Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun)

(1)

OPINI REMAJA TERHADAP PESTA RONDANG BITTANG

(Studi Deskriptif Komparatif Mengenai Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang Pada Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA

Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DINI HANISYAHFITRI S 050904110

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun). Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimanakah opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Jalan Mahoni Raya No.4 Perumnas Batu Anam Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, dan SMA Negeri 1 kecamatan Dolok Batunanggar Jalan Sisingamangaraja No.1 Serbelawan. Dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2009.

Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Opini Publik, Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory), dan Kebudayaan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 545 orang dengan menggunakan rumus Arikunto didapatkan sampel sebanyak 82 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel ini menggunakan Disproportional Stratified Sampling dan Purposive

Sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan

kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perbandingan opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbandingan yang mencolok di antara kedua sekolah tersebut, yaitu Responden di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar lebih banyak yang tahu mengenai acara-acara yang terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang terutama di bidang kesenian, seperti hagualon, festival seruling, festival ilah, konser musik tradisional, dan beberapa jenis olahraga tradisional Simalungun seperti marjalekkat, marsaleper ganjang,

margalah, dan marultop. Sedangkan responden di SMA Negeri 1 Kecamatan

Dolok Batunanggar, mayoritas respondennya hanya tahu di beberapa acara saja dibandingkan responden di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar, yaitu vokal grup, festival busana pengantin Simalungun, sappak hotang, dan parade kontingen. Para siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai berbagai acara di Pesta Rondang Bittang dibandingkan dengan siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar. Tetapi siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar lebih tinggi tingkat keaktifannya dalam mengikuti berbagai acara di dalam Pesta Rondang bittang.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun), guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada kedua orang tua peneliti, D. Sinaga, BA (Ayah) dan A. Nirwana (Ibu) yang selalu menjaga, mendoakan, memberi nasehat, semangat serta dukungan moral dan materi. Sungguh tiada kata yang dapat tergambarkan betapa berharganya kedua orang tua bagi peneliti. Lalu peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih buat adik-adik peneliti (Herdi, Wanda dan Dina) yang selalu memberikan semangat dan dukungan bagi peneliti.

Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing serta memberi masukan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si selaku dosen wali peneliti.

6. Terima kasih buat para dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu kepada peneliti. Terima kasih buat semangat, nasehat, motivasi dan arahannya selama proses belajar mengajar.

7. Kak Icut, Kak Maya, dan Kak Ros yang telah membantu dalam proses administrasi.

8. Sahabat-sahabat terbaikku WINTER, Loren, Tasya, Wulan, Asri, Edy, dan Natal (terimakasih atas semua kenangan indah, suka dan duka yang Kita lalui bersama, “Friendship’s never die”).

9. Buat rekan-rekan seperjuangan di PostCity (sungguh membanggakan punya kawan-kawan yang rela berkorban tanpa pamrih seperti kalian). 10. Buat para penghuni Kos Dr. Mansyur 21 (Kak Ratna, Tika, Dani, Lusi,

Devi), terimakasih atas supportnya.

11. Buat teman-teman peneliti angkatan 2005 Ilmu Komunikasi FISIP USU, Widya, Nanda, Tari, Yori, Hanita, Dona, Suryansyah, Mesdi, Mamet, Ade, dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.


(5)

12. Buat para pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun, terimakasih atas informasi yang telah diberikan sehingga membantu penyelesaian skripsi ini.

13. Buat para guru di sekolah tempat penelitian (SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun), terima kasih telah membantu untuk menyebarkan kuesioner kepada para siswa dan kepada para siswa yang menjadi responden terima kasih telah meluangkan waktunya untuk menjawab kuesioner yang diberikan peneliti.

14. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, peneliti mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Peneliti, Maret 2010


(6)

DAFTAR ISI

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Bagan ... vii

Daftar Tabel ... ... viii

Daftar Lampiran ………. ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Pembatasan Masalah ... 6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I.4.1. Tujuan Penelitian ... 7

I.4.2. Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Kerangka Teori ... 8

I.5.1. Komunikasi ... 8

I.5.2. Opini Publik ... 10

I.5.3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgement Theory) ... 13

I.5.4. Kebudayaan ... 16

I.6. Kerangka Konsep ... 19

I.7. Model Teoritis ... 21

I.8. Operasionalisasi Variabel ... 22

I.9. Definisi Operasional ... 24

I.10. Sistematika Penulisan ... 28

BAB II URAIAN TEORITIS ... 29

II.1. Komunikasi ... 29

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 29

II.1.2. Ruang Lingkup Komunikasi ... 31

II.1.3. Komunikasi Model Lasswell... 37

II.2. Opini Publik ... 38

II.3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgement Theory) ... 50

II.4. Kebudayaan ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58

III.1.1 SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar ... 58

III.1.1.1.Visi dan Misi ... 58

III.1.1.2.Struktur Organisasi Sekolah ... 59


(7)

