Dalam teori aksi yang dikembangkan oleh Parsons, hal ini disebut dengan konsep
voluntarisme
.
1. Bekerja Sambilan sebagai Tindakan Subjektif
Semua tindakan manusia adalah sukarela
voluntary
. Tindakan tersebut adalah produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran.
Lebih lanjut, ini adalah pilihan purapasif atau orientasi pada tujuan Jones, 2009: 25. Ini berarti setiap apa yang kita lakukan merupakan hasil dari pemilihan
tindakan yaitu dengan cara tertentu dan bukan dengan cara yang lain. Begitu juga dengan mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi dalam melakukan bekerja
sambilan. Dalam memanfaatkan waktu senggang dan memutuskan untuk melakukan kerja sambilan, mereka memilih diantara banyak pilihan. Dalam
memanfaatkan waktu senggang tersebut, mereka memilih untuk bekerja dibandingkan dengan mengikuti kegiatan atau organisasi seperti BEM atau pun
UKM karena adanya orientasi terhadap tujuan yang ingin dicapai. Salah satu informan YS menjelaskan bahwa menurutnya dengan dia memilih untuk bekerja
sambilan akan langsung dihadapkan pada masalah kehidupan yang lebih nyata. Sedangkan jika mengikuti kegiatan BEM atau UKM, biasanya hanya berpusat
pada idealisme saja, namun terkadang untuk pelaksanaan atau ketika mereka dihadapkan pada masalah dan kenyataan hidup, mereka tidak dapat mengatasi
permasalahan tersebut. Ini berarti, mereka mempunyai sifat kebutuhan yaitu kebutuhan akan pengalaman hidup yang nyata. Kemudian sifat kebutuahan ini
mendorong mahasiswa pendidikan sosiologi antroapalogi untuk melakukan kerja sambilan.
Menurut Weber, seorang individu dalam melakukan tindakan memiliki arti subyektif bagi dirinya sendiri Johnson, 1986: 216. Kemudian, bagi Weber studi
pembahasan sosiologi tindakan berarti mencari pengertian subyek atau motivasi yang terkait pada tindakan-tindakan sosial. Untuk tindakan seseorang berarti harus
memahami motif tindakan itu sendiri. Ritzer, 1992: 44-46. Ini berarti juga bahwa dalam setiap tindakan individu memiliki arti subyektif dan motivasi dalam
dirinya. Sedangkan setiap motivasi bertalian erat dengan adanya suatu tujuan yang
ingin dicapai. Ini sejalan dengan pendapat Parsons, yang menjelaskan bahwa nilai-nilai memberikan motivasi atau sifat-kebutuhan yang mendorong perilaku
aktor Gidden, 2009: 87. Motivasi yang terdapat dalam diri individu akan terealisasikan dalam peilaku yang mengarah pada suatu tujuan yang
diinginkannya. Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi dalam bekerja sambilan, terdapat adanya dorongan atau motivasi yang berupa tujuan-tujuan yang
ingin dicapai. Selanjutnya, motivasi ini kemudian memberikan arahan terhadap diri
individu tersebut untuk meresapan atau melakukan kegiatan ke arah pencapaian tujuan, yaitu dengan jalan bekerja sambilan. Kebutuhan ekonomi mahasiswa,
yang dilatarbelakangi oleh keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, merupakan salah satu tujuan mahasiswa untuk melakukan kerja sambilan.
Kebutuhan ekonomi tersebut menjadi sebuah motivasi atau dorongan bagi mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi dalam bekerja sambilan. Ini berarti
bekerja sambilan tersebut memiliki arti subyektif bagi mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi itu sendiri. Bagi mahasiswa tersebut, bekerja sambilan ini
merupakan bentuk kesadaran dalam diri mereka terhadap kondisi ekonomi keluarga. Dimana kondisi ini tidak dapat memungkinkan bagi mereka untuk tetap
bergantung sepenuhnya pada orang tua untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Bekerja sambilan tersebut juga memiliki arti sebuah kegiatan yang
dilakukan untuk memanfaatkan waktu senggang dengan kegiatan produktif. Pada dasarnya mahasiswa pendidikan Sosiologi Antroapalogi tersebut bekerja sambilan
karena memiliki tujuan untuk memanfaatkan waktu senggang yang dimiliki dengan kegiatan yang produktif. Mereka merasa bila waktu tersebut tidak
dimanfaatkan maka akan terbuang sia-sia. Dari pemanfaatan waktu untuk kegiatan produktif tersebut mereka juga akan mendapatkan sebuah
income
tambahan yang mana itu merupakan sebuah keuntungan bagi mereka.
Selain itu, bekerja sambilan juga bermakna sebagai tindakan yang digunakan untuk mencari pengalaman baru oleh mahasiswa pendidikan Sosiologi
Antroapalogi. Kebutuhan akan pengetahuan dan ketrampilan membuat sebagain mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi mencari dan memenuhinya dengan
jalan melakukan kerja sambilan. Dengan bekerja mereka akan mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan lain, selain yang didapatkannya
melalui bangku perkuliahan. Hal ini juga sesuai dengan definisi tindakan sosial menurut Talcott Parsons,
bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuannya memiliki suatu tujuan Johnson, 1986: 106. Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi Antroapalogi dalam
melakukan kerja sambilan memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan tersebut berupa adanya kebutuhan ekonomi, keinginan memanfaatkan
waktu senggang dengan kegiatan produktif dan adanya kebutuhan akan pengetahuan dan ketrampilan. Tindakan terjadi dalam suatu situasi, dimana
elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-eleman lainnya digunakan oleh yang bertindak itu sebagai alat menuju tujuan itu.
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi memilih pekerjaan yang menurut mereka dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pemilihan tindakan ini, tidak lepas dari pertimbangan situasi dan norma
yang ada. Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi, dalam melakukan dan memilih pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai tujuannya juga dipengaruhi oleh
situasi yang ada. Mahasiswa tersebut melakukan kerja sambilan karena adanya situasi yang mendorongnya untuk melakukan kerja sambilan. Situasi tersebut
adalah banyaknya waktu senggang dalam kegiatan perkuliahan, yang merupakan pekerjaan apakok atau utama bagi mahasiswa tersebut. Dengan adanya situasi atau
kondisi seperti ini mahasiswa kemudian memutuskan untuk melakukan kerja sambilan.
Selanjutnya, secara normatif tindakan itu diatur sehubungan dengan penemuan alat-alat dan tujuan. Dalam memilih tindakan tersebut dibatasi oleh
situasi atau kondisi serta nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Mahasiswa sebagai aktor dalam memilih tindakan, yaitu bekerja sambilan tetap
memperhitungkan adanya nilai dan norma yang ada di masyarakat. Nilai dan norma tersebut berupa kewajiban sebagai mahasiswa yang harus mematuhi
mengikuti segala peraturan perkuliahan dengan baik, sehingga dalam melakukan kerja sambilan mahasiswa memilih pekerjaan-pekerjaan dengan sistem
part time
.
Dengan bekerja dalam sistem
part time
shift, mahasiswa tetap dapat bekerja serta dapat mengikuti kegiatan perkuliahan dengan baik.
Selain itu nilai dan norma yang ada dalam masyarakat juga membatasi mahasiswa dalam memilih pekerjaan untuk mencapai tujuannya. Nilai dan norma
tersebut berupa peraturan kos dan norma yang ada dimasyarakat. Peraturan jam malam masuk kos serta norma kesopanan yang ada di masyarakat menjadi
pertimbangan mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi dalam memilih pekerjaan yang digelutinya.
Ada sebagian kos yang menerapkan peraturan jam malam masuk kos pada jam 21.00 WIB dan ada juga yang jam 22.00 WIB. Informan yang mengalami
kendala jam malam yang membatasi tindakannya tersebut adalah mahasiswa perempuan. Beberapa informan, yaitu YS dan TF mengungkapkan bahwa dalam
memilih pekerjaan mempertimbangkan peraturan kos yang berupa jam malam masuk kos. Mahasiswa tersebut memilih pekerjaan-pekerjaan yang selesai
sebelum jam masuk kos tersebut berakhir, sehingga tidak akan melanggar peraturan kos dan tidak terjadi konflik dengan pemilik kos. Kemudian, TF
menambahkan, menurutnya sebagai mahasiswa perempuan tidak pantas jika pulang terlalu larut malam, walaupun dengan alasan bekerja. Sehingga mahasiswa
tersebut memilih pekerjaan yang selesai pada pukul 21.00 WIB. Ini berarti norma yang ada dalam masyarakat juga membatasi mahasiswa dalam memilih
pekerjaannya. Dengan mempertimbangankan norma dan peraturan yang ada di masyarakat
tersebut merupakan sebuah pertimbangan atau pilihan tindakan yang diperhitungkan secara rasional. Berdasarkan pada macam-macam tindakan sosial
menurut Weber, ini merupakan tindakan rasional yang berorientasi nilai. Dalam tindakan rasional yang berorientasi nilai, alat-alat merupakan sebuah obyek
pertimbangan dan perhitungan secara sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolute atau merupakan
nilai akhir baginya. Nilai tersebut bersifat nonrasional, sehingga individu tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif. Disini individu mempertimbangkan
nilai-nilai yang telah ada tersebut dalam memilih alat mencapai tujuan. Adanya
nilai, norma dan peraturan merupakan sesuatu yang telah ada dalam masyarakat. Kemudian ini memepengaruhi dan menjadi pertimbangan bagi mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antroapalogi dalam memilih pekerjaan yang digelutinya. Kemudian adanya tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh mahasiswa dalam
melakukan kerja sambilan tersebut mempengaruhi dalam pertimbangan untuk memilih pekerjaan yang akan ditekuni. Mahasiswa yang mempunyai tujuan untuk
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru mereka memilih pekerjaan- pekerjaan yang dapat memperluas pengetahuannya. Ini berarti pemilihan
pekerjaan berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Dalam tidakan rasional, tindakan mahasiswa tersebut merupakan tindakan rasional yang beroerientasi pada
tujuan. Tindakan rasional orientasi tujuan tindakan rasional instrumental merupakan tingkat rasional tindakan yang paling tinggi, yang meliputi
pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Disini tujuan, alat dan akibat
dari tindakan tersebut diperhitungkan semuanya secara rasional, menyangkut juga pemilihan atas alat untuk mencapai tujuannya tersebut. Seperti informan yang
bernama AA dan YS. Dalam melakukan kerja sambilan tersebut, mereka memilih pekerjaan-pekerjaan yang dapat memperluas pengetahuannya, seperti dengan
bekerja dirental komputer dan di warnet. Dengan bekerja di warnet akan memperluas pengetahuan, karena mahasiswa dapat dengan mudah mencari
informasi yang dapat menambah pengetahuannya. Kemudian dengan bekerja di rental komputer mahaiswa akan dapat mengetahui dan menambah pengetahuan
mereka tentang program-program komputer. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bekerja sambilan memiliki arti
atau makna subyektif bagi mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antroapalogi. Bekerja sambilan tersebut dimaknai sebagai bentuk kesadaran dalam diri mereka
terhadap kondisi ekonomi keluarga. Bekerja sambilan tersebut juga memiliki arti sebuah kegiatan yang dilakukan untuk memanfaatkan waktu senggang dengan
kegiatan produktif. Selain itu, bekerja sambilan juga bermakna sebagai tindakan yang digunakan untuk mencari pengalaman baru yang tidak di dapatkan oleh
mahasiswa pendidikan Sosiologi Antroapalogi dalam kegiatan perkuliahan.
Selanjutnya, makna subyektif berupa tujuan inilah yang kemudian menjadi sebuah motivasi. Dalam melakukan tindakan sosial tersebut, mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antroapalogi menentukan dan memilih alat yang akan digunakannya dalam mencapai tujuannya. Dalam memilih alat atau tindakan
untuk mencapai tujuan ini ada sebagian mahasiswa yang memepertimbangkan tujuan dalam memilih pekerjaan yang ditekuninya. Dimana dalam tipe-tipe
tindakan rasional Weber ini disebut dengan tindakan rasional orientasi tujuan tindakan rasional instrumental. Namun ada juga sebagain mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Antroapalogi yang memilih pekerjaan berdasarkan pertimbangan nilai, norma dan peraturan yang ada dalam masysrakat dan tindakan ini disebut dengan
tindakan rasional orientasi nilai.
2. Bekerja Sambilan merupakan Tindakan Aktif dan Kreatif