BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-
topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini
yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, teori maksud, fenomena-fenomena pragmatik, basa-basi sebagai fenomena pragmatik, dan kategori fatis. Kerangka
berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.
2.1 Penelitian Relevan
Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap
topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari
penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, teori maksud, fenomena-fenomena pragmatik, basa-basi sebagai fenomena pragmatik, dan
kategori fatis. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan
masalah.
Penelitian Sailal Arimi 1998 berjudul “Basa-Basi Dalam Masyarakat Bahasa Indonesia”. Penelitian ini bertujuan: 1 mendapatkan gambaran
tentang etnografi berbasa-basi bagi penutur bahasa Indonesia, dan memperoleh pengetahuan yang memadai tentang aturan, atau kaidah
penyampaian basa-basi dalam bahasa Indonesia, 2 mendapatkan kejelasan kembali atas fungsi basa-basi, 3 menemukan jenis-jenis basa-basi,
distribusinya dalam wacana interaktif, beserta hubungannya dengan strategi berbasa-basi yang tepat, dan 4 menemukan kekhasannya dalam bahasa
Indonesia. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, Sailal Arimi menghasilkan
beberapa kesimpulan. Basa-basi sebagai tuturan rutin yang tidak mementingkan informasi merupakan simbol tindakan sosial secara verbal
untuk bertegur sapa, bersopan-santun, dan beramah tamah guna menciptakan hubungan solidaritas dan harmonisasi antarpenutur. Masyarakat penutur
membutuhkan basa-basi dikaitkan dengan hakikat fungsi interaksional baik untuk membina danatau mempertahankan hubungan sosial antar penutur. Dari
sudut relasi sosial antarpenutur yang dihasilkan outcome, bagi penutur basa- basi merupakan upaya untuk memperoleh rasa solidaritas dan harmonisasi
dengan mitra tutur. Dari sudut fungsi hakiki bahasa, basa-basi merupakan sejemput fenomena bahasa yang berfungsi sebagai pemelihara kerja sama dan
sangat reflektif. Basa-basi dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya
tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara
otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang
diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-
basi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan
yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar
personal. Basa-basi bersifat universal sehingga menghasilkan kekhasan- kekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan sistem bahasa.
Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari satu bahasa ke bahasa lain dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau
sebaliknya dapat menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi. Penelitian Fitri Apri Susilo 2014 berjudul Basa-basi dalam Berbahasa
Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 20132014. Dalam penelitian tersebut terdapat dua rumusan masalah yang ingin dikaji oleh
peneliti, yaitu apa sajakah wujud Basa-basi dalam Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 20132014, apa sajakah maksud Basa-
basi dalam Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 20132014. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap kedua
permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: peneliti menemukan delapan wujud Basa-basi Berbahasa Antar Guru di SMP N 12
Yogyakarta yang ditinjau dari kategori acknowledgment-nya terdiri dari delapan subkategori. Kedelapan subkategori tuturan basa-basi tersebut adalah
1 Apologize meminta maaf, 2 Condole belasungkawa, 3 Congratulate
mengucapkan salam, 4 greet memberi salam, 5 thanks berterimakasih, 6 bid memintamengundang, 7 accept menerima, 8 reject menolak.
Apologize meminta maaf yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan. Condole bela sungkawa yaitu fungsi tuturan untuk
mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur. Congatulate mengucapkan selamat yaitu fungsi tuturan mengekspresikan
kegembiraan karena ada kabar baik. Greet memberi salam yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. Thanks
berterima kasih yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Bid meminta yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Accept menerima yaitu fungsi tuturan untuk menerima
menghargai basa-basi dari mitra tutur. Reject menolak yaitu fungsi tuturan untuk menolak melanggar basa-basi dari mitra tutur.
Penelitian Rawinda Fitrotul Mualafina 2013 berjudul Basa-Basi Dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. Terdapat tiga
rumusan masalah yang dikaji oleh peneliti, yaitu 1 bagaimana bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam percakapan jual beli di pasar
tradisional Kertek, 2 apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan bentuk, jenis, dan distribusi dalam percakapan jual beli di pasar
tradisional Kertek, dan 3 bagaimana fungsi dari penggunaan basa-basi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek. Berdasarkan pemaparan hasil
analisis terhadap ketiga permasalahan dalam penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa: 1 basa-basi yang digunakan dalam komunikasi di Pasar Kertek Wonosobo ini berbeda dengan basa-basi yang digunakan di tempat
lain, 2 melalui pembahasan mengenai bentuk dan jenis, diperoleh fakta bahwa suatu kalimat mampu menyampaikan maksud yang berbeda dengan
bentuk fisik kalimat tersebut, 3 ujaran basa-basi yang digunakan di Pasar Kertek ini hadir pada tiga posisi dalam struktur percakapan jual beli terjadi,
yaitu rangkaian pembukaan atau opening sequences, rangkaian sisipan atau insertion sequences, dan rangkaian penutup atau closing sequences, 4
sebagai salah satu bentuk bahasa dalam masyarakat, penggunaan basa-basi tidak dapat terlepas dari sejumlah faktor sosial tertentu yang berpengaruh
terhadap bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam sebuah percakapan jual-beli, 5 melalui enam fungsi yang ditemui dalam penggunaan
basa-basi diketahui bahwa meskipun kehadirannya manasuka dan tidak mengandung informasi yang baru, kedudukan penggunaan basa-basi dalam
percakapan tetaplah penting dalam kaitannya dengan fungsi secara sosial. Dari ketiga penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kesamaaan dengan penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya terletak pada topik
yang sama yaitu basa-basi berbahasa. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Apri Susilo terdapat rumusan masalah yang hampir sama dengan peneliti
yaitu mengkaji tentang bentuk basa-basi berbahasa. Akan tetapi, tentu terdapat perbedaan dengan penelian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Perbedaan
ini yakni terletak pada subjek penelitian. Penelitian yang berudul “Basa-basi
dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo
” menggunakan subjek keluarga pendidik yang tinggal di Dusun Kenteng, dalam penelitiannya. Hal inilah yang membedakan dengan
peneliti-peneliti sebelumnya, dimana penelitian yang terdahulu belum ada yang menggunakan subjek yang sama dengan peneliti.
2.2 Kajian Teori