III.1.3.1.Lambang Kabupaten Simalungun ………. 62

III.1.3.2.Letak dan Luas Wilayah ………. ... . 64

III.1.3.3.Iklim dan Penduduk ………. ... 66

III.1.3.4.Visi dan Misi ………. ... 66

III.1.3.5.Tujuan dan Sasaran Pembangunan……… 67

III.2. Metode Penelitian ………. ... 68

III.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. .... 69

III.3. Populasi dan Sampel ... 70

III.3.1. Populasi ... 70

III.3.2. Sampel ... 72

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 72

III.4.1. Stratifikasi Disproporsional (disproportional stratified sampling) 72 III.4.2. Purposive Sampling ... 75

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 76

III.6. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 77

IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data Di Lapangan ... 77

IV.1.1. Tahap Persiapan ... 77

IV.1.2. Tahap Pengumpulan Data ... 78

IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 79

IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 80

IV.3.1. Karakteristik Responden (Pembahasan) ... 81

IV.3.2. Opini Remaja (Pembahasan) ... 85

IV.3.3. Pesta Rondang Bittang (Pembahasan) ... 91

BAB V PENUTUP ... 127

V.1. Kesimpulan ... 127

V.2. Saran ... 129 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Gambar 1 Proses Pembentukan Opini Publik ... 12

Gambar 2 Model Teoritis ... 21

Gambar 3 Proses Pembentukan Opini Publik ... 44

Gambar 4 Unsur-unsur Kebudayaan ... 55

Gambar 5 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar ... 59

Gambar 6 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar 62


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel ... . 22

Tabel 2 Data Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar ... . 71

Tabel 3 Data Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar ... . 71

Tabel 4 Sampel Stratifikasi Disproporsional ... 73

Tabel 5 Jenis Kelamin ... . 81

Tabel 6 Suku ... . 82

Tabel 7 Agama yang Dianut ... . 83

Tabel 8 Apakah Pernah Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang 84 Tabel 9 Reaksi Saat Pertama Kali Mengetahui Adanya Penyelenggaraan Pesta Rondang Bittang ... 85

Tabel 10 Berkeinginan Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang .. 86

Tabel 11 Besarnya Keinginan Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang ... 87

Tabel 12 Faktor yang Menyebabkan Ingin Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang ... 88

Tabel 13 Apakah Setelah Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang Muncul Keinginan Untuk Mengenal dan Melestarikan Kebudayaan Daerah Simalungun ... 90

Tabel 14 Darimana Pertama Kali Mengetahui tentang Adanya Penyelenggaraan Pesta Rondang Bittang ... 91

Tabel 15 Apakah Pesta Rondang Bittang Termasuk Kegiatan yang Sering Dihadiri dan Disaksikan ……….... 93

Tabel 16 Apakah Mengetahui Siapa yang Menyelenggarakan Pesta Rondang Bittang ……….. 94

Tabel 17 Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Acara yang Terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang ... 95

Tabel 18 Persentase Tingkat Pengetahuan tentang Acara yang Terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang ……… 96

Tabel 19 Frekuensi Acara yang Pernah Diikuti dalam Pesta Rondang Bittang 109 Tabel 20 Persentase Acara yang Pernah Diikuti dalam Pesta Rondang Bittang 110 Tabel 21 Apakah Mendapat Informasi dengan Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang ……… 119

Tabel 22 Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang Membuat Lebih Menghargai dan Mencintai Kebudayaan Daerah ……… 120

Tabel 23 Apakah Benar Setelah Sekali Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang, Berkeinginan Menghadiri dan Menyaksikannya Lagi ……… 122

Tabel 24 Tingkat Kemenarikan Pesta Rondang Bittang ……… 124


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 2. Tabel Foltron Cobol

3. Tabel Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pesta Rondang Bittang 4. Kebudayaan Simalungun di dalam Pesta Rondang Bittang 5. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 7. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi


(11)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun). Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimanakah opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Jalan Mahoni Raya No.4 Perumnas Batu Anam Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, dan SMA Negeri 1 kecamatan Dolok Batunanggar Jalan Sisingamangaraja No.1 Serbelawan. Dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2009.

Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Opini Publik, Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory), dan Kebudayaan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 545 orang dengan menggunakan rumus Arikunto didapatkan sampel sebanyak 82 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel ini menggunakan Disproportional Stratified Sampling dan Purposive

Sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan

kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perbandingan opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbandingan yang mencolok di antara kedua sekolah tersebut, yaitu Responden di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar lebih banyak yang tahu mengenai acara-acara yang terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang terutama di bidang kesenian, seperti hagualon, festival seruling, festival ilah, konser musik tradisional, dan beberapa jenis olahraga tradisional Simalungun seperti marjalekkat, marsaleper ganjang,

margalah, dan marultop. Sedangkan responden di SMA Negeri 1 Kecamatan

Dolok Batunanggar, mayoritas respondennya hanya tahu di beberapa acara saja dibandingkan responden di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar, yaitu vokal grup, festival busana pengantin Simalungun, sappak hotang, dan parade kontingen. Para siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai berbagai acara di Pesta Rondang Bittang dibandingkan dengan siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar. Tetapi siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar lebih tinggi tingkat keaktifannya dalam mengikuti berbagai acara di dalam Pesta Rondang bittang.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki beragam kebudayaan dengan corak yang khas. Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, komunitas kota, kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, dapat menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Sebaliknya, terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama unsur-unsur yang berbeda dengan kebudayaannya sendiri. Pola khas tersebut berupa wujud sistem sosial dan sistem kebendaan. Pola khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk khusus yang tidak terdapat pada kebudayaan lain.

