Teknik Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

Tabel 9 Kategorisasi Deskripsi Resiliensi Siswa Penghitungan skor Rerata Frekuensi Presentase Keterangan µ + 1,5 σ X X ≥ 202 16 24,6 Sangat tinggi µ + 0,5 σ X ≤ µ + 1,5 σ 171 X ≤ 202 42 64,6 Tinggi µ - 0,5 σ X ≤ µ + 0,5 σ 140 X ≤ 171 7 10,8 Sedang µ - 1,5 σ X ≤ µ - 0,5 σ 109 X ≤ 140 Rendah X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 109 Sangat Rendah Kategorisasi deskripsi resiliensi siswa ini jika digambarkan dalam bentuk diagram dapat dilihat sebagai berikut: Grafik 1 Diagram Deskripsi Resiliensi Siswa Tabel dan diagram menerangkan bahwa: a. Terdapat 24,6 atau 16 siswa termasuk dalam kategori sangat tinggi b. Terdapat 64,6 atau 42 siswa termasuk dalam kategori tinggi c. Terdapat 10,8 atau 7 siswa termasuk dalam kategori sedang d. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori rendah e. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah 10 20 30 40 50 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 16 42 7 Series 1

2. Hasil analisis butir-butir instrumen resiliensi yang terindikasi

rendah Berdasarkan hasil pengolahan data telah didapat skor-skor item yang masuk dalam kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Item yang berada dalam kategori sedang, rendah dan sangat rendah adalah item yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial. Hasil pengkategorisasian skor item resiliensi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 10 Kategorisasi Skor Item Resiliensi Penghitungan skor Rerata Frekuensi Presentase Keterangan µ + 1,5 σ X X ≥ 211 16 25,9 Sangat tinggi µ + 0,5 σ X ≤ µ + 1,5 σ 179 X ≤ 211 36 58 Tinggi µ - 0,5 σ X ≤ µ + 0,5 σ 146 X ≤ 179 8 14,5 Sedang µ - 1,5 σ X ≤ µ - 0,5 σ 114 X ≤ 146 1 1,6 Rendah X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 114 Sangat Rendah Kategorisasi skor item resiliensi siswa ini jika digambarkan dalam bentuk diagram dapat dilihat sebagai berikut: Grafik 2 Diagram Kategorisasi Skor Item Resiliensi Siswa Tabel dan diagram menerangkan bahwa: a. Terdapat 25,9 atau 16 item termasuk dalam kategori sangat tinggi b. Terdapat 58 atau 36 item termasuk dalam kategori tinggi c. Terdapat 14,5 atau 8 item termasuk dalam kategori sedang d. Terdapat 1,6 atau 1 item yang masuk dalam kategori rendah e. Tidak ada item yang masuk dalam kategori sangat rendah Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 8 item yang masuk dalam kategori sedang dan 1 item yang masuk dalam kategori rendah. Kesembilan item tersebut akan dijadikan dasar dalam pembuatan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang relevan bagi siswa. Item-item tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. 10 20 30 40 Sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah 16 36 9 1 Series 1

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Resiliensi Siswa Kelas XI SMA Negeri Wuryantoro Tahun Ajaran

