Karakteristik Pasien Tuberkulosis Peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008- Agustus 2012

(1)

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PERITONEAL

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI 2008- AGUSTUS 2012

Oleh :

EMALIA NORA

090100081

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PERITONEAL

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JANUARI 2008- AGUSTUS 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

EMALIA NORA

NIM : 090100081

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 13


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Pasien Tuberkulosis Peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2008- Agustus 2012

Nama : Emalia Nora NIM : 090100081

Pembimbing Penguji

Tanda Tangan Tanda Tangan

(dr. Ilhamd, Sp.PD) (dr. Yahwardiah Siregar, PhD) Nip: 196604231996031001 Nip: 195508071985032001

Tanda Tangan

(Dr. dr. Nelva Karmila Jusuf, SpKK(K)) Nip: 196709151997022001

Medan, Desember 2012 Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatra Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH NIP: 19540220 198011 001


(4)

ABSTRAK

Tuberkulosis peritoneal (TB peritoneal) merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau visceral yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB peritoneal sering tidak terdiagnosa atau terlambat didiagnosa. Hal ini karena TB peritoneal tidak mempunyai gejala spesifik dan memiliki gejala yang mirip dengan penyakit gastrointestinal lainnya. Sebagian besar penderita TB peritoneal adalah usia produktif.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian restrospective study. Penelitian ini mengidentifikasi kasus TB peritoneal dari data sosial demografi, riwayat dan kontak dengan penderita TB, gejala dan tanda-tanda TB peritoneal serta diagnosa TB peritoneal (pemeriksaan penunjang dan laboratorium). Pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi rekam medik pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2008 sampai Agustus 2012.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pasien TB peritoneal paling banyak pada usia 20-30 tahun, wanita lebih banyak dari laki-laki, dan lebih banyak yang memiliki riwayat TB paru dan riwayat kontak dengan penderita TB. Gejala klinis pasien TB peritoneal yang ditemukan dari hasil penelitian adalah abdominal distensi 85%, nyeri perut 67,5% , penurunan berat badan 60%, anoreksia 30%, batuk 42,5%, keringat malam 27,5%, demam 15% dan, melena 15%. Dengan pemeriksaan CT-Scan Abdomen dan USG Abdomen ditemukan Asites 100% pada pasien yang menjalani pemeriksaan. Terdapat 11 pasien yang malakukan pemeriksaan serum CA-125 dan hasilnya mengalami peningkatan 100%. Analisa sitologi cairan asites yang paling dominan adalah sel limfosit dengan jenis cairan asites yang eksudat.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan jika ada pasien dengan gejala abdominal distensi, nyeri perut, dan mengalami penurunan berat badan serta dijumpai asites, peningkatan serum CA-125, limfosit yang dominan pada cairan asites dan jenis cairan asites eksudat, dapat dicurigai menderita TB peritoneal. Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan penelitian lebih lanjut.

Kata kunci: Tuberkulosis, Peritoneal, bagian penyakit dalam, RSUP Haji Adam Malik


(5)

ABSTRACK

Peritoneal tuberkulosis is an inflammation of the parietal or visceral peritonium caused by Mycobacterium tuberculosis. Peritoneal tuberkulosis is often not diagnosed or diagnosed late. This is because peritoneal TB has no specific symptoms and has symptoms similar to other gastrointestinal diseases ( Zaid, 2009). Most patients with peritoneal TB are of productive age ( WHO, 2009) .

This research is descriptive with design restrospective study. This study identifies the social demographic data, history and contact with TB patients, symptoms and signs of peritoneal TB and diagnostics (investigation and laboratory) of peritoneal TB patients. Data collection was by identifying the medical records of peritoneal TB patients in RSUP Haji Adam Malik Medan in 2008 until August 2012.

Based on the results, the most of peritoneal TB patients at the age of 20-30 years, more women than men, and more have a history of pulmonary tuberculosis and contact with TB patients. Clinical symptoms of peritoneal TB patients were found is abdominal distension 85%, abdominal pain 67.5%, weight loss 60%, anorexia 30%, cough 42.5%, night sweats 27,5%, fever 15% and , melena 15%. Ascites was found 100% with CT-Scan and USG to patients who examinination it. There were 11 patients who examination serum CA-125, and this result is an increase of 100%. Analysis of ascites fluid cytology is a lot of lymphocyte cells with ascites fluid exudates.

The conclusion of this study is if there is a patient with symptoms of abdominal distention, abdominal pain, and weight loss, and found ascites, elevated serum CA-125, the dominant lymphocytes in ascites fluid and type of exudate ascites fluid, can be suspected of peritoneal TB. This paper is expected to be used as reading material and further research.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Karakteristik pasien tuberkulosis peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008-Agustus 2012 ” sebagai tugas akhir dalam meraih gelar sarjana.

Dalam penulisan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Ilhamd, Sp. PD selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi masukan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

2. Orang tua penulis, ayahanda Syamyuner dan ibunda Ernida yang telah memberi dukungan kepada penulis menyelesaikan karya tulis baik secara moril dan materil.

3. Kakanda Ahmad Fajri dan Adinda Mila Septiana yang telah memberikan semangat dan inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

4. Pihak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara yang telah membatu penulis menyelesaikan karya tulis ini.

5. Irsyad selaku teman dan sahabat yang telah memberi dukungan dan semangat serta telah membatu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

6. Tiwi, Hardianti, Anggi, Iyan, dan Ulfa selaku teman penulis atas kerjasama dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

7. Pihak lainnya yang telah membantu dan memberikan dukungan bagi penulis menyelesaikan karya tulis ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

“Tak ada gading yang tak retak”. Penulis menyadari dalam menulis hasil laporan ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dalam menyempurnan karya tulis ini. Akhir kata semoga semoga tulisan ini bermamfaat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

13 Desember 2012 Penulis


(7)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... iii

ABSTRAK………. iv

ABSTRACT……….. v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 6

2.1. Peritoneum ... 6

2.2. micobakterium tuberkulosis ... 8

2.2.1. Ciri khas organisme... ... 8

2.2.2. Sifat pertumbuhan ... 9

2.2.3. Biakan……….. 9

2.2.4. Penularan………. 9

2.2.5. Patogenesis……….. 10

2.2.6. Tes Tuberkulin……… 11

2.2.7 Uji laboratorium diagnostik………. 11

2.3. Tuberkulosis Peritoneum……….. 12

2.3.1. Definisi……….. 12

2.3.2. Patogenesis……… 12

2.3.3. Patologi………. 12

2.3.4. Gejala klinis……….. 13

2.3.5. Diagnosa………... 14

2.3.6. Pengobatan………. 18

2.3.7. Prognosis………. 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 22

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 22

3.2. Defenisi Operasional... 22


(9)

4.1. Rancangan Penelitian ... 27

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

4.5. Metode Analisis Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN... 29

5.1. Hasil Penelitian …………..………... 29

5.1.1. Deskripsi Lokasi penelitian ………... 29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………... 29

5.1.3. Gejala klinis pasien TB peritoneal... 32

5.1.4. Hasil pemeriksaan penunjang... 33

5.2. Pembahasan ……….. 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 42

6.1. Kesimpulan... 42

6.2. Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 44 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hala

man

2.1 Hasil tes mantoux 11

2.2. Gejala klinis TB abdominal dan TB peritoneal menurut beberapa penelitian.

13

2.3. Karakteristik cairan asites TB peritoneal 15 2.4 Hasil CT-scan dari beberapa penelitian. 16 2.5 Hasil laparoskopi dari penelitian Fahmi Yousef Khan dkk

tahun 2011 pada 43 penderita peritoneal TB.

17

2.6 Mekanisme kerja dan efek samping beberapa obat TB. 19-20 2.7 Regimen yang disarankan pada berbagai penderita dengan

berbagai jenis resisten.

20

3.1 karakteristik TB peritoneal

23-26 5.1. Distribusi frekuansi umur pasien peritonitis TB Periode

Januari 2008- Agustus 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan

29

5.2. Tabel umur kelompok usia produktif pasien peritoneal TB di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008-Agustus 2012

30

5.3. Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien peritonitis TB di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008- Agustus 2012

30


(11)

RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008- Agustus 2012

5.8. Distribusi frekuensi riwayat kontak dengan penderita TB pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008- Agustus 2012

31

5.9. Distribusi frekuensi gejala klinis pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008- Agustus 2012

32

5.10. Distribusi frekuensi hasil CT-scan abdomen dengan pada 7 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008- Agustus 2012

33

5.11. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan USG 27 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008- Agustus 2012

34

5.12. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan serum CA-125 pada 11 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008- Agustus 2012

35

5.13. Distribusi frekuensi hasil sitologi cairan TB pasien peritoniran asites pada 5 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008- Agustus 2012

36

5.14. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan laboratoium cairan asites pada 9 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2008- Agustus 2012


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Penempangan tranversal abdomen memperlihatkan

susunan peritoneum. 21


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat hidup

Lampiran 2 Surat izin penelitian

Lampiran 3 Ethical clearence


(14)

ABSTRAK

Tuberkulosis peritoneal (TB peritoneal) merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau visceral yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB peritoneal sering tidak terdiagnosa atau terlambat didiagnosa. Hal ini karena TB peritoneal tidak mempunyai gejala spesifik dan memiliki gejala yang mirip dengan penyakit gastrointestinal lainnya. Sebagian besar penderita TB peritoneal adalah usia produktif.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian restrospective study. Penelitian ini mengidentifikasi kasus TB peritoneal dari data sosial demografi, riwayat dan kontak dengan penderita TB, gejala dan tanda-tanda TB peritoneal serta diagnosa TB peritoneal (pemeriksaan penunjang dan laboratorium). Pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi rekam medik pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2008 sampai Agustus 2012.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pasien TB peritoneal paling banyak pada usia 20-30 tahun, wanita lebih banyak dari laki-laki, dan lebih banyak yang memiliki riwayat TB paru dan riwayat kontak dengan penderita TB. Gejala klinis pasien TB peritoneal yang ditemukan dari hasil penelitian adalah abdominal distensi 85%, nyeri perut 67,5% , penurunan berat badan 60%, anoreksia 30%, batuk 42,5%, keringat malam 27,5%, demam 15% dan, melena 15%. Dengan pemeriksaan CT-Scan Abdomen dan USG Abdomen ditemukan Asites 100% pada pasien yang menjalani pemeriksaan. Terdapat 11 pasien yang malakukan pemeriksaan serum CA-125 dan hasilnya mengalami peningkatan 100%. Analisa sitologi cairan asites yang paling dominan adalah sel limfosit dengan jenis cairan asites yang eksudat.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan jika ada pasien dengan gejala abdominal distensi, nyeri perut, dan mengalami penurunan berat badan serta dijumpai asites, peningkatan serum CA-125, limfosit yang dominan pada cairan asites dan jenis cairan asites eksudat, dapat dicurigai menderita TB peritoneal. Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan penelitian lebih lanjut.

Kata kunci: Tuberkulosis, Peritoneal, bagian penyakit dalam, RSUP Haji Adam Malik


(15)

ABSTRACK

Peritoneal tuberkulosis is an inflammation of the parietal or visceral peritonium caused by Mycobacterium tuberculosis. Peritoneal tuberkulosis is often not diagnosed or diagnosed late. This is because peritoneal TB has no specific symptoms and has symptoms similar to other gastrointestinal diseases ( Zaid, 2009). Most patients with peritoneal TB are of productive age ( WHO, 2009) .

This research is descriptive with design restrospective study. This study identifies the social demographic data, history and contact with TB patients, symptoms and signs of peritoneal TB and diagnostics (investigation and laboratory) of peritoneal TB patients. Data collection was by identifying the medical records of peritoneal TB patients in RSUP Haji Adam Malik Medan in 2008 until August 2012.

Based on the results, the most of peritoneal TB patients at the age of 20-30 years, more women than men, and more have a history of pulmonary tuberculosis and contact with TB patients. Clinical symptoms of peritoneal TB patients were found is abdominal distension 85%, abdominal pain 67.5%, weight loss 60%, anorexia 30%, cough 42.5%, night sweats 27,5%, fever 15% and , melena 15%. Ascites was found 100% with CT-Scan and USG to patients who examinination it. There were 11 patients who examination serum CA-125, and this result is an increase of 100%. Analysis of ascites fluid cytology is a lot of lymphocyte cells with ascites fluid exudates.

The conclusion of this study is if there is a patient with symptoms of abdominal distention, abdominal pain, and weight loss, and found ascites, elevated serum CA-125, the dominant lymphocytes in ascites fluid and type of exudate ascites fluid, can be suspected of peritoneal TB. This paper is expected to be used as reading material and further research.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, tuberkulosis (TB) masih sering dijumpai. Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular infeksi TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun) (WHO, 2009) .

Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini tergolong tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB, selain itu terdapat 9,4 juta kasus baru TB. Pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per 100.000 penduduk. Sementara itu, angka kematian TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi 38 per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk. Hal itu disebabkan implementasi strategi DOTs (Directly observed treatment, short course) di Indonesia telah dilakukan secara meluas dengan hasil cukup baik (Depkes, 2010) .

Selain menginfeksi paru, Mycobacterium tuberculosis juga menginfeksi organ lain seperti peritoneum. Di Indonesia tuberkulosis peritoneal (TB peritoneal) juga sering dijumpai. Hal ini disebabkan dengan status gizi Indonesia yang masih kurang baik. Namun, di negara maju, TB peritoneal saat ini juga cendrung meningkat dengan meningkatnya penderita AIDS dan imigran (Zain, 2009) .

TB peritoneal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi bagian ekstrapulmonal yaitu abdomen. Penyakit ini jarang berdiri sendiri, biasanya merupakan kelanjutan proses tuberkolosis tempat lain terutama paru. Namun, sering kali waktu diagnosa ditegakkan, proses tuberkulosis di paru sudah tidak kelihatan lagi. TB peritoneal sering tidak terdiagnosa atau terlambat didiagnosa. Hal ini karena TB peritoneal tidak mempunyai gejala spesifik dan memiliki gejala yang mirip dengan penyakit gastrointestinal lainnya, seperti imflammatory bowel disease, sirosis hati, keganasan, dan penyakit infeksi lainnya (Zain, 2009) .


(17)

Secara umum TB peritoneal lebih sering dijumpai pada perempuan dari pada pria dengan perbandingan 1,5:1 dan lebih sering pada dekade ke-3 dan ke-4. TB peritoneal dijumpai 2% dari seluruh tuberkulosis dan 59,8 % dari tuberkulosis abdominal. Di Indonesia TB peritoneal merupakan masalah penting. Daldiyono menemukan sebanyak 15 kasus di rumah sakit Dr.Cipto Mangkusumo Jakarta selama periode 1968-1972, dan Sulaiman dirumah sakit yang sama menemukan 30 kasus pada tahun 1975-1979. Di Medan, Zain LH melaporkan ada 8 kasus selama 1993-1995 (Zain, 2009) .

Pada tahun 2004, Uzunkoy dkk dari departemen bedah Univesitas Harran melakukan penelitian terhadap sebelas orang yang didignosa TB peritoneal di rumah sakit Harran, Turki. Dengan menggunakan CT Scan mereka menemukan asites pada semua pasien TB peritoneal. Mereka menyimpulkan abdominal TB dapat dipertimbangkan pada penderita asites. Penelitian mereka menyarankan polimerase chain reaction ( PCR) cairan asites dapat diperoleh dari ultrasound-guided fine needle aspiration adalah diagnosa yang mungkin digunakan sebelum surgical intervention (Uzunkoy dkk, 2004) .

Pada tahun 2006, Vera membuat suatu laporan kasus dan menyimpulkan diagnosa TB peritoneal harus dipertimbangkan pada penderita dengan gejala abdominal distensi disertai dengan gejala kontitusional TB. Selain itu, pada beberapa kasus yang sulit untuk menegakkan diagnosis pasti TB peritoneal, terapi antituberkulosis ex-adjuvan diperkenankan (Vera, 2006) .

Hasil penelitian yang dilakukan Al Fawaz dkk di Riyad, Saudi Arabia pada tahun 2010 menyimpulkan abdominal TB pada anak tidak memiliki gejala spesifik dam sulit didiagnosa dengan non-invasive investigation. Oleh sebab itu, laparatomi dan laparaskopi adalah diagnosa yang pasti pada penderita abdominal TB (Al Fawas, 2010) .

Hasil penelitian Yousef Khan dkk di Rumah Sakit Umum Hamad, Qatar pada tahun 2011 menyimpulan gejala klinik dan hasil pemeriksaan USG dan CT Scan tidak spesifik pada kasus TB peritoneal. Selain itu, kultur dari cairan asites lebih lambat mendiagnosis kasus yang suspek TB peritoneal dari pada laparoskopi ( Khan, 2011) .


(18)

Penelitian tentang TB peritoneal masih jarang dilakukan di Indonesia. Padahal Indonesia kasus TB peritoneal ini cukup banyak. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik meneliti tentang karakteristik TB peritoneal. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan tambahan dalam mendiagnosa TB peritoneal, sehingga penderita TB peritoneal dapat diobati dengan cepat dan tepat.

1.2Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dikaji dalam karya ilmiah ini adalah

1. Bagaimana karakteristik penderita TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan sosiodemografi, ada atau tidak riwayat TB paru dan kontak dengan penderita TB, gejala dan tanda klinis, serta berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang ?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam

Malik berdasarkan sosiodemografi (umur, dan jenis kelamin).

2. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan riwayat atau kontak dengan penderita TB.

3. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan gejala klinis.

4. Untuk mengetahui distribusi proporsi pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan pemeriksaan penunjang (CT Scan, USG, Laboratorium) .


(19)

1.4Manfaat penelitian

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan :

1. Penelitian ini sebagai tugas akhir dalam meraih gelar sarjana dan menambah wawasan tentang karakteristik penderita TB peritoneal bagi peneliti.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang karakteristik penderita TB peritoneal untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa dan menambah referensi di perpustakaan.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang karakteristik penderita TB peritoneal di bagian penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Peritonium

Peritoneum merupakan membran serosa tipis yang melapisi dinding kapiti abdomen dan kapiti pelvis, serta meliputi visera abdomen dan pelvis. Peritoneum dapat dianggap sebagai sebuah “balon” yang kedalamnya organ-organ didorong ke dalam dari luar. Peritonium terdiri atas peritoneum parietal dan peritoneum visceral. Peritoneum parietal melapisi dinding kapitas abdomen dan kapitas pelvis, sedangkan peritoneum visceral meliputi organ-organ. Rongga potensial di antara peritoneum parietal dan visceral yang berfungsi sebagai bagian dalam dari balon dinamakan kavitas peritonealis. Pada laki-laki kavitas peritonealis merupakan ruang tertutup, tetapi pada perempuan terdapat hubungan dengan dunia luar melalui tuba uterine, uterus, dan vagina (Snell, 2006) .

Rongga peritoneum dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu peritonealis yang merupakan ruang utama kavitas peritonealis yang terletak dari diaphragma ke bawah sampai pelvis dan bursa omentalis yang berukuran lebih kecil dan terletak di belakang lambung. Kavitas peritonealis dan bursa omentum ini berhubungan bebas satu dengan yang lainnya melalui sebuah jendela oval yang dinamakan foramen omentale atau foramen epiploicum. Sekret peritoneum berbentuk cairan serosa dalam jumlah kecil yang membasasi permukaan peritoneum dan memungkinkan pergerakan diantara visera (Snell, 2006) .

Istilah intraperitoneal dan retroperitoneal dipergunakan utuk melukiskan hubungan berbagai organ dengan peritoneum yang meliputinya. Sebuah organ dikatakan intraperitoneal kalau hampir seluruh organ tersebut diliputi oleh peritoneum visceral. Gaster, jejunum, ileum, dan lien merupakan contoh organ-organ intraperitoneal. Organ-organ retroperitoneal terletak dibelakang peritoneum dan hanya sebagian diliputi oleh peritoneum visceral. Prankreas, colon asendens, dan colon desendent merupakan contoh organ retroperitoneal (Snell, 2006) .


(21)

Gambar 2.1. Penempangan tranversal abdomen memperlihatkan susunan peritoneum.

Peritoneum parietal peka terhadap rasa nyeri, suhu, raba, dan tekan. Peritoneum parietal dipersyarafi oleh enam nervi thoracici bagian bawah dan nervus lumbalis l yaitu syaraf yang meyarafi kulit dan otot-otot yang ada diatasnya. Bagian sentra peritoneum diaphragmatika dipersarafi oleh nervus phrenicus. Sedangkan di perifer, peritoneum diaphragmatika dipersarafi oleh enam nervi thoracici bagian bawah. Peritoneum parietal didalam pelvis terutama dipersararafi oleh nervus obturatorius, sebuah cabang plexus lumbalis (Snell, 2006) .

Peritoneum visceral hanya peka terhadap regangan atau robekan, dan tidak peka terhadap rasa raba, tekan, dan suhu. Peritoneum visceral dipersarafi oleh saraf aferen otonom


(22)

yang mensarafi visceral atau yang berjalan melalui mesenterium. Peregangan yang berlebihan dari organ berongga menimbulkan rasa nyeri (Snell, 2006) .

Cairan peritoneal yang berwarna kuning pucat dan sedikit kental, mengandung leukosit. Cairan ini disekresi oleh peritoneum dan menjamin visceral abdomen dapat bergerak dengan mudah satu sama lainnya. Sebagai akibat pergerakan diaphragma dan otot-otot abdomen, disertai dengan pergerakan peristaltik saluran pencernan, cairan peritoneal tidak statis (Snell, 2006) .

Lipatan peritoneum memegang peranan penting untuk menggantungkan berbagai organ di dalam kavitas peritonealis dan memegang peranan sebagai tempat jalannya pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf-saraf ke organ-organ tersebut (Snell, 2006) .

2.2. Micobacterium tubercolosis

2.2.1. Ciri khas organisme

Mycobacterium tuberkulosis merupakan bakteri berbentuk batang aerob yang tidak membentuk spora. Pada jaringan, basil tuberkulosis adalah bakteri batang lurus berukuran sekitar 0,4x3µm. Mycobacterium tidak dapat diklasifikasikan menjadi gram negatif atau gran positif. Basil tuberkulosis sejati ditandai dengan tahan asam. Sifat tahan asam ini tergantung pada integritas selubung yang terbuat dari lilin. Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen digunakan untuk mengidentifikasi bakteri tahan asam (Jawezt, 2008) .

2.2.2.Sifat pertumbuhan

Mikrobakterium adalah aerob obligat dan mendapat energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. Peningkatan tekanan CO2 mendukung pertumbuhan. Waktu replikasi basilus tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuk saprofitik cendrung untuk tumbuh lebih cepat untuk berproliferasi lebih baik pada suhu 22-23ºC, untuk memproduksi pigmen, dan tidak terlalu tahan asam dibandingkan patogennya (Jawezt, 2008) .

2.2.3.Biakan

Medium untuk biakan primer mikobakterium harus meliputi medium nonselektif dan medium selektif. Medium selektif mengandung antibiotik untuk mencegah pertumbuhan berlebihan bakteri yang menkontaminasi dan fungi. Terdapat tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua medium selektif dan nonselektif.


(23)

1. Medium agar semisintetik

Medium ini mengandung garam, kofaktor, asam oleat, albumin, katalase, gliserol, glukosa, vitamin , dan malakit hijau.

2. Medium telur inspissated

Medium ini mengandung garam, gliserol, dan subtansi organik komplek

( misalnya, telur segar atau kuning telur, tepung kentang, dan bahan-bahan lainnya dalam berbagai macam kombinasi ). Malakit hijau dimasukan untuk menghambat bakteri lain. 3. Medium Kaldu (Jawezt, 2008) .

2.2.4. Penularan

Micobacterium tuberculosis ditularkan dari orang ke orang melalui jalan nafas. Walaupun mungkin terjadi jalur penularan lain dan kadang-kadang terbukti, namun tidak satupun yang penting. Basilus tuberkel di sekret pernapasan membentuk nuclei droplet cairan yang dikeluarkan selama batuk, bersin, dan berbicara. Droplet keluar dalam jarak dekat dari mulut, dan sesudah itu basilus yang ada tetap berada di udara dalam waktu yang lama. Infeksi berkaitan dengan jumlah sputum yang dibatukkan, luas penyakit paru, dan frekuensi batuk. Bakteri ini rentan terhadap penyinaran ultraviolet, dan penularan infeksi di luar rumah jarang terjadi pada siang hari. Ventilasi yanhg memadai merupakan tindakan yang terpenting untuk mengurangi tingkat infeksi lingkungan (Harrison, 1999) .

2.2.5. Patogenesis

Jalan masuk awal bagi basilus tuberkel ke dalam paru atau ke tempat lainnya pada individu yang sebelumnya sehat meninbulkan respon peradangan akut nonspesifik yang jarang diperhatikan dan biasanya disertai dengan sedikit atau sama sekali tanpa gejala. Basilus kemudian ditelan oleh makrofag dan diangkut ke kelenjer limfa regional. Bila penyebaran organisme tidak terjadi pada tingkat kelenjer limfe regional, lalu basilus tuberkel mencapai aliran darah dan terjadi diseminata yang luas. Kebanyakan lesi tuberkulosis diseminata menyembuh, sebagaimana lesi paru primer, walau tetap ada fokus potensial untuk reaktifasi selanjutnya (Harrison, 1999) .

Selama 2 hingga 8 minggu setelah infeksi primer, saat basilus terus berkembang di intraseluler, timbul hipersensitivitas penjamu yang terinfeksi. Limfosit akan menuju daerah infeksi dan menguraikan faktor kemotaktik, interleukin, dan limfokin. Sebagai responnya,


(24)

monosit masuk kedaerah tersebut dan berubah menjadi makrofag kemudian melanjut menjadi histiosit yang khusus, yang akhirnya tersusun menjadi granuloma. Mikobakterium dapat bertahan dalam makrofag bertahun-tahun walaupun terjadi peningkatan lisozom dalam sel ini, namun multipikasi dan penyebarannya terbatas. Kemudian terjadi penyembuhan, sering kali dengan klasifikasi granuloma yang lambat yang akan kadang meninggalkan lesi sisa yang tampa pada foto rontsen paru. Kombinasi lesi paru perifer terklasifikasi dan kelenjer limfe hilus yang terklasifikasi dikenal sebagai komplek ghon (Harrison, 1999) .

2.2.6. Tes tuberkulin

Uji kulit tuberkulin intrakutan merupakan cara handal untuk mengenali infeksi mycobacterium dini. Antigen yang dipilih adalah defirat protein tuberkulin yang dimurnikan (tuberculin purified protein derivative,PPD), dan sebaiknya digunakan dosis intermedia (Harrison, 1999) .

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi (Kenyorini, 2006) .

Tabel 2.1. Hasil tes mantoux

Indurasi (mm) Interpretasi

0-5 Mantoux negatif

6-9 Hasil meragukan

10-15 Mantoux positif

>15 Mantoux positif kuat

(Amin, 2009)


(25)

Uji tuberkel yang positif bukan merupakan bukti adanya penyakit yang aktif akibat basil turberkel. Isolasi basil tuberkel dapat dijadikan bukti. Spesisme untuk uji ini dapat didapat dari sputum segar, hasil bilas lambung, urine, cairan pleura, serobrospinal, cairan sendi, materi biopsi, darah, atau materi lain yang dicurigai. Spesismen ini diperiksa dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen (Jawezt, 2008) .

2.3.TB Peritoneal

2.3.1. Definisi

TB peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau visceral yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering mengenai seluruh peritoneum dan alat-alat sistem gastrointestinal, mesenterium, serta organ ginetal interna (Zain, 2009) .

2.3.2. Patogenesis

TB peritoneal dapat terjadi melalui beberapa cara: 1. Melalui penyebaran hematogen melalui paru-paru. 2. Melalui dinding usus yang terinfeksi.

3. Dari kelenjer limfe mesenterium.

4. Melalui tuba fallopi yang terinfeksi (Zain, 2009) .

2.3.3. Patologi

Diketahui tiga jenis tuberkulosis peritoneal 1. Bentuk eksudat

Dikenal dengan bentuk basah atau bentuk asites yang banyak gejala yang meninjol adalah perut yang membesar dan berisi cairan asites. Turbekel sering dijumpai kecil-kecil berwarna putih kekuning-kuningan. Nampak tersebar di peritoneum atau pada alat-alat tubuh yang berada di rongga peritoneum. Bentuk ini paling banyak dijumpai.

2. Bentuk asedif

Dikenal juga dengan bentuk kering atau palastik. Cairan asites sedikit dijumpai. Usus yang dibungkus olehperitoneum dan omentum yang mengalami reaksi fibrosis. Pada


(26)

bentuk ini terdapat perleketan antara peritoneum dan omentum. Perlengketan yang luas antara peritoneum dan usus sering memberi gambaran seperti tumor, kadang-kadang terbentuk fistel.

3. Bentuk campuran

Bentuk ini kadang disebut bentuk kista. Pembentukan kista terjadi melalui proses eksudasi dan adesi sehingga terbentuk cairan dalam kantong-kantong perlekatan tersebut (Zain, 2009) .

2.3.4. Gejala klinis

Gejala klinis dapat berupa:

• Berat badan menurun, nafsu makan berkurang.

• Nyeri perut,demam,keringat malam walaupun tidak sedang beraktifitas, diare, dan hilangnya siklus haid.

• Adanya massa di abdomen, dan asites. • Batuk dan sputum (Harun, 2002).

Tabel 2.2. Gejala klinis dalam % pada pasien TB abdominal dan TB peritoneal menurut beberapa penelitian.

