Kerangka Berpikir KAJIAN PUSTAKA

g Dengan hormat digunakan oleh penulis pada awal surat. h Hormat saya, salam takzim, wassalam digunakan oleh penulis pada akhir surat. Kategori fatis erat kaitannya dalam tuturan basa-basi. Kategori fatis dapat memperkuat maksud tuturan basa-basi yang terkandung dalam tuturan basa-basi tersebut. Kategori fatis dalam sebuah tuturan digunakan untuk memperkuat, mempertahankan, dan mengukuhkan maksud pembicaraan. Contoh: 4 P = Puji Tuhan, selamat ya sudah lulus sidangnya. MT = Iya, makasih. Penutur menggunakan partikel fatis “ya” dalam tuturannya yang digunakan untuk menegaskan kesungguhan penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Oleh karena itu, partikel dan frase fatis yang digunakan dalam tuturan basa-basi bertujuan memperkuat bukti bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi.

2.3 Kerangka Berpikir

Basa-basi merupakan suatu fenomena baru dalam studi pragmatik. Munculnya basa-basi berbahasa dalam perkembangan penggunaan bahasa digunakan untuk memulai atau mempertahankan hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur dalam kehidupan sehari-hari. Basa-basi berbahasa biasanya muncul di dalam ranah masyarakat, terlebih di dalam keluarga. Tiap anggota keluarga di dalam suatu masyarakat terdapat berbagai macam profesi, yang salah satunya adalah sebagai pendidik. Di dalam keluarga pendidik, basa-basi digunakan untuk mempererat tali persaudaraan sesama anggota keluarga. Hal ini yang menjadi fenomena baru dalam pragmatik dan menjadi kajian dari penelitian ini, yaitu basa- basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Penelitian ini menggunakan beberapa teori basa-basi serta teori-teori yang mendukung untuk menguraikan tuturan basa-basi antaranggota keluarga pendidik. Pertama, Malinowski 1923:315 dalam tesis Waridin 2008:13 mendefinisikan phatic communication sebagai “a type of speech in which ties of union are created by a mere exchange of word “. Phatic communication mempunyai fungsi sosial. Phatic communication digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata- kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Malinowski dalam tesis Arimi 1998 mengatakan basa-basi digunakan sebagai kata anonim berarti bahwa kata ini bukanlah jenis kata contrived, dibuat-buat atau yang tidak alamiah. Akan tetapi, istilah basa-basi justru mengacu pada pemakaian bahasa yang benar-benar alamiah naturally occuring language yang meresap pada konteks sosial-budaya Indonesia. Malinowski mempertegas fungsi basa-basi phatic communication, untuk mengikat antara pembaca dan pendengar. Dikatakannya fungsi tersebut bukanlah merupakan alat pencerminan bahasa tetapi sebagai modus tindakan antarpenutur. Lengkapnya ia mengatakan sebagai berikut: “it consists in just this atmosphere of sociability and in the fact personal communion of these people. But this is in fact achieved by speech, and the situation in all such cases is created by the exchanged of word, by the specific feelings which form convivial gregariousness, by the give and take of utterances which make up ordinary gossip. Each utterances is an act serving the direct aim of binding hearer to speaker sentiment or other. Once more, language appears to us in this function not as isntrument of reflection but a mode of action. “ Kedua, Jakobson 1980 dalam tesis Waridin 2008:15 mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai , mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Menurut Jakobson 1980:81 dalam tesis Waridin 2008:16, terdapat enam faktor yang berkaitan dengan fungsi dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Keenam faktor tersebut adalah addresser pengirim pesan, message pesan, addressee penerima pesan, context konteks, contact kontak, dan code kode. Ketiga, Searle 1976: 1-24 mengatakanan bahwa jenis tindak tutur yang merupakan salah satu fenomena teori pragmatik. Dalam fenomena tindak tutur, terdapat tiga bagian yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Dalam hal ini Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu: 1 tindak tutur representatif, 2 tindak tutur direktif, 3 tindak tutur ekspresif, 4 tindak tutur komisif, 5 tindak tutur deklaratif. Fenomena pragmatik Searle ini digolongkan dalam tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertututur. Secara tidak langsung basa-basi berbahasa masuk dalam pengertian bentuk tindak verbal yang digolongkan oleh Searle. Keempat, Geoffrey Leech 1983: 8 menyatakan bahwa pragmatik adalah ilmu tentang maksud dalam hubungannya dengan situasi-situasi speech situation. Proses tindak tutur ditentukan oleh konteks yang menyertai sebuah tuturan tersebut, karena memang Pragmatik mempelajari makna bahasa yang terikat konteks. Seperti halnya dalam bahasan mengenai basa-basi, tuturan akan dikatan basa-basi ditinjau melalui konteks yang melingkupinya. Berdasarkan teori basa-basi tersebut, data yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dan cakap ini dideskripsikan dan diinterpretasikan. Metode simak adalah metode dengan menyimak pertutuan langsung maupun tidak langsung di dalam ranah pendidikan. Metode cakap adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan. Penggunaan dua metode pengambilan data tersebut, peneliti diharapkan dapat memperoleh data yang memadai. Kelima, Anwar 1984:46 menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya, sehingga bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk, merayu dan sebagainya. Terlepas dari berbagai pengertian tersebut sebenarnya basa-basi memiliki fungsi untuk menyampaikan berbagai maksud. Keenam, Arimi 1998: 95 secara praktis basa-basi didefinisikan sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Dengan kata lain, basa-basi adalah fenomena lingual yang alamiah, tetapi penggunaannya mental atau menolak jika ditanyakan apakah penutur berbasa-basi. Arimi 1998: 96 juga menjelaskan bahasa secara metodologis penolakan tersebut akan lebih jelas jika dibandingkan dengan aktivitas verbal non basa-basi, seperti aktivitas marah atau serius. Bagi aktivitas marah atau serius, penutur dapat mengakui kepada mitra tuturnya bahwa ia marah atau serius. Ketujuh, Harimurti Kridalaksana 1986:111 menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan sebagai data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode dan teknik kontekstual. Metode dan teknik analisis kontekstual ini artinya adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan dan mengaitkan dengan konteks Rahardi, 2009:36. Setelah proses analisis data selesai, penelitian ini menghasilkan wujud basa-basi antaranggota keluarga pendidik serta maksud basa-basi antaranggota keluarga pendidik dalam ranah keluarga pendidik. Berikut ini adalah bagian dari kerangka berpikir yang sudah dipaparkan di atas: JAKOBSON 1980 LEECH 1983 KRIDALAK- SANA 1986 ANWAR 1984 ARIMI 1998 FENOMENA BASA-BASI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TEORI BASA-BASI MALINOWSKI 1923 DATA TUTURAN BASA-BASI WUJUD BASA-BASI DALAM KELUARGA PENDIDIK MAKSUD BASA-BASI DALAM KELUARGA PENDIDIK SEARLE 1969

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian meliputi: 1 jenis penelitian, 2 data dan sumber data, 3 metode pengumpulan data, 4 metode analisis data, dan 5 triangulasi. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena pada langkah awal peneliti mengumpulkan data-data tuturan antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo, yang mencerminkan fenomena basa-basi. Hal ini berdasarkan definisi Arikunto Arikunto, 2010:234 penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak memerlukan administrasi atau pengontrolan terhadap sesuatu perlakuan. Bogdan dan Taylor 1975:5 dalam Moleong 2006:4 mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan