Gambar 2.1 di atas menunjukkan cabangan pada sistem imun Dikutip dari Buku Immunologi Dasar, Edisi Ketiga, 1996
2.2.2 Defisiensi imun Kehadiran defisiensi imun harus dicurigai bila ditemukan tanda-tanda dari
peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Defisiensi imun primer atau kongenital diturunkan, tetapi defisiensi imun sekunder atau didapat ditimbulkan berbagai
faktor setelah lahir. Penyakit defisiensi imun sering dikaitkan dengan limfosit,
komplemen dan fagosit. Defisiensi imun terbahagi kepada dua iaitu Defisiensi
Imun Non-Spesifik dan Defisiensi Imun Spesifik. HIV digolongkan dalam
Defisiensi Imun Spesifik Baratawidjaja, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Defisiensi Imun Non-Spesifik
A.Defisiensi Komplemen 1 Komplemen Kongenital
2 Komplemen Fisiologik 3 Komponen Didapat
B.Defisiensi Interferon dan Lisozim
1 Interferon Kongenital 2 Interferon dan Lisozim
Sekunder
C.Defisiensi Sel NK 1 Sel NK Kongenital
2 Sel NK Didapat
D.Defisiensi Sistem Fagosit 1 Fagosit Kongenital
2 Fagosit Fisiologik 3 Fagosit Didapat
Defisiensi Imun Spesifik
A.Defisiensi Kongenital
B.Defisiensi Fisiologik 1 Kehamilan
2 Usia Lanjut
C.Defisiensi Didapat 1 Malnutrisi
2 Infeksi 3 HIVAIDS
4 Obat 5 Penyinaran
6 Penyakit berat 7 Kehilangan IgLeukosit
8 Agamaglobulinemia dengan timoma
Tabel 2.1 menunjukkan pembagian defisiensi sistem imun Dikutip dari Buku Immunologi Dasar, Edisi Ketiga, 1996
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Defisiensi Imun Spesifik Didapat 2.2.3.1 Sindrom Defisiensi Imun Didapat HIV
Human Immunodeficiency Virus HIV telah diakui sebagai virus penyebab AIDS. Virus golongan retroviridae ini adalah limfotropik dan menimbulkan efek
sitopatologik pada sel ThhelperinducerT4. Virus ini hidup dan berkembang biak di dalam sel Th dan mengakibatkan hancurnya sel-sel tersebut. Virus diikat
petanda permukaan T4 sehingga sel tersebut dibunuhnya, dengan akibat jumlah T4 di bawah T8.
Efek sitopatologik HIV tersebut menimbulkan limfopenia yang selektif pada Th, sehingga perbandingan Th:Ts atau perbandingan T4:T8 menjadi terbalik atau
lebih kecil daripada 1. Induksi sel T diperlukan untuk mempertahankan fungsi sel- sel faktor sistem imun lainnya agar tetap baik. Pada HIVAIDS, sel Th tidak
berfungsi dengan baik, karenanya tidak dapat memberikan induksi yang diperlukan. Gangguan kuantitas dan kualitas sel Th akan menimbulkan kerentanan
yang meninggi terhadap infeksi opurtunistik. Sering juga ditemukan peningkatan IgG dan IgA. Dalam serum penderita
AIDS telah ditemukan faktor supresif terhadap proliferasi sel T sehinga sel tersebut tidak memberikan respons terhadap mitogen dan dalam mixed lymphocyte
culture MLC. Beberapa peneliti menduga bahwa faktor supresif tersebut adalah antibody terhadap sel T dan dibentuk oleh sel monosit akibat interaksi dengan sel
T. Mekanisme faktor supresif ini belum jelas, tetapi diduga kerjanya mencegah sintesis dan sekresi limfokin, antara lain interleukin-2 IL-2 atau T cell Growth
Factor. Infeksi HIV tersebut akan menghancurkan dan mengganggu fungsi sel Th
sehingga tidak dapat memberikan induksi kepada sel-sel efektor sistem imun. Tanpa adanya induksi Th, sel-sel efektor sistem imun seperti T8 sitotoksik,sel NK
dan sel B tidak dapat berfungsi dengan baik Baratawidjaja, 1996.
Universitas Sumatera Utara
2.3 TB Tuberkulosis 2.3.1 Definisi