Keluhan Uzunkoy, 2004 (11 pasien TB abdominal, 9 diantaranya TB peritoneal)

Baloch, 2008 (86 pasien TB abdominal)

Dinler, 2008 (9 pasien TB peritoneal)

Sakit perut 72% 86% 55,5%

Pembengkakan perut

63% 70% 100%

Batuk - - 33,3%

Demam - 52% 44,4%

Keringat malam 36% - 33,3%


(27)

Kelelahan 81% - - Berat badan

menurun

81% 46% 33,3%

2.3.5. Diagnosa

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya (tuberkulosi, pedoman diagnosa dan penatalaksanaanya di Indonesia, 2002).

1. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang sering dijumpai adalah asites, demam, pembengkakan perut, nyeri perut, pucat, dan kelelahan.

2. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah sering dijumpai anemia penyakit kronik, leukositosit ringan atau leukopenia, trombositosis dan sering laju endap darah yang meningkat. Sebagian pasien mungkin negatif uji tuberkulinya (Zain, 2009) .

Pemeriksaan cairan asites umumnya memperlihatkan eksudat dengan protein > 3% g/dl. Jumlah sel diantara 100-3000 sel/ml, biasanya lebih dari 90% sel limfosit. Cairan asites purulen dapat ditemukan begitu juga cairan asites dengan darah (serasanguineus). Basil tahan asam dapat didapati kurang dari 5% positif dan kultur cairan didapati kurang daari 20% yang positif. Perbandingan albumin pada caira asites ditemukan rasionya <1,1 gr/dl (IPD UI,2009). Analisa cairan asites dengan limposit yang dominan dan gradient albumin lebih kecil dari 1,1 gr/dL merupakan indicator baik untuk diagnosa TB peritoneal (Dinler,2008). Pemeriksaan cairan asites lainnya yaitu dengan pemeriksaan adeno deaminase activity (ADA), interferon gamma, dan PCR (Zain, 2009) .

Serum Adenosine deaminase merupakan enzyme yang ditemukan di limfosit yang merupakan akibat respon dari tubuh. Jika kadarnya lebih dari >42 IU/L dan >33 U/L dalam cairan asites, ini sangat signifikan (Niaz,2010). Tingginya nilai adeno deaminase activity (ADA) pada cairan asites merupapakan diagnosa yang tepat untuk


(28)

mendiagnosa TB peritoneal dengan sensitivitas 100% dan specificity 97%. Namun analisa ADA memerlukan biaya yang mahal dan terbatas pada daerah tertentu(Dinler, 2008) (Niaz, 2010) .

Tabel 2.3. Karakteristik cairan asites TB peritoneal

Variabel Karakteristik

Tampilan makroskopis Cairan bias jernih, keruh, hemoragik atau chylous

Berat jenis Bervariasi, >1,061 (50%)

Protein >25 g/L (50%)

Eritrosit (>10.000/µL 7 %

Leukosit >1000 /µL (70%), biasanya 70% limfosit

( Harison, 1999)

Pemeriksaan lainnya adalah mengukur konsentrasi CA-125 (cancer antigen-125). CA-125 merupakan antigen yang terkait karsinoma ovarium. Antigen ini tidak ditemukan pada antigen ovarium dewasa normal. Namun, dijumpai juga meningkat pada kista ovarian, gagal ginjal kronik, penyakit auto imun, prangkeas, sirosis hati, dan TB peritoneal (Zain, 2009) .

3. Pemeriksaan penunjang a. Ultrasonografi

Pada pemeriksaan ultrasonografi dapat dilihat adanya cairan dalam rongga peritoneum yang bebas atau terfiksasi (dalam bentuk kantong-kantong) (Zain, 2009) . Selain itu juga dapat ditemukan penebalan peritoneal dan lympanodenopati (Umer, 2011) . USG merupakan metode yang mudah untuk mendeteksi cairan dan lympanodenopati. Oleh karena itu, USG dapat digunakan untuk step awal investigasi untuk mendiagnosaTB peritoneal (Dinler, 2008) .


(29)

b. CT-scan

Tidak ada gambaran yang khas,secara umum ditemukan gambaran peritoneum yang berpasir. Alat ini memiliki sensitivitas 69% (Niaz, 2010) . CT-scan lebih baik dari USG dalam menggambarkan densitas asites dan nekrosis dari limfa nodes (NO, 1997 dalam Umer, 2011) .

Tabel 2.4. Hasil CT-scan dari beberapa penelitian.

Hasil CT-scan khan dkk, 2011 (45 pasien TB peritoneal)

Uzunkoy dkk,2004 (11 pasien TB Peritoneal)

Penebalan peritoneal 91% 18 %

Asites 97,7% 100 %

Mesenteric strand 66,7% 36 %

Penebalan mesenterika 51 % -

Penebalan omental 64,4 % -

Omental strand 68,9 % 27%

Retroperitoneal lympanodenopaty

- 36 %

Massa di pelvik - 45 %

c. Peritoneoskopi

Gambaran yang dapat dilihat berupa tuberkel kecil ataupun besar pada dinding peritoneum atau organ di dalam rongga peritoneum, Selain itu juga dapat dilihat adanya penebalan mesenterium, perlengketan lumen usus, penebalan omentum, lengketan


(30)

diantara usus, omentum, hati, kendung empedu, dan peritoneum, penebalan peritoneum, dan adanya cairan eksudat mungkin purulen atau bercampur darah (Zain, 2009) .

d. Laparoskopi

Penebalan peritoneum, bercak keputihan dari tuberkel, asites, dan perlengketannya dapat dilihat dengan menggunakan laparoskopi (Dinler, 2008). Laparoskopi memiliki sensitivitas 82% (Niaz, 2010) .

Tabel 2.5. Hasil laparoskopi dari penelitian Fahmi Yousef Khan dkk tahun 2011 pada 43 penderita peritoneal TB.

Variable Presentase

1. Asites

2. Bercak keputihan dari tuberkel 3. Adhesion

4. Adhesion berhubungan dengan tuberkel

1. 97,7% 2. 60,4% 3. 14% 4. 25,6%

(Khan, 2011)

4. Biopsi

Peritonium biopsi merupakan gold standar diagnosa TB peritoneal. Peritonium biopsi lebih reliable, cepat, aman untuk mendiagnosa TB peritoneal (Dinler, 2008). Biopsi memiliki sensitivitas 97%( Niaz, 2010) .

Gambaran patologi hasil biopsi berupa tuberkulum yang biasanya besarnya 1 sampai 3 mm, terbentuk sebagai reaksi radang di sekitar sekelompok basil TBC. Sebagian besar terdiri atas sel epiteloid yang berasal dari histiosit dan makrofag. Beberapa sel itu akan membesar dan berinti banyak dan terjadi nekrosis keju, sedangkan lapisan luarnya terdiri atas sel limfosit (Sjamsuhidajat, 2005) .

5. Tes serologi

Serologi tes bertujuan untuk mendeteksi antibodi spesifik untuk bakteri Mycobacterium tuberculosis. ELISA dapat mendiagnosa dengan cepat komponen IgG


(31)

yang mempunyai spesifik tinggi untuk TB peritoneal. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA mycobacterium. Selain itu terdapat cara baru yaitu dengan luciferase reseptor assay, restrintion fragment length polymorphism, dan tes T.spot (untuk melihat reaksi T-helper). Cara-cara tersebut mempunyai sensitivitas 98% dan spesifik 97% (Niaz, 2010) .

1.3.6.Pengobatan

Pengobatan TB peritoneal sama dengan tuberkulosis paru (Zain, 2009) . Pengobatan tuberkulosis terbagi atas dua fase yaitu fase intensif 2 atau 3 bulan dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.

Obat Anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan pada lini pertama adalah : • Rifampisin

• INH

• Pirazinamid • Streptomisim • Enthambutol

jenis obat lainnya atau lini kedua • Kanamisin

• Amikasin • Kuinolon

• Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat • Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :

o Kapreomisin

o Sikloserino PAS (dulu tersedia) o Derivat rifampisin dan INH

o Thioamides (ethionamide dan prothionamide) (tuberkulosis, pedoman diagnosa dan penata laksanaanya di Indonesia, 2002) .

Tabel 2.6. Mekanisme kerja dan efek samping beberapa obat TB.


(32)

tuberkulosis efek samping obat Isoniazid Menghambat biosintesis

asam mikloat, unsur penting pada dinding sel

mikroba, bersifat bakteriosid.

Ruam pada kulit Hentikan obat dan beri antihistamin dan evaluasi ketat.

Rifampin Menghambat

pertumbuhan bakteri (bakteriosid). Ruam,mual,muntah,syok,dan purpura Hentikan pemberian rifampin

Ethambutol Menekan pertumbuhan basil tuberkel yang resisten dengan ishoniazid dan streptomisin, bersifat bakteriostatik.

Neuritis optik Hentikan pemberian enthambutol

Sterptomisin Bersifat bekteriosid untuk basil tuberkel invitro dan pada konsentrasi 0.4µg/ml dapat menghambat pertumbuhan .

Tuli dan gangguan keseimbangan

Ganti dengan ethambutol

Pirazinamida Bersifat bakteriosid Cedara hati Pirazinamida dihentikan Etionamida Menekan multifikasi

bakteri

Anaroksia,mual,dan muntah Hentikan obat

Asam

aminosalisilat

Bersifat bakteriostatik. Anemia hemolitik akut,demam tinggi mendadak

Hentikan obat

(Goodman, 2008 )

Penggunaan OAT sekunder ditujukan pada pengobatan TB yang resisten terhadap OAT sekunder. Adanya resistensi dapat ditegakkan dengan drug susceptibility testing (DTS)


(33)

atau secara klinis apabila terjadi kegagalan pengobatan atau kekambuhan. Regimmen yang disarankan dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2.7. Regimen yang disarankan pada berbagai penderita dengan berbagai jenis resisten.