Kebudayaan Indonesia terdiri dari beragam kebudayaan daerah yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, salah satunya di Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan dari etnis

Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, yaitu : yang berdomisili di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat (Pesisir Timur)


(13)

Tapanuli Tengah, Kota Sibolga; Tapanuli Selatan, Padang Lawas, dan Mandailing Natal; di Kabupaten Simalungun Barat; Barat)

Suku Batak terdiri dari beberapa sub-suku yang berdomisili di wilayah da suku Batak terdiri dari

Salah satu bagian dari etnis Batak adalah Suku Simalungun yang berdomisili di daerah Kabupaten Simalungun yang berbatasan dengan : Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah utara, Kabupaten Samosir di sebelah selatan, Kabupaten Asahan di sebelah Timur dan Kabupaten Karo di sebelah Barat. Sama seperti suku lainnya di Indonesia, suku Simalungun juga memiliki kekayaan seni budaya tradisional tersendiri, yang pada hakikatnya turut memperkaya Kebudayaan Nasional. Dalam pasal 32 UUD 1945 dinyatakan, “Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi-daya rakyat Indonesia seluruhnya”. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai Kebudayaan Bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak elemen-elemen baru dari


(14)

kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Namun, pada akhir-akhir ini kebudayaan daerah terasa cenderung menuju kepunahan. Akibat semakin meningkatnya pola pikir masyarakat, pesatnya perkembangan pembangunan di segala bidang, majunya teknologi, dan besarnya pengaruh budaya luar terlebih pada kota-kota besar, telah mengakibatkan seni budaya tradisional semakin terdesak.

Gejala-gejala yang terlihat dewasa ini memperlihatkan mulai diabaikannya ciri-ciri khas kebudayaan oleh suatu masyarakat di daerah itu sendiri. Khususnya remaja, perhatian dan kepedulian mereka terhadap kebudayaan daerah sangatlah minim. Hal ini terlihat dari kurangnya pengetahuan mereka tentang kebudayaan daerah. Apalagi ditambah dengan semakin berkembangnya budaya populer di Indonesia, menyebabkan semakin ditinggalkannya kebudayaan daerah. Para remaja lebih tertarik mempelajari budaya asing dan mengikuti tren yang cenderung kebarat-baratan. Dilihat dari berbagai segi kehidupan gejala-gejala ini akan merugikan daerah tersebut, terlebih dalam rangka pembinaan dan pengembangan Kebudayaan Nasional.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Simalungun, sejak tahun 1981 telah menyelenggarakan Pesta Rondang Bittang yang diadakan setiap tahun dengan lokasi berada di daerah Kabupaten Simalungun dengan tuan rumah tiap daerah kecamatan yang diadakan secara bergiliran. Pesta rakyat ini dimeriahkan oleh masyarakat Simalungun dari seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Simalungun (sekarang ada 31 kecamatan).


(15)

Rondang Bittang adalah merupakan suatu kegiatan yang bersifat massal serta tradisional pada suku Simalungun yang pada mulanya berupa kegiatan pesta yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat untuk mengungkapkan rasa kegembiraan setelah selesai panen, pada saat bulan purnama dimana bintang-bintang turut menambah keindahan terang bulan tersebut. Acara yang ditampilkan ada berbagai macam seperti menari (manortor), menyanyi ( taur-taur), berbalas pantun (maruppasa) dengan diiringi musik tradisional seperti Gual, Sulim, Sordam, Tulila dan sebagainya dan bahkan juga ada kegiatan olahraga ketangkasan tradisional.

Pesta Rondang Bittang merupakan penyampaian rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala keberhasilan hidup dalam satu tahun penuh, mempererat rasa kekeluargaan, melestarikan seni budaya bangsa sebagai peninggalan para leluhur, kesempatan bersuka ria di antara seluruh warga masyarakat, dan pewarisan serta kesempatan mempelajari seni budaya bagi generasi muda dan remaja.

Pesta Rondang Bittang yang baru-baru ini berlangsung yaitu Pesta Rondang Bittang XXIV, yang diadakan pada bulan Agustus 2009 di Balai Karya Murni Perdagangan, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun. Acara ini diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Simalungun melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Partuha Maujana Simalungun (pemuka adat), Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Seniman dan Budayawan serta Organisasi yang peduli dengan budaya Simalungun.


(16)

Kegiatan perlombaan seni dan budaya Simalungun yang diadakan dalam Pesta Rondang Bittang, yaitu : festival manggual (memukul gong), marsarunei (meniup seruling) dan tor-tor Sombah, perlombaan vokal grup, perlombaan seruling bambu/sulim buluh dan taur-taur simbandar, ilah, tor-tor improfisasi,

sordam, tulila, festival busana pengantin Simalungun, