9
BAB II LANDASAN TEORI
A. IMPULSE BUYING
1. Definisi Impulse buying
Istilah impulse buying berkembang pada tahun 1950an clover, 1950. Impulse buying pada dasarnya memiliki persamaan dengan
unplanned buying, dimana pembeli melakukan pembelian yang tidak direncanakan Stern, 1962. Hausman 2000 impulse buying berhubungan
dengan seberapa cepat suatu keputusan untuk membeli. Menurut Gasiorowska 2011 impulse buying adalah pembelian tidak reflektif,
sebenarnya tidak diharapkan, terjadi secara spontan, diiringi munculnya keinginan mendadak untuk membeli produk tertentu dan diwujudkan
dalam reaksi terhadap suatu stimulus dari produk. Impulse buying merupakan suatu perilaku pembelian yang tidak rasional Verplanken
Herabadi, 2001. Impulse buying memiliki hubungan dengan individu yang ingin
melarikan diri dari konsep diri negatif Verplanken Herabadi, 2001. Selain itu, impulse buying merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
mood individu Muruganantham Bhakat, 2013. Kacen dan Lee 2002 menyatakan bahwa impulse buying memiliki karakterikstik seperti
munculnya perasaan ketertarikan terhadap produk yang dijual, perasaan untuk segera memiliki produk yang dijual, keinginan untuk mengabaikan
konsekuensi dari pembelian produk, munculnya perasaan puas, dan terjadi konflik antara pengendalian kesukaan di dalam diri individu. Impulse
buying seringkali dipengaruhi dengan emosi individu dan kematangan ekonomi individu. Berdasarkan penelitian Rawes 2014 menunjukkan
bahwa emosi senang pada kaum muda 18-29 tahun dapat mempengaruhi 69 dari mereka yang melakukan impulse buying. Pada pembeli di usia
muda yang telah memiliki pendapatan sendiri juga lebih melakukan pembelian secara impulsif Gaille, 2014.
2. Aspek-aspek Impulse buying
Impulse buying terdiri dari dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif Verplanken Herabadi, 2001.
a. Aspek Kognitif Aspek kognitif adalah ketika individu kurang melakukan pertimbangan
dan perencanaan atas pembelian yang dilakukan Verplanken Herabadi, 2001. Pada aspek kognitif seringkali berkaitan dengan
pemikiran yang mendalam ketika melakukan pembelian Sharma, et al, 2012. Lee dan Kacen 2007, dalam Cinjarevic, 2010 menyatakan
bahwa pemrosesan informasi dalam pembelian impulsif cenderung dengan waktu yang sangat cepat sehingga menyebabkan kuantitas dan
kualitas dari informasi yang diterima individu sangat kurang dan tidak ada evaluasi terhadap konsekuensi dalam waktu jangka panjang.
b. Aspek Afektif Aspek afektif dalam impulse buying berkaitan dengan perasaan
senang, emosi, dan adanya dorongan untuk segera memiliki sesuatu yang disukai atau diingini tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu
serta kurangnya kontrol sehingga menyebabkan munculnya penyesalan setelah melakukan pembelian Verplanken Herabadi, 2001; Sharma,
et al, 2012. Berdasarkan penjelasan kedua aspek tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat dua aspek dari impulsve buying yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif adalah tidak adanya perencanaan dan
pertimbangan dari konsumen dalam melakukan pembelian sehingga konsumen tidak mempertimbangkan tujuan dan resiko dari pembelian
yang dilakukan. Sedangkan aspek afektif adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan impulse buying karena munculnya
perasaan senang, ketakutan dan kepuasan saat melakukan pembelian.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulse buying