Diagnosa HIV Human Immunodeficiency Virus .1 Definisi atau pengertian HIV

secara konsisten untuk memaksimalkan kualitas hidup pasien. Tahap ini berlangsung rata-rata dari 8 hingga 10 tahun. IIIHIV–Simtomatik Pada saat infeksi ini, sistem kekebalan tubuh telah rusak dengan parah oleh HIV. Ada beberapa teori yang menerangkan mengapa hal ini terjadi seperti kerusakan kelenjar getah bening dan jaringan yang sudah bertahun lamanya. HIV bermutasi dan menjadi lebih kuat serta lebih bervariasi dan langsung menyebabkan kerusakan sel tubuh yang lebih banyak sehingga tidak mampu bersaing dan menggantikan sel T pembantu yang hilang. Gejala klinis tahap ketiga meliputi keringat malam, pembengkakan kelenjar getah bening secara menetap, demam persisten, infeksi kulit, sesak nafas dan batuk kering. Tahap ini berlangsung hampir untuk 1 hingga 3 tahun. IV Tahap terakhir adalah perkembangan dari HIV menjadi AIDS di mana infeksi oportunistik seperti radang paru-paru, penyakit syaraf atau jenis kanker tertentu berkembang dan bermanifestasi. Diagnosis AIDS ditentukan apabila pasien dengan HIV mengembangkan satu atau lebih dari sejumlah tertentu infeksi oportunistik atau kanker. Saat ini tidak ada obat untuk AIDS. Namun ada sejumlah perawatan yang tersedia untuk membantu memperpanjang rentang hidup dan kualitas hidup pasien dengan HIV dan AIDS Hunt, 2009. Perkembangan dari HIV

2.1.6 Diagnosa

Infeksi HIV biasanya didiagnosis dengan tes darah yang mendeteksi antibodi tubuh dalam upaya untuk memerangi virus. Hal ini dapat memakan waktu bagi sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang cukup untuk tes antibodi untuk mendeteksi mereka. Periode ini sering disebut sebagai “periode jendela” dan dapat mengambil masa enam minggu sampai tiga bulan setelah Universitas Sumatera Utara infeksi. Pengujian awal sangat penting, karena pengobatan awal untuk HIV membantu orang menghindari atau meminimalkan komplikasi. Selain itu, perilaku berisiko tinggi dapat dihindari, sehingga mencegah penyebaran virus ke orang lain. Pengujian HIV terdiri dari 2 proses. Pertama, tes skrining dilakukan. Jika tes positif, tes kedua Western blot dilakukan untuk mengkonfirmasi hasilnya. Enzim Immunoassay EIA yang digunakan pada darah adalah tes skrining yang paling umum. Tes EIA lain dapat mendeteksi antibodi dalam cairan tubuh selain darah seperti cairan oral, urine, dan cairan vagina. Rapid Test pula adalah tes skrining alternatif yang menghasilkan hasil yang cepat di sekitar 20 menit. Ada tes yang disetujui FDA yang menggunakan darah atau cairan oral. Tes-tes ini memiliki tingkat akurasi yang sama dengan tes EIA tradisional. Selain itu, alat tes HIV atau home-testing kits tersedia di banyak toko obat lokal. Darah diperoleh dengan menusukkan jari terlebih dahulu dan kemudian darah diusap pada strip filter. Darah dimasukkan ke dalam amplop pelindung dan dikirimkan ke laboratorium untuk diuji. Semua tes skrining yang positif harus dikonfirmasi dengan tes darah yang disebut Western blot untuk menegakkan diagnosisnya jka positif. Pada individu yang tidak terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 dalam darahnya normal iaitu di atas 500 sel per milimeter kubik mm3 darah. Pada orang yang disuspek menghidap HIV, dihitung jumlah sel CD4 nya. Orang yang terinfeksi HIV umumnya tidak beresiko menghadapi komplikasi sehingga sel CD4nya menjadi kurang dari 200 sel per mm3. Pada kadar CD4 ini, sistem imun tidak berfungsi baik dan makin menurun. Pasien-pasien yang mempunyai sel CD4 kurang dari 200 sel per mm3 disebut sebagai kondisi imunosupresi. Penurunan jumlah sel CD4 artinya membuktikan bahwa penyakit HIV tersebut sedang berlanjut. Jadi, sel CD4 yang rendah adalah sinyal bahwa orang tersebut dalam resiko terhadap satu atau banyak infeksi yang tidak biasa disebut infeksi Universitas Sumatera Utara oportunistik yang terjadi pada individu dalam keadaan imunosupresi Szeftel ,

2.1.7 Penatalaksanaan