
pembangunanpembuatan serta perawatan terhadap Fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan.
11
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian
Variabel yang
Digunakan Hasil Penelitian
Ni Luh Dina Selvia
Martini, Wayan
Cipta, I Wayan
Suwendra 2014
Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum
dan Dana Alokasi Khusus terhadap
Belanja Modal pada Kabupaten
Buleleng tahun 2006 -2012
Independen: 1. PAD
2. DAU 3. DAK
Dependen: Belanja
Modal Pendapatan Asli
Daerah PAD, Dana Alokasi
Umum DAU dan Dana Alokasi
Khusus DAK berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Belanja
Modal
Steven Yansen
2013 Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum terhadap Belanja
Daerah pada Pemerintah
KabupatenKota di Wilayah Sumsel
Independen: 1. PAD
2. DAU Dependen:
Belanja Daerah
PAD dan DAU secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap
Belanja Daerah. Namun, PAD dan
DAU secara simultan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
Belanja Daerah
Askam Tuasikal
2008 Pengaruh DAU,
DAK, PAD, dan PDRB terhadap
Belanja Modal Pemerintah
KabupatenKota di Indonesia
Independen: 1. DAU
2. DAK 3. PAD
4. PDRB Dependen:
Belanja Modal
Secara simultan, DAU dan DAK,
PAD dan PDRB berpengaruh
terhadap belanja modal pemerintah
daerah kabupatenkota di
Indonesia. Secara parsial, DAU,
DAK, dan PAD berpengaruh postif
terhadap alokasi belanja modal daerah
kabupatenkota di
Indonesia. Sementara PDRB tidak
berpengaruh.
12
Dewina Putri Br.
Ginting 2014
Pengaruh Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah terhadap
Pengalokasian Belanja Modal
pada PemkabPemkot di
Provinsi Sumatera Utara
Independen: 1. Pajak
Daerah 2. Retribusi
Daerah Dependen:
Belanja Modal
Secara parsial baik Pajak Daerah
maupun Retribusi Daerah mempunyai
pengaruh signifikan positif
terhadap tingkat Belanja Modal.
Secara simultan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah mempunyai
pengaruh signifikan positif
terhadap Belanja Modal.
Agave Sianturi
2010 Pengaruh Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
terhadap Pengalokasian
Belanja Modal pada Pemerintah
KabupatenKota di Sumatera Utara
Independen: 1. Pajak
Daerah 2. Retribusi
Daerah Dependen:
Belanja Modal
Secara simultan pajak daerah dan
retribusi daerah berpengaruh
terhadap belanja modal pada
kabupatenkota di Sumatera Utara.
Secara parsial pajak daerah
berpengaruh signifikan terhadap
belanja modal pada kabupatenkota di
Sumatera Utara. Sedangkan
retribusi daerah tidak berpengaruh
signifikan terhadap belanja modal.
Dwi Handayani,
Elva Nuraina
2012 Pengaruh Pajak
Daerah dan Dana Alokasi Khusus
terhadap Belanja Daerah Kabupaten
Madiun Independen:
1. Pajak Daerah
2. DAK Dependen:
Belanja Daerah
Pajak daerah berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap
alokasi belanja daerah.
Dana Alokasi Khusus tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
13
alokasi belanja daerah. Pajak
daerah dan dana alokasi khusus
secara simultan berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap
alokasi belanja daerah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu: 1. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan seluruh unsur Pendapatan
Asli Daerah PAD sebagai variabel independen, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variabel
independen. 2. Penelitian ini menambahkan variabel independen baru yaitu Dana Alokasi
Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK untuk melihat pengaruhnya terhadap Belanja Modal, sedangkan penelitian terdahulu
hanya menggunakan pajak daerah dan retribusi daerah.
2.3 Kerangka Konseptual