Obat yang resisten Regimen yang disarankan Lama pengobatan minimal

-INH -RIF -INH, RIF -INH, RIF, EMB

-INH, RIF, EMB, PZA

-RIF,PZA,EMB,FQN -INH, PZA, EMB, FQN -PZA, EMB, FQN, AMK, PAS

-PZA, FQN,AMK, PAS, beta-laktam

-FQN, AMK, PAS, ETA, beta-laktam

-6 bulan -9 bulan -18 bulan -18 bulan

-18 bulan

(Muchtar, 2006)

Dalam pengobatan tuberkulosis dapat digunakan terapi adjuvant yang digunakan untuk pencegahan, vaksin perlindungan terhadap bakteri dan untuk menghasilkan antibodi. Terapi adjuvant yang dapat digunakan yaitu OAT yang diberikan pada sebagian penderita tersangka TB yang tidak didukung oleh gambaran klinis, mikrobiologi ataupun patologi pemberian obat ini dapat dilakukan. Efek anti tuberkulosis ini paling sedikit dapat dilihat dalam 3 minggu (Sjamsuhidajat, 2005). Selain itu juga dapat digunakan Complete Freund’s Adjuvant (CFA) yang akan menghasilkan antibodi humoral tubuh. CFA terdiri atas mineral oil, mannide monooleate ( surfactant agent), dan komponen mikrobakterium (Stills, 2005) .

1.3.7.Prognosis

Prognosis TB peritoneal cukup baik bila diagnosa dapat ditegakkan dan biasanya akan sembuh dengan pengobatan antituberkolosis yang adekuat (Zain, 2009) .


(34)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka konsep penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian.

3.2.Definisi Operasional

3.2.1. TB peritoneal

TB peritoneal adalah suatu peradangan peritoneum parietal atau visceral yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering mengenai seluruh peritoneum dan alat-alat system gastrointestinal, mesenterium, serta organ ginetal internal (IPD UI,2009) . 3.2.2.Karakteristik peritoneal TB dapat dilihat dari:

Tabel 3.1. karakteristik TB peritoneal No

.

Variabel Definisi operasional

Alat ukur

Cara ukur Skala ukur

kategori

1 Umur Usia penderita peritoneal rekam medis Identifikasi rekam medis

ordinal 1. Usia 0-14 tahun 2. Usia 15-karakteristik

TB peritoneal Sosial demografi

1. umur

2. jenis kelamin • Riwayat TB

• Kontak dengan penderita TB Gejala Klinis

1. abdominal distensi 2. nyeri perut

3. penurunan berat badan

4. anoreksia 5. keringat malam 6. batuk

7. demam 8. melena

Pemeriksaan penunjang 1. CT Scan Abdomen 2. USG Abdomen 3. serum CA 125 4. sitologi cairan

asites 5. laboratorium


(35)

TB yang tercantum pada rekam medik.

65 tahun 3. Usia ≥ 65 tahun (Depkes, 2010) 2 Jenis

kelamin Jenis kelamin pasien TB peritoneal yang tercamtum dalam rekam medik. Rekam medis Identifikasi rekammedis

nominal 1. Laki-laki. 2.

Perempuan.

3. Riwayat TB paru Riwayat penyakit pasien TB peritoneal sebelumnya pernah menderita TB paru atau tidak. Rakam medik Identifikasi rekam medik

nominal 1. Ada riwayat TB paru.

2. Tidak ada riwayat TB paru.

4. Kontak dengan penderita TB Pasien pernah melakukan kontak dengan penderita TB atau tidak. Rekam medik Identifikasi rekam medik

Nominal 1.Ada kontak dengan penderita TB.

2. Tidak ada kontak dengan


(36)

penderita TB. 5. Gejala

klinis Tanda atau gejala yang dialami penderita TB peritoneal. Rekam medik Identifikasi rekam medik

nominal 1.

Abdominal distensi 2.Nyeri perut 3. Penurunan berat badan 4. Anoreksia 5. Keringat malam 6.Batuk (Zain, 2009)

6. Hasil CT-Scan Gambaran peritoneum pasien dengan CT-Scan. Hasil CT-Scan Identifikasi hasil CT-Scan

nominal 1. Asites 2. massa di pelvik 3. Retroperito neal lymphadeno pathy 4. Penebalan dinding abdomen


(37)

peritoneum pasien dengan USG.

USG hasil USG Penebalan dinding abdomen 2. Asites 8. Peningkatan

serum CA-125 Serum CA-125 merupakan antigen kanker yang ditemukan meningkat pada penderita TB peritoneal (Zain, 2009) Hasil laborat orium Identifikasi hasil laboratoriu m

nominal 1.

Meningkat 2.Tidak meningkat

9. Analisa cairan asites Interpretasi hasil analisa cairan asites pasien TB peritoneal. Hasil laborat orium Identifikasi hasil laboratoriu m

nominal 1. Tampilan makroskopi s 2. Tampilan mikroskopis (Harison, 1999)


(38)

(39)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian restrospective study dari rekam medik pasien di rumah sakit adam malik Medan. Penelitian ini mengidentifikasi kasus TB peritoneal dari data sosial demografi, riwayat dan kontak dengan penderita TB, gejala dan tanda-tanda TB peritoneal serta dignosa TB peritoneal (pemeriksaan penunjang dan laboratorium).

4.2.Waktu dan tempat penelitian

4.2.1.Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus-September 2012.

4.2.2.Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.3.Populasi dan sample

4.3.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien TB peritoneal yang berusia diatas 14 tahun yang dirawat inap dibagian penyakit dalam RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008 sampai Agustus 2012.

4.3.2.Sample

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-randomized accidental sampling yaitu mengambil sampel bukan secara acak atau random. Pengambilan sampel secara secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan mengambil kasus yang kebetulan ada atau tersedia di tempat penelitian yaitu rekam medik pasien (Notoadmodjo, 2005) .

4.4.Metode pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang didapat dari buku referensi dan data rekam medik pasien yang didapat dari pihak rumah sakit yang berhubungan dengan pasien


(40)

TB peritoneal yang ada di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2008 sampai agustus 2012.

4.5.Pengolahan dan analisa data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan bantuan komputer dengan menggunakan SPSS (statistical product and service solution ) dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan proporsi, diagram, dan diagram pie.


(41)

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP Haji Adam Malik yang beralamat di jalan Bunga Lau no.17 Medan merupakan rumah sakit pendidikan berdasarkan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit rujukan tinkat propinsi yang ada di Sumatra Utara, dan berdasarkan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit kelas A.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan terhadap pasien peritonitis TB tahun 2008- Agustus 2012 didapatkan distribusi frekuansi umur sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.1. berikut ini :

Tabel 5.1. Distribusi frekuansi umur pasien peritonitis TB periode Januari 2008- Agustus 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan (n= 40)

Kelompok umur Frekuensi Persen

14-20 4 10

21-30 17 42,5

31-40 3 7,5

41-50 6 15

51-60 4 10

61-70 5 12,5

71-80 1 2,5

Dari tabel dapat dilihat bahwa pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008-Agustus 2012 yang banyak pada kelompok umur 21-30 tahun yaitu 17 orang dengan presentasi 42,5%, dan yang paling sedikit yaitu pada umur 71-80 tahun yaitu 1 orang dengan presentasi 2,5%. Untuk melihat frekuensi umur pasien TB peritoneal di RSUP Haji


(43)

Adam Malik Medan 2008-Agustus 2012 berdasarkan kelompok usia produktif dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Tabel umur kelompok usia produktif pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008-Agustus 2012 ( n= 40 )

Kelompok umur Frekuensi Persen

Usia produktif ( 15-65 tahun) 37 92,7 Usia nonproduktif(lebih dari 65 tahun) 3 7,3

Dari tabel dapat dilihat bahwa pasien TB peritoneal yang banyak pada usia 15-65 tahun ( usia produktif) yaitu 37 orang dengan presentasi 92,7%.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan terhadap pasien TB peritoneal tahun2008- Agustus 2012 didapatkan distribusi frekuansi jenis kelamin sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.3. berikut ini :

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 ( n= 40 )

Jenis kelamin Frekuensi Persen

Laki-laki 18 45

Perempuan 22 55

Dari tabel dapat dilihat bahwa pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008-Agustus 2012 lebih banyak perempuan yaitu 22 pasien atau 55%, sedangkan laki-laki 18 orang atau 45%.

f. Riwayat TB paru

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan terhadap pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 didapatkan distribusi frekuansi riwayat TB paru sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.7. berikut ini :


(44)

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi riwayat TB paru pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012

Riwayat TB paru Frekuensi Persen

Ada riwayat TB paru 30 75

Tidak ada riwayat TB paru 10 25

Dari tabel dapat dilihat bahwa pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun2008- Agustus 2012 dengan riwayat pernah menderita TB paru ada 30 orang atau 75% sedangkan yang tidak memiliki riyawat TB paru ada 10 orang atau 25%.

g. Kontak dengan penderita TB

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan terhadap pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 didapatkan distribusi frekuansi riwayat kontak dengan penderita TB dapat dilihat pada tabel 5.8. berikut ini :

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi riwayat kontak dengan penderita TB pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012

Kontak dengan penderita TB Frekuensi Persen

Ada 25 62,5

Tidak ada 15 37,5

Dari tabel dapat dilihat bahwa pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun2008- Agustus 2012 yang memiliki riwayat kontak dengan penderita TB ada 25 orang atau 62,5%, sedangkan yang tidak memiliki riwayat kontak dengan penderita TB ada 15 orang atau 37,5%. Pada penelitian ini terdapat kekurangan karena di rekam medik tidak dicantumkan dengan siapa dia kontak, apakah keluarga atau orang yang didekatnya yang menderita TB.


(45)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan terhadap pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 didapatkan gejala klinisnya dapat dilihat pada tabel 5.9. berikut ini :

Tabel.5.9. Distribusi frekuensi gejala klinis pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 ( n= 40 )

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa satu pasien TB peritoneal dapat mengalami lebih dari satu gejala klinis. Gejala klinis pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah abdominal distensi ada 33 pasien atau 82,5%, nyeri perut ada 25 pasien atau 62,5%, penurunan berat badan ada 26 pasien atau 65%, anoreksia ada 14 pasien atau 35%, keringat malam ada 11 pasien atau 27,5 %, Batuk ada 18 pasien atau 45 %, demam ada 7 pasien atau 17,5%, dan melena ada 5 pasien atau 12,5%.

5.1.4. Hasil Pemeriksaan Penunjang a. Hasil CT-Scan abdomen

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan terhadap 7 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 didapatkan hasil dari CT-Scan abdomen sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.10. berikut ini :

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi hasil CT-scan abdomen dengan pada 7 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 ( n= 7 )

Gejala klinis Frekuensi Persen

Abdominal Distensi 33 82,5

Nyeri Perut 25 62,5

Penurunan Berat Badan 26 65

Anoreksia 14 35

Keringat Malam 11 27,5

Batuk 18 45

Demam 7 17,5


(46)

Hasil CT-Scan Frekuensi Persen

Asites 7 100

Efusi pleura 2 28,6

Ada massa di abdomen 3 42,9

Distensi usus 2 28,6

Penebalan dinding abdomen

3 42,9

Obtruksi ileus 2 28,6

hepatomegali 1 14,3

Dari tabel dapat dilihat hasil CT-Scan abdomen yang dilakukan hanya pada 7 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah asites 7 pasien atau 100%, penebalan dinding abdomen ada 3 pasien atau 42,9 %, ada massa di abdomen 3 pasien atau 42,9%, efusi pleura 2 pasien atau 28,6%, , distensi usus ada 2 pasien atau 28,6%, , obstruksi ileus ada 2 pasien atau 28,6%, dan hepatomegali ada 1 pasien atau 14,3 %. Setiap satu pasien TB peritoneal dapat memiliki lebih dari satu gambaran hasil CT Scan Abdomen.

b.USG Abdomen

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan terdapat 27 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 yang melakukan pemeriksaan USG. Hasil pemeriksaan USG sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.11. berikut ini :

Tabel 5.11. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan USG 27 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 ( n= 27 )

Hasil usg Frekuensi Persen

Asites 27 100

Hepatomegali 4 14,8

Massa di abdomen 3 11,1

Congesti gall bleder 1 3,7

Splenomegali 1 3,7


(47)

Dari tabel dapat dilihat hasil USG yang dilakukan pada 27 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah asites 27 pasien atau 100%, hepatomegali ada 4 pasien atau 14,8%, massa di abdomen ada 3 pasien atau 11,1%, congesti gall bleder ada 1 pasien atau 3,7%, splenomegali ada 1 pasien atau 3,7 %, dan efusi pleura ada 1 pasien atau 3,7%. Setiap satu pasien TB peritoneal dapat memiliki lebih dari satu gambaran hasil USG Abdomen.

c. Serum CA-125

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan terdapat 11 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 yang menjalani pemeriksaan serum CA-125. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 5.12. berikut ini :

Tabel 5.12. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan serum CA-125 pada 11 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 ( n= 11)

Nilai CA-125 Frekuensi Persen

Normal 0 0

Meningkat 11 100

Dari tabel dapat dilihat hasil pemeriksaan serum CA-125 yang dilakukan pada 11 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah meningkat di atas normal sebanyak 11 orang atau 100%.

d. Analisa cairan asites

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan terdapat 5 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 yang melakukan pemeriksaan sitologi cairan asites. Hasil nya dapat dilihat pada tabel 5.13. berikut ini :


(48)

Tabel 5.13. Distribusi frekuensi hasil sitologi cairan TB pasien peritoniran asites pada 5 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 ( n= 5)

Analisa cairan asites Frekuensi Persen

Makroskopis Warna : Kuning

Kuning kemerahan Keruh

Volume : lebih dari 10 cc Kurang dari 10 cc

1 3 1 3 2 20 60 20 60 40 Mikroskopis

Sel penyusun : sel limfosit PMN magrofak Sel mesotel Eritrosit

Latar belakang: massa amort eusinofi massa debris dan sel lifosit 5 2 2 4 1 1 4 100 40 40 80 20 20 80

Kesimpulan - imflammatory smear - reaktif mesotel - benign smear

3 1 1 60 20 20

Dari tabel dapat dilihat hasil sitologi cairan asites yang dilakukan pada 5 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan bahwa warna cairan asites yang banyak adalah kuning kemerahan ada 3 orang atau 60%, volume cairan asites nya yang paling banyak lebih dari 10cc ada 3 orang atau 60%. Hasil pemeriksaan misroskopisnya sel


(49)

yang dominan menyusun cairan asites adalah sel limfosit yaitu 5 orang atau 100% , latar belakang sel yang paling dominan adalah massa debris dan sel limfosit yaitu 4 orang atau 80%. Kesimpulan yang didapat dari hasil analisa cairan asites yang paling banyak adalah imflammatory smear ada 3 orang atau 60%. Untuk melihat karakteristik cairan asites yang dilakukan pada 9 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan hasil laboratorium dapat dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14. Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan laboratoium cairan asites pada 9 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012

Hasil laboratorium Frekuensi Persen Warna cairan – kuning

-kuning keruh 8 1 88,9 11,1 Protein :->25g/L -<25g/L 1 8 11,1 88,9 pH:-asam -basa 1 8 11,1 88,8 Leukosit -dominan PMN

-dominan MN 1 8 11,1 88,9 Kesimpulan :-eksudat -transudat 8 1 88,9 11,1

Dari tabel dapat dilihat hasil laboratorium cairan asites 9 pasien TB peritoneal tahun 2008- Agustus 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah warna cairan yang paling banyak kuning yaitu 8 orang atau 88,9%, protein di bawah 25 g/L ada 8 orang atau 88,9 %, pH cairan paling banyak adalah basa sebanyak 8 orang atau 88,9%, leukosit paling dominan adalah MN sebanyak 8 orang atau 88,9%, dam jenis cairan yang paling banyak adalah eksudat yaitu sebanyak 8 orang atau 88,9%.

5.2 Pembahasan

TB peritoneal merupakan penyakit yang sulit dan lambat untuk terdiagnosa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien TB Peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008-Agustus 2012, TB peritoneal paling banyak dijumpai pada usia 21-30


(50)

tahun yaitu 17 orang atau 42,5%. Selain itu berdasarkan pembagian usia produktif menurut depertemen kesehatan RI, pasien TB peritoneal paling banyak pada usia produktif yaitu 37 orang atau 92,5%. Hal ini tentu dapat menggagu tingkat produktifitas kerja sehingga dapat mengurangi tingkat penghasilan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilkukan Arshad Abro dan kawan-kawan bahwa pasien TB Peritoneal yang paling banyak pada usia 21-30 yaitu 33,3% ( Arsyad, 2010) .

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien TB Peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008-Agustus 2012, jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami TB Peritoneal dari laki-laki yaitu 22 orang atau 55%. Hal ini sesuai dengan buku ilmu penyakit dalam UI yang menyatakan perempuan lebih sering mengalami TB peritoneal dari laki-laki dengan perbandingan 1,5:1 ( Zaid, 2009) .

Pasien TB peritoneal bisa memiliki riwayat TB paru maupun tidak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien TB Peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008-Agustus 2012 didapatkan yang memiliki riwayat TB paru sebanyak 30 orang atau 75%. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Fahmi Yousef Khan dan teman-temannya yang hanya mendapatkan 24% ( 13 dari 54 pasien) yang memiliki riwayat TB paru ( Fahmi, 2011) . Hal ini mungkin karena penyakit TB paru masih banyak di Indonesia, dan dapat berlanjut menjadi TB peritoneal.

Infeksi TB merupakan penyakit menular. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien TB Peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008-Agustus 2012 didapatkan 25 orang atau 62,5% yang mengalami kontak dengan penderita TB yaitu dengan keluarga atau orang yang tinggal serumah. Hal ini tidak sesuai dengan hali penelitian yang dilakukan Fahmi Yousef dan kawan-kawan yang hanya menemukan 31,5% (17 dari 54 pasien ) yang memiliki riwayat kontak dengan pasien TB ( Fahmi, 2011). Hali ini mungkin karena infeksi TB merupakan penyakit menular yang masih banyak di Indonesia.

Penyakit TB peritoneal memiliki gejala yang tidak khas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien TB Peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008-Agustus 2012, gejala yang paling banyak adalah abdominal distensi. Pasien yang mengalami abdominal distensi ada 33 orang atau 82,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dillakukan Fahmi Yousef dan kawan-kawan yang mendapatkan 77,8%( 42 dari 54 pasien TB peritoneal) yang mengalami abdominal distensi ( Fahmi, 2011) .


(51)

Selain itu pasien yang mengalami nyeri perut yang didapat dari penelitian ada 25 orang atau 62,5%. Hal ini lebih sedikit dari pada hasil penelitian yang dilakukan Fahmi Yousef dan kawan-kawan yang menemukan 83,3%( 45 dari 54 pasien TB peritoneal) yang mengalami nyeri perut ( Fahmi, 2011) .

Dari hasil penelitian juga didapatkan 65% atau 26 orang yang mengalami penurunan berat badan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Arsad Abro dan kawan-kawan yang mendapatkan 66,6% (40 dari 60 pasien TB peritoneal) yang mengalami penurunan berat badan ( Arsyad, 2010) .

Tidak semua pasien TB peritonel yang mengalami anoreksia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 32,5% atau 14 orang yang mengalami anoreksi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ali Uzunkoy yang mendapatkan 33,3% (3 dari 9 pasien TB peritoneal) yang mengalami anoreksia ( Ali, 2004) .

Keringat malam tidaklah khas pada pasien TB Peritoneal. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 11 orang atau 27,5% yang mengalami keringat malam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Fahmi Yousef dan kawan-kawan yang menemukan 43,5% (25 dari 54 pasien TB peritoneal) yang mengalami keringat malam ( Fahmi, 2011) .

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 18 orang atau 45% yang mengalami batuk. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Fahmi Yousef dan kawan-kawan yang menemukan 37% ( 20 dari 54 pasien TB peritoneal) yang mengalami batuk (Fahmi, 2011) .

Pasien TB peritoneal dapat mengalami demam maupun tidak. Dari hasil penelitian didapatkan hanya 17,5% atau hanya 7 pasien TB peritoneal yang mengalami demam. Hal ini berlawanan dengan hasil penelitin yang dilakukan Fahmi Yousef dan kawan-kawan yang menemukan 75,9% (41 dari 54 pasien TB peritoneal ) yang mengalami demam ( Fahmi,2011).

Pada penelitian didapatkan berbagai macam pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk mendiagnosa TB peritoneal. Akan tetapi sampai saat ini belum terdapat prosedur yang tetap. Selain itu masing- masing pasien menjalani pemeriksaan penunjang yang berbeda- beda. Hal ini mungkin karena masalah biaya atau masalah lainnya sehingga pasien menolak atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan tersebut.

CT scan dapat digunakan dalam mendiagnosa TB peritoneal. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 7 pasien TB Peritoneal yang melakukan pemeriksaan dengan CT scan. Hasil pemeriksaan yang menonjol yaitu asites 100% atau terdapat pada 7 pasien tersebut. Selain itu


(52)

42,9% atau 3 oarang memiliki massa di abdomen , dan 42,9% atau 3 orang yang mengalami penebalan dinding abdomen. Hali ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ali Uzunkoy dan kawan-kawan yang mendapatkan 100% (9 dari 9 pasien TB peritoneal) yang mengalami asites, 44% (4 dari 9 pasien TB peritoneal yang memiliki massa di Abdomen), 11,11% (1 dari 9 pasien TB peritoneal yang mengalami penebalan dinding Abdomen) (Ali, 2004) .

USG abdomen juga dapat digunakan untuk mendiagnosa TB Peritoneal. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 27 pasien yang melakukan USG. Hasil yang paling utama adalah didapatkan 100% atau 27 orang yang mengalami asites, 14,8% atau 4 orang yang mengalami hepatomegali, 11,1% atau 3 orang yang mengalami penebalan dinding abdomen. Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Fahmi Yousef Khan dan kawan-kawan yang mendapatkan 98% (53 dari 54 pasien TB peritoneal yang mengalami asites), dan 29,6% (16 dari 54 pasien TB peritoneal) yang mengalami penebalan dinding abdomen, tetapi tida ada satu pun ditemukan hepatomegali pada hasil penelitian mereka (Fahmi, 2011) .

Serum CA-125 dapat meningkat pada penderita TB peritoneal. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 11 orang yang melakukan pemeriksaan CA-125. Dari hasil penelitian terdapat 100% atau 11 pasien TB peritoneal tersebut mengalami peningkatan serum CA-125. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zaid yang juga mendapatkan 100% (8 dari 8 pasien TB peritoneal) yang mengalami peningkatan serum CA125 ( Zaid, 2009).

Analisa cairan asites juga dapat digunakan dalam mendiagnosa TB peritoneal. Dari penelitian, didapatkan ada 5 pasien yang melakukan pemerikssan sitologi cairan asites. Dari hasil ditemukan bahwa warna cairan asites kuning kemerahan sebanyak 3 orang atau 60%, serta sel limfosit yang dominan yaitu 100% atau 5 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian Fahmi Yousef Khan dan kawan-kawan yang juga menemukan sel limfosit yang dominan pada cairan asites yaitu sebanyak 100% ( Fahmi, 2011) .

Selain sitologi asites juga dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium cairan asites. Dari hasil penelitian, terdapat 9 orang pasien yang melakukan analisa laboratorium cairan asites. Berdasarkan hasil didapatkan bahwa 88,9% atau 8 dari 9 pasien memiliki cairan asites yang eksudat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Zaid yang juga menemukan cairan asites yang eksudat yang dominan pada pasien TB peritoneal ( Zaid, 2009) .


(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil kesimpulan dan analisa data dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 berusia diantara 20-30 tahun yaitu 17 orang atau 42,5%,.

2. Pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 jika dikelompokkan berdasarkan usia produktif Departemen Kesehatan RI, paling banyak berada dalam usia Produktif (15-65 tahun) yaitu 37 orang atau 97,3%.

3. Pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan peiode Januari 2008- Agustus 2012 lebih banyak perempuan daripada laki-laki.

4. Sebagian besar pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 memiliki riwayat TB paru sebanyak 30 orang atau 75% dan memiliki riwayat kontak dengan penderita TB sebanyak 25 orang atau 62,5%.

5. Gejala klinis yang paling banyak dialami pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 adalah abdominal distensi sebanyak 33 orang atau 82,5%, nyeri perut 25 orang atau 62,5%, dan penurunan berat badan 26 orang atau 65%.

6. Pada 7 pasien yang melakukan pemeriksaan dengan CT- Scan Abdomen dan 27 pasien TB peritoneal yang melakukan pemeriksaan dengan USG Abdomen di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode Januari 2008- Agustus 2012, ditemukan asites 100%.

7. Pada 11 pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 dilakukan pemeriksaan serum CA-125 dan 100% mengalamin peningkatan.

8. Sebagian besar pasien TB peritoneal di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2008- Agustus 2012 memiliki limfosit yang dominan pada sitologi cairan asites dan cairan asites jenis eksudat.

6.2. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan Kedokteran Universitas Sumatra Utara

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan penelitian lebih lanjut sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembuatan karya tulis.


(54)

2. Instansi Rumah Sakit

Diharapkan pada pihak rumah sakit untuk melengkapi pencatatan pada rekam medis sehingga dapat dimaafatkan secara optimal untuk kepentingan pasien maupun penelitian.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abro, Arshad., Siddiqui, Faisal Ghani., Akhtar, Saleem. & Memon, Abdul Sattar 2010, Spectrum of cinical presentasi and surgical management of intestinal tuberkulosis at tertiary care hospital, J Ayub Med Coll Abbottabad, vol.22, no.3, 96-99.

Amin, Zulkifli. & Bahar, Asril., 2009. Tuberkulosis Paru. In:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternalPublishing, 2230-2239.

Asdie, Ahmad H (editor). 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam Harrison. Jakarta: EGC. Baloch, Naseer Ahmed., Baloch, Manzoor Ahmed & Baloch, Fida Ahmed 2008, A study of 86

cases of abdominal tuberculosis, Journal of Surgery Pakistan, vol.13, no.1, 30-32. Cabandugama, Peminda., Pores, Noah., Feldstein, Richard C. 2011, Abddominal tuberkulosis,

Practical Gastroenterology.

Channa, Ghulam Asghar 2008, Abdominal tuberkulosis: Continuation of surgical scourge, Journal of the College and Surgeon Pakistan, vol.18, no.7, 393-396.

Chaudhari, Hemangi K & Gupta,Alka 2006, Primary peritoneal tuberculosis, Bombay Hospital Jurnal, vol.48, no.3 p.503-4.

Depkes RI, 2010.Pengendalian TB di Indonesia mendekati target MDG. Available from:

Dinler, Gonul., Sensoy, Gulnar., Helek, Deniz & Kalayci, Ayhan Gazi 2008, Tuberkulosis peritoneal pada anak: Report of nine patient and review of the literature, World J Gastroenterol, vol.14, no.47, 7235-7239.

Fawaz, Tariq Al, Zamil, Fahad AL, dan Mazrour, Abdurrahman Al 2010, Abdominal Tuberculosis in children-case report, Curr Pediar Res, 106-107.

Harun, Muherman , Sutiono,Ella, Citraningtyas, Theresia, Cho, Paula,Noviani, Elisabeth D,dan Abidin, Angela N, 2002. Tuberkulosis Klinis. Jakarta: TALK dan PERDHAKI.

Jawetz, Melnick, danAdelberg. 2008. Mikobakterium. In: Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: EGC, 325-337.


(56)

Jr, William A. Petri., 2008. Senyawa Antimikroba ( Obat-Obat Yang Digunakan Pada

Kemoterapi Tuberkulosis, Penyakit komplek akibat Mycobacterium avium, dan Lepra. In:Dasar Farmakologi Terapi Volume 2. Jakarta : EGC, 1246-1267.

Kenyorini, Suradi , dan Surjanto Eddy 2006, Uji tuberkulin., Jurnal Tuberkulosis Indonesia, vol.3, no.2, 1-5.

Khan, Fahmi Yousef., Al-Muzrakchi, Ahmed Mustafa., Elbedawi, Mamoon M., Al-Muzrakchi, Attor Ahmed. & Al Tabeb, Abdulhakeem 2011, Peritoneal tuberkulosis in Qatar: a five year hospital-based study from 2005-2009, Travel Medicine and Infection Disease, vol.10, 25-31.

Muchtar, Armen2006, Farmakologi obat anti tuberkulosis (OAT) sekunder, Jurnal Tuberkulosis Indonesia, vol.3, no. 2, 23-29.

Niaz, Khurram & Ashraf, Muhammad 2010, Intestinal tuberkulosis; diagnostic dilemma, Profesional Med J, vol.17, no.4, 532-537.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis, pedoman diagnosa dan pelaksanaannnya di Indonesia.

Sjamsuhidajat, R. & Jong, Wim de, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta: EGC.

Snell, Richard S., 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC. Uzunkoy, Ali, Harma, Muge & Harma, Mehmet 2004, Diagnosis of abdominal tuberculosis

ekperimence from 11 cases and review of the literature, World J Gastroenterologi: 3647-3549.

Vera 2006, Diagnosa dan pelatalaksanaan peritonitis tuberkulosis, JKM, vol.5, no.24-34. WHO, 2009. Global Report 2009.

Zain, Lukman Hakim., 2009. Tuberkulosis Peritoneal. In:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternalPublishing, 727-730.


(57)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Emalia Nora

Tempat/Tanggal Lahir :Lubuksikaping, 28 Mei 1991

Agama : Islam

Alamat : JL. Ratu Langi No.8A Lubuksikaping, Pasaman, Sumatra Barat

JL. M.Yusuf No.15 Padang Bulan, Medan, Sumatra Utara Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1997 lulus Taman Kanak-Kanak At- Thaharah, Lubuksikaping, Pasaman Sumatra Barat.

2. Tahun 2003 lulus Sekolah Dasar Negeri 06 Pauh, Lubuksikaping, Pasaman, Sumatra Barat.

3. Tahun 2006 lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lubuksikaping, Pasaman, Sumatra Barat.

4. Tahun 2009 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lubuksikaping, Pasaman, Sumatra Barat.


(58)

(59)

(60)

NAMA UMUR JENIS KELAMIN PEKERJAAN DAERAH ASAL PENDIDIKAN

AA 29 perempuan PNS mandailing natal akademik/perguruan tinggi AB 42 laki-laki petani/buruh dolok sanggul SLTA

AC 22 laki-laki wiraswasta medan SLTA AD 26 laki-laki petani/buruh aceh SLTA AE 22 laki-laki wiraswasta serdang begadai SLTA AF 63 perempuan

ibu rumah

tangga binjai SD AG 27 perempuan

ibu rumah

tangga medan SLTA AH 45 laki-laki wiraswasta medan SLTP AI 21 perempuan wiraswasta tapanuli utara SLTA AJ 41 perempuan

ibu rumah

tangga deli serdang SD AK 62 perempuan

ibu rumah

tangga aceh tamiang SD AL 26 laki-laki wiraswasta aceh tenggara SD AM 41 perempuan

ibu rumah

tangga batubara SLTP AN 53 perempuan

ibu rumah

tangga tanjung tiram SD AO 54 perempuan

ibu rumah

tangga langkat SLTA AP 21 perempuan wiraswasta padang sidempuan SLTA AQ 52 perempuan

ibu rumah

tangga deli serdang SD AR 65 perempuan petani/buruh toba samosir SD AS 23 laki-laki wiraswasta toba samosir SLTA AT 34 laki-laki wiraswasta medan SLTA AU 20 laki-laki pelajar gunung mdela SLTP AV 58 perempuan

ibu rumah

tangga medan SD AW 24 laki-laki petani/buruh desa suka jaya SLTA

AX 50 laki-laki PNS sidikalang akademik/perguruan tinggi AY 21 laki-laki petani/buruh langkat SLTA

AZ 25 perempuan

ibu rumah

tangga labuhan batu SD BA 67 perempuan

ibu rumah

tangga medan SLTA BB 25 perempuan

ibu rumah

tangga langkat SLTP BC 19 perempuan pelajar medan SLTA BD 25 laki-laki wiraswasta tapanuli tengah SLTP

BE 22 perempuan pelajar padang lawas akademik/perguruan tinggi BF 19 perempuan pelajar medan SLTP


(61)

BG 30 perempuan wiraswasta sidikalang SLTA BH 74 laki-laki petani/buruh desa mesjid SD BI 62 perempuan wiraswasta toba samosir SLTA BJ 44 laki-laki wiraswasta medan SLTP BK 41 laki-laki wiraswasta medan SLTA BL 15 laki-laki pelajar mandailing natal SD BM 16 perempuan pelajar medan SLTP BN 34 laki-laki petani/buruh tapanuli utara SLTA


(62)

RIWAYAT tb PARU RIWAYAT KONTAK UMUR KATEGORI DAERAH

KELOMPOK UMUR

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 41-50

tidak ada ada 15-65 tahun medan 21-30

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada tidak ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 61-70

ada ada 15-65 tahun medan 21-30

ada ada 15-65 tahun medan 41-50

ada tidak ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

tidak ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 41-50

tidak ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 61-70

ada tidak ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

tidak ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 41-50

ada tidak ada 15-65 tahun

luar kota

medan 51-60

ada tidak ada 15-65 tahun

luar kota

medan 51-60

ada tidak ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

tidak ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada ada >=65 tahun

luar kota

medan 61-70

ada tidak ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada ada 15-65 tahun medan 31-40

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada tidak ada 15-65 tahun medan 51-60

tidak ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

tidak ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 51-60


(63)

medan

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada tidak ada >=65 tahun medan 61-70

tidak ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada tidak ada 15-65 tahun medan 14-20

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada tidak ada 15-65 tahun

luar kota

medan 21-30

ada ada 15-65 tahun medan 14-20

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 31-40

tidak ada ada >=65 tahun

luar kota

medan 71-80

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 61-70

ada tidak ada 15-65 tahun medan 41-50

tidak ada ada 15-65 tahun medan 41-50

ada ada 15-65 tahun

luar kota

medan 14-20

ada tidak ada 15-65 tahun medan 14-20

ada tidak ada 15-65 tahun

luar kota


(64)

NAMA

ABDOMINAL

DISTENSI NYERI PERUT PENURUNAN BB

KERINGAT MALAM

AA ada tidak ada ada tidak ada

AB ada ada ada tidak ada

AC ada ada ada tidak ada

AD tidak ada tidak ada ada ada

AE tidak ada ada ada ada

AF ada ada ada ada

AG tidak ada ada ada tidak ada

AH ada ada tidak ada tidak ada

AI ada ada tidak ada tidak ada

AJ ada tidak ada ada ada

AK ada ada tidak ada tidak ada

AL ada tidak ada ada tidak ada

AM ada ada tidak ada tidak ada

AN ada ada ada ada

AO ada tidak ada ada ada

AP ada ada tidak ada tidak ada

AQ ada ada ada tidak ada

AR ada ada ada tidak ada

AS ada ada ada tidak ada

AT ada ada ada ada

AU ada ada tidak ada tidak ada

AV ada ada tidak ada tidak ada

AW ada ada tidak ada tidak ada

AX ada ada ada tidak ada

AY ada tidak ada tidak ada tidak ada

AZ ada ada ada ada

BA ada tidak ada ada ada

BB ada tidak ada ada tidak ada

BC ada tidak ada tidak ada tidak ada

BD ada tidak ada ada ada

BE tidak ada tidak ada ada tidak ada

BF ada ada tidak ada tidak ada

BG ada ada tidak ada ada

BH tidak ada ada ada tidak ada

BI ada tidak ada tidak ada tidak ada

BJ tidak ada ada ada tidak ada

BK ada tidak ada ada tidak ada

BL ada tidak ada tidak ada tidak ada

BM tidak ada ada ada tidak ada


(65)

ANAROKSIA BATUK DEMAM MELENA ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada ada ada ada

tidak ada ada tidak ada ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada ada tidak ada ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada ada ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada ada ada ada

ada tidak ada ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada

ada ada ada tidak ada

ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada ada ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada


(66)

nama asites efusi plura ada massa di abdomen penebalan dinding abdomen

AS ada ada tidak ada tidak ada

AX ada ada tidak ada tidak ada

BB ada tidak ada tidak ada tidak ada

BG ada tidak ada ada ada

BK ada tidak ada ada ada

BM ada tidak ada ada ada

AV ada tidak ada tidak ada tidak ada

distensi usus obstruksi ileus hepatomegali tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada

ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada ada tidak ada

ada ada tidak ada


(1)

tidak ada 33 82.5 82.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

melena

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 5 12.5 12.5 12.5

tidak ada 35 87.5 87.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Statistics

asites efusipleura adamassa

penebalandinding

abdomen distensiusus obtruksiileus hepatomegali

N Valid 7 7 7 7 7 7

Missing 0 0 0 0 0 0

asites

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 7 100.0 100.0 100.0

efusipleura

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 2 28.6 28.6 28.6

tidak ada 5 71.4 71.4 100.0


(2)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ada 2 28.6 28.6 28.6

tidak ada 5 71.4 71.4 100.0

Total 7 100.0 100.0

efusipleura

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 2 28.6 28.6 28.6

tidak ada 5 71.4 71.4 100.0

Total 7 100.0 100.0

efusipleura

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 2 28.6 28.6 28.6

tidak ada 5 71.4 71.4 100.0

Total 7 100.0 100.0

efusipleura

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 2 28.6 28.6 28.6

tidak ada 5 71.4 71.4 100.0

Total 7 100.0 100.0


(3)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 2 28.6 28.6 28.6

tidak ada 5 71.4 71.4 100.0

Total 7 100.0 100.0

Statistics

asites hepatomegali

massadiabdome n

congestigallblede

r splenomegali efusipleura

N Valid 27 27 27 27 27 27

Missing 0 0 0 0 0 0

asites

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 27 100.0 100.0 100.0

asites

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 27 100.0 100.0 100.0

massadiabdomen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 3 11.1 11.1 11.1

tidak ada 24 88.9 88.9 100.0


(4)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 3 11.1 11.1 11.1

tidak ada 24 88.9 88.9 100.0

Total 27 100.0 100.0

massadiabdomen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 3 11.1 11.1 11.1

tidak ada 24 88.9 88.9 100.0

Total 27 100.0 100.0

massadiabdomen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 3 11.1 11.1 11.1

tidak ada 24 88.9 88.9 100.0

Total 27 100.0 100.0

Statistics

nilaica125 ca125

N Valid 11 11

Missing 0 0


(5)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 63.95 1 9.1 9.1 9.1

91.62 1 9.1 9.1 18.2

111.2 1 9.1 9.1 27.3

137.5 1 9.1 9.1 36.4

174 1 9.1 9.1 45.5

221.7 1 9.1 9.1 54.5

365.2 1 9.1 9.1 63.6

514.1 1 9.1 9.1 72.7

665.9 1 9.1 9.1 81.8

808 1 9.1 9.1 90.9

1698 1 9.1 9.1 100.0

Total 11 100.0 100.0

Statistics

warnacairanasites sellimfosit PMN magrofag selmesotel eritrosit latarbelakang ke

N Valid 5 5 5 5 5 5 5

Missing 0 0 0 0 0 0 0

warnacairanasites

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kuning 1 20.0 20.0 20.0

kuning kemerahan 3 60.0 60.0 80.0

keruh 1 20.0 20.0 100.0

Total 5 100.0 100.0


(6)

Valid ada 5 100.0 100.0 100.0

Statistics

tampilanmasrosk

opis pH PMN MN cairan protein

N Valid 9 9 9 9 9 9

Missing 0 0 0 0 0 0

cairan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid eksudat 8 88.9 88.9 88.9

transudat 1 11.1 11.1 100.0