Pengungkapan Wajib Mandatory Disclosure
15 informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan
untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Menurut Na’im dan Rakhman 2000, pengungkapan dapat didefinisikan
secara sederhana sebagai pengeluaran informasi. Definisi pengungkapan wajib dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar adalah
pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku Naim dan Rakhman, 2000.
Guna memenuhi transparansi dan akuntabilitas, pemerintah dituntut untuk menyajikan dan mengungkapkan elemen akuntansi dalam LKPD Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu SAP. Laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi
APBNAPBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum Bastian, 2005,
sehingga kesesuaian pengungkapan dengan standar akuntansi merepresentasikan kepatuhan terhadap SAP. Namun demikian, pemerintah daerah belum sepenuhnya
patuh terhadap SAP. Hal ini didukung oleh penelitian Dwijayanti 2007 dan Suhardjanto et al. 2010.
Dwijayanti 2007 melakukan penelitian tentang implementasi SAP pada Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Pemerintah Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran 2006. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
penyusunan laporan
keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD 2006 Kabupaten Temanggung belum
16 sepenuhnya sesuai dengan SAP. Hal ini dikarenakan penyusunan anggarannya
masih menggunakan pedoman dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002. Penelitian Suhardjanto et al. 2010 menemukan bahwa pemerintah daerah
di Indonesia belum sepenuhnya mengungkapkan elemen pengungkapan wajib akuntansi sesuai dengan SAP. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitiannya 2010
yang menunjukkan bahwa nilai rerata tingkat pengungkapan wajib pemerintah daerah di Indonesia tahun 2006 adalah sebesar 51,56.
Uraian di atas menjadikan alasan peneliti untuk meneliti kepatuhan pengungkapan wajib sesuai dengan SAP. SAP merupakan standar akuntansi yang
memiliki kekuatan hukum sebagai upaya untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kepada publik, akan tetapi penerapannya belum dilakukan secara
maksimal oleh pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian ini berfokus pada pengungkapan wajib pada pos-pos neraca LKPD karena laporan neraca daerah
akan memberikan informasi penting kepada manajemen pemerintah daerah Kepala Daerah, Kepala Birokrasi, Bagian Keuangan, serta Kepala Dinas, pihak
legislatif daerah, para kreditur, serta masyarakat luas Bastian, 2006 tentang posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
dana pada tanggal tertentu PP No. 242005. Pengungkapan wajib pada pos-pos neraca disajikan di dalam Catatan atas
Laporan Keuangan Ghozali dan Ratmono, 2008. Hal ini karena Catatan atas Laporan Keuangan berkaitan dengan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dan
partisipasi sebagai bagian dari good public governance. Lebih lanjut lagi, Ghozali dan Ratmono 2008 berpendapat bahwa pengungkapan pada Catatan atas
17 Laporan Keuangan dapat disajikan secara naratif, dilengkapi dengan bagan,
grafik, daftar dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan. Catatan atas
Laporan Keuangan merupakan bentuk Laporan Keuangan yang formatnya paling tidak terstruktur, sehingga pendekatan pengisisannya menjadi sangat subjektif dan
terkendala oleh ketidakjelasan batasan tentang seberapa banyak informasi yang dapat dianggap memadai Ghozali dan Ratmono, 2008.