20152016 masuk dalam kategori tinggi Berikut ini disajikan pembahasan deskripsi kemampuan resiliensi siswa kelas XI SMA N I Wuryantoro Tahun ajaran 20152016. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa 64,6 kelas XI SMA N I Wuryantoro Tahun ajaran 20152016 memiliki resiliensi yang tinggi, hal ini dapat diartikan bahwa siswa memiliki tingkat resiliensi yang baik. Siswa yang memiliki resiliensi yang baik adalah siswa yang mampu mengontrol emosi dan bersikap tenang meskipun berada di bawah tekanan, mampu mengotrol dorongannya dan membangkitkan pemikiran yang mengarah pada pengendalian emosi, bersifat optimis mengenai mengenai masa depan cerah, mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah mereka secara akurat, memiliki empati, memiliki keyakinan diri, memiliki kompetensi untuk mencapai sesuatu. Tingkat resiliensi siswa yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor individual, faktor keluarga, dan faktor komunitas Everall, dkk, 2006. Sedangkan Grotberg 1999: 3 menyatakan bahwa resiliensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama adalah sumber dukungan sosial yang meliputi hubungan yang baik dengan keluarga, lingkungan sekolah yang menyenangkan, ataupun hubungan dengan orang lain di luar keluarga. Kedua, kemampuan individu yang meliputi kekuatan yang terdapat pada individu tersebut seperti percaya diri dan bangga pada diri sendiri, bersikap baik dan tenang, beriman, mencintai dan berempati, mandiri dan bertanggung jawab. Ketiga, kemampuan sosial dan interpersonal yang dapat bersumber dari apa saja yang dapat dilakukan oleh individu sehubungan dengan keterampilan-keterampilan sosial dan interpersonal. Keterampilan ini antara lain; mengatur berbagai perasaan dan rangsangan di mana individu dapat mengenali perasaan mereka, mengenali berbagai jenis emosi, kreatif, humoris, menemukan bantuan, memiliki keterampilan sosial yang baik, serta kemampuan dalam memecahkan masalah. Tingginya tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA N I Wuryantoro Tahun ajaran 20152016 dapat juga disebabkan oleh faktor individual yaitu kemampuan kognisi yang baik, konsep diri yang positif tentang dirinya, kemampuan menjalin relasi yang baik dengan orang lain, kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi, kemampuan mengontrol dorongan-dorongan dari dalam diri, dan kemampuan untuk tidak menyalahkan diri sendiri. Individu yang resilien, memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi, tingkah laku, dan atensi dalam menghadapi masalah. Sebaliknya individu yang memiliki resiliensi rendah akan kesulitan untuk mengontrol emosi dan sulit beradaptasi, menjalin dan memepertahankan hubungan dengan orang lain. Individu akan cenderung untuk terjebak dalam emosinya dan sulit membuat keputusan dengan tepat, sulit menghadapi permasalahan dalam hidup dengan positif, serta tidak terbuka pada pengalaman baru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Gottman 1997 yang menunjukkan bahwa dengan mengaplikasikan regulasi emosi dalam kehidupan akan berdampak positif baik bagi kesehatan fisik, keberhasilan akademik, kemudahan dalam membina hubungan dengan orang lain dan meningkatkan resiliensi. Resiliensi yang dimiliki siswa memiliki efek terhadap kesehatan siswa secara fisik, mental, serta menentukan keberhasilan siswa dalam berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungannya Reivich Shatte, 2002. Kapasitas resiliensi ada pada setiap orang, artinya setiap individu lahir dengan kemampuan untuk bertahan dari penderitaan, kekecewaan, atau tantangan. Resiliensi dapat dilihat jelas apabila seseorang berada pada tantangan atau masalah. Semakin seseorang berhadapan dengan banyak tantangan dan permasalahan dalam hidupnya, maka semakin terlihat apakah seseorang tersebut mampu mengembangkan karakteristik resiliensi dalam dirinya atau tidak Bobey, 1999. Selain faktor individu, faktor keluarga dan komunitas juga turut berperan dalam menciptakan siswa yang resilien. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bryan 2005 yang mengemukakan bahwa sekolah, keluarga dan komunitas dapat menciptakan kesempatan yang baik untuk mengembangkan resiliensi pada siswa. Hal ini karena keluarga dan komunitas dapat membantu menghilangkan stressor, batasan maupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rintangan dalam mencapai prestasi akademik. Sekolah komunitas mampu meningkatkan resiliensi siswa karena sekolah mampu menciptakan suasana yang harmonis dan melindungi anak dari kesulitan Borman Rachuba, 2001. Dengan kata lain sekolah membuat lingkungan belajar yang positif, dimana kompetensi akademik dan potensi siswa didukung secara baik, dan mengurangi masalah perilaku Close Solberg, 2007. Hasil penelitian siswa kelas XI SMA N I Wuryantoro Tahun ajaran 20152016 ditemukan 10,8 siswa berada pada tingkat resiliensi rendah. Rendahnya tingkat resiliensi pada siswa dapat juga disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga, dan faktor komunitaslingkungan. Faktor individu yang biasanya muncul pada siswa, antara lain; merasa rendah diri, tidak berharga, tidak puas atas apa yang telah dilakukannya, mudah putus asa, dan tidak percaya diri. Untuk faktor keluarga, ada kecenderungan siswa merasa tidak dihargai oleh keluarga, tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga, diperlakukan tidak adil sebagai sebagai anak maupun kakak atau adik. Untuk faktor komunitas lingkungan, ada kecenderungan siswa tidak mampu mengatur emosinya pada orang lain, tidak didukung oleh lingkungannya, merasa dikucilkan atau diabaikan oleh komunitasnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI