Analisis Deskriptif Deskripsi Data

46 terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan. Dari 51 sampel, hanya 18 pemerintah daerah yang melakukan pengungkapan wajib diatas nilai rerata 10,49. Nilai rerata pada penelitian ini lebih rendah dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suhardjanto et al. 2010. Dalam penelitiannya 2010, nilai rerata pengungkapan wajibnya sebesar 51,56. Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh cara penyajian pengungkapan wajib dalam laporan keuangan setiap pemerintah daerah yang berbeda-beda Ghozali dan Ratmono, 2008. Selain itu, terdapat perbedaan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Dengan adanya perbedaan cara penyajian pengungkapan wajib setiap pemerintah daerah dan perbedaan sampel tersebut, dapat mempengaruhi subjektifitas penulis dalam menentukan skor pengungkapan wajib dalam penelitian ini. Nilai minimum tingkat pengungkapan wajib diperoleh Kota Sukabumi yang hanya mengungkapkan 5 item pengungkapan wajib dari keseluruhan total pengungkapan wajib yang berjumlah 34 item. Dengan kata lain, pemerintah Kota Sukabumi hanya melakukan pengungkapan sebesar 14,70. Hasil statistik yang menunjukkan tingkat pengungkapan yang jauh di bawah nilai rerata tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah kota Sukabumi belum sepenuhnya patuh terhadap SAP. Sementara itu, pemerintah daerah yang memiliki peringkat tertinggi dalam melakukan pengungkapan wajib akuntansi adalah Kabupaten Sinjai. Dari 34 item pengungkapan wajib dalam neraca, Kabupaten Sinjai melakukan pengungkapan wajib sebanyak 19 item atau sebesar 55,88. 47 Dalam pemerintahan daerah, penciptaan good governance merupakan tuntutan yang harus dilakukan dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Terdapat tiga prinsip dasar good governance, yaitu partisipasi, akuntabilitas, dan transparansi. Dalam Harian Bisnis Indonesia, Ariwibowo 2007 menjelaskan definisi ketiga prinsip diatas sebagai berikut: “Partisipasi mendorong keterlibatan masyarakat dan sektor swasta dalam pengambilan keputusan publik, sedangkan transparansi merupakan keterbukaan informasi atas penyelenggaraan pemerintahan. Sementara itu, akuntabilitas menunjukkan adanya kewajiban untuk melaporkan secara akurat dan tepat waktu tentang informasi yang terkait dengan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan.” Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa pengungkapan wajib merupakan salah satu perwujudan prinsip transparansi keuangan. Dengan demikian, hasil statistik yang menunjukkan minimnya pengungkapan wajib yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Indonesia mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum sepenuhnya menerapkan prinsip transparansi dalam keuangan daerah. Karakteristik pemerintah daerah yang pertama adalah size. Size dalam penelitian ini menggunakan total aset pemerintah daerah. Nilai rerata total aset pemerintah daerah di Indonesia adalah Rp 1.932.786.570.000, -. Pemerintah daerah dengan total aset tertinggi adalah Kota Bandung, yaitu Rp 18.897.902.019.467,00,-. Sedangkan daerah dengan total aset terendah adalah Kabupaten Samosir, yaitu Rp 316.484.881.189,58, -. Jumlah SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan karakteristik daerah ke dua dalam penelitian ini.. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, jumlah 48 rerata SKPD di KabupatenKota di Indonesia adalah 26 SKPD. Jumlah SKPD tertinggi dimiliki oleh Kota Denpasar yang memiliki 32 SKPD. Sedangkan daerah yang memiliki jumlah SKPD terendah 19 SKPD adalah Kabupaten Natuna. Meskipun Kabupaten Natuna memiliki jumlah SKPD terendah, komponen SKPD tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah berupa definisi perangkat daerah. Definisi perangkat daerah menurut PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah adalah sebagai berikut: “Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.” Dalam penelitian ini, hanya sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah dan lembaga teknis daerah saja yang digunakan karena keempat komponen SKPD tersebut memiliki kedudukan dan beban kerja yang sama www.bappeda.kutaikartanegarakab.go.id , 2009. Kecamatan dan kelurahan memiliki kedudukan di bawah keempat komponen tersebut, sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini. Nilai rerata jumlah anggota DPRD pada 51 daerah di Indonesia sebanyak 37 anggota. Daerah yang memiliki jumlah anggota DPRD terendah atau sebanyak 20 anggota adalah Kabupaten Natuna, sedangkan daerah yang memiliki jumlah anggota DPRD terbanyak antara lain Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, Kota Semarang Kabupaten Magelang, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Serdang Bedagai serta Kabupaten Jombang, yang memiliki anggota DPRD sebanyak 50 anggota. 49 Perbedaan jumlah anggota DPRD di setiap daerah disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah penduduk setiap daerah yang berbeda. Ketentuan alokasi jumlah kursianggota DPRD diatur di dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 17 Tahun 2008 pasal 9 ayat 1 dan 2 tentang Pedoman Penetapan Alokasi Kursi dan Daerah Pemilihan Anggota DPRD Propinsi dan DPRD KabupatenKota sebagai berikut: “Jumlah kursi DPRD kabupatenkota didasarkan pada jumlah Penduduk kabupatenkota yang bersangkutan dengan ketentuan: 1. kabupatenkota dengan jumlah penduduk sampai dengan 100.000 seratus ribu jiwa memperoleh alokasi 20 dua puluh kursi; 2. kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 seratus ribu sampai dengan 200.000 dua ratus ribu jiwa memperoleh alokasi 25 dua puluh lima kursi; 3. kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 200.000 dua ratus ribu sampai dengan 300.000 tiga ratus ribu jiwa memperoleh alokasi 30 tiga puluh kursi; 4. kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 tiga ratus ribu sampai dengan 400.000 empat ratus ribu jiwa memperoleh alokasi 35 tiga puluh lima kursi; 5. kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 400.000 empat ratus ribu sampai dengan 500.000 lima ratus ribu jiwa memperoleh alokasi 40 empat puluh kursi; 6. kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 lima ratus ribu sampai dengan 1.000.000 satu juta jiwa memperoleh alokasi 45 empat puluh lima kursi; 7. kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 satu juta jiwa memperoleh alokasi 50 lima puluh kursi.” Berdasarkan PKPU No. 172008 tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota DPRD dalam suatu daerah merupakan jumlah keterwakilan dari jumlah penduduk pada daerah yang bersangkutan. Daerah dengan jumlah penduduk lebih banyak, akan memiliki jumlah anggota DPRD yang banyak. 50

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen dan beberapa variabel independen Sekaran, 2006. Selain itu, penelitian ini menambahkan t- test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pengungkapan wajib akuntansi pada pemerintah daerah yang berlokasi di Pulau JawaBali dengan pemerintah daerah yang berlokasi di luar Pulau JawaBali. Sebelum melakukan analisis regresi berganda, perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien Gujarati, 2003. Uji asumsi klasik terdiri dari beberapa pengujian yang meliputi: Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi, dan Uji Heteroskedastisitas. Berdasarkan pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik. Hasil pengujian asumsi klasik dapat dilihat pada Lampiran III.

1. Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menguji apakah karakteristik pemerintah daerah berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Karakteristik pemerintah daerah dalam penelitian ini meliputi: size ukuran daerah, jumlah SKPD, dan status daerah. Selain itu, peneliti juga menambahkan variabel kontrol berupa jumlah anggota DPRD dan lokasi daerah. Regresi berganda dilakukan dengan menggunakan metode backward. Hasil regresi berganda disajikan dalam tabel berikut: 51 Tabel 4.4 Hasil Regresi Berganda Variabel Koefisien t Sig. Constant 7.103 4.099 0.000 Size 1.227 0.826 0.413 Jumlah SKPD 0.071 0.489 0.627 Status Daerah 0.085 0.080 0.936 Jumlah Anggota DPRD 0.090 0.044 0.049 Lokasi Daerah 0.364 0.339 0.736 R Square 0.076 Adjusted R Square 0.058 F 4.058 Sig 0.049 Secara statistik signifikan pada tingkat 5 Koefisien Determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh variabel independen mampu menerangkan variabel dependen. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, untuk jumlah variabel independen lebih dari dua, lebih baik menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu Adjusted R 2 Ghozali, 2006. Hasil regresi berganda pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai R Square R 2 sebesar 0,076 dan Adjusted R Square Adjusted R 2 sebesar 0,058. Berdasarkan nilai Adjusted R 2 tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 5,8 variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen Size, Jumlah SKPD, Status Daerah dan variabel kontrol Jumlah Anggota DPRD dan Lokasi Daerah dan sisanya sebanyak 94,2 dijelaskan oleh faktor lain. Tabel diatas juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 4,058 dengan probabilitas 0,049. Karena nilai F hitung lebih besar dari 4 dan probabilitas lebih