Sekolah Luar Biasa Bagian B Tunarungu Penyesuaian Diri Guru Non-PLB yang Mengajar Siswa SLB-B Tunarungu Pertanyaan Penelitian

3. Anak Tunarungu sebagai Siswa Sekolah Luar Biasa

Anak tunarungu di Indonesia biasanya terdaftar di sekolah-sekolah khusus yaitu Sekolah Luar Biasa bagian B. Namun, dalam menjalankan aktivitasnya sebagai siswa atau pelajar, mereka mengalami beberapa hambatan. Seperti diungkapkan Efendi 2006, pertama adalah konsekuensi akibat kelainan pendengaran berdampak pada kesulitan dalam menerima ransang bunyi yang ada di sekitarnya. Kedua, akibat keterbatasannya dalam menerima rangsang bunyi pada gilirannya penderita akan mengalami kesulitan dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang ada di sekitarnya. Kemunculan kedua kondisi tersebut pada siswa tunarungu, secara langsung dapat berpengaruh terhadap kelancaran bahasa dan bicaranya.

D. Sekolah Luar Biasa Bagian B Tunarungu

Secara teknis operasional pendidikan khusus diatur dalam Permendiknas No. 01 tahun 2008 tentang Standar Operasional Pendidikan Khusus. Salah satu poin penting dari Permendiknas tersebut adalah pengaturan mengenai pembagian sekolah berdasarkan jenis kebutuhan khusus yang dialami oleh anak. Salah satu kelompok anak yang mendapatkan fasilitas pendidikan luar biasa ini adalah anak tunarungu. Anak-anak dengan kebutuhan khusus ini ditempatkan di Sekolah Luar Biasa bagian B. Karateristik dari siswa ini dinilai oleh pemerintah memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki Ihsan, 2012 .

E. Penyesuaian Diri Guru Non-PLB yang Mengajar Siswa SLB-B Tunarungu

Penyesuaian diri guru non-plb yang mengajar siswa SLB-B merupakan kemampuan guru untuk memenuhi tuntutan internal dari dalam diri dan menyeimbangkannya dengan tuntutan eksternal yang berasal dari lingkungannya. Kemampuan ini ditinjau dari aspek pribadi dan sosial yang ada dalam penyesuaian diri dan faktor yang mempengaruhi proses tersebut ditinjau dari periode masa mengajar, yaitu masa awal mengajar periode 3 bulan pertama dan masa mengajar saat ini 8 tahun masa kerja.

F. Pertanyaan Penelitian

Berikut ini beberapa pertanyaan yang muncul berdasarkan teori awal yang dikaji oleh peneliti. 1. Berdasarkan aspek pribadi dan sosial yang ada di dalam proses penyesuaian diri, hal-hal apa saja yang muncul terkait aspek tersebut di masa awal mengajar dan di masa mengajar saat ini pada guru non-plb? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian diri guru non-plb di masa awal dan di masa mengajar saat ini? 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif deskriptif. Dimana peneliti mengumpulkan data berupa hasil wawancara dengan subjek. Menurut Moleong 2007, laporan penelitian kualitatif deskriptif akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Jadi, peneliti tidak melakukan pengukuran dengan angka-angka melainkan berdasarkan pemahaman terhadap gambaran yang apa adanya mengenai penyesuaian diri guru non-plb dalam mengajar siswa penyandang tunarungu. Gambaran ini akan diperoleh berdasarkan aspek pribadi dan sosial dalam penyesuaian diri guru non-plb dan faktor-faktor yang mempengaruhinya proses penyesuaian diri tersebut. Proses penyesuaian diri guru non-plb disini berdasarkan periode waktunya, yaitu pada proses penyesuaian diri di awal masa mengajar dan di masa mengajar saat ini. Masa awal mengajar adalah masa mengajar awal selama 3 bulan pertama, sedangkan masa mengajar saat ini adalah periode waktu mengajar subjek setelah masa observasi hingga sekarang, yaitu 8 tahun masa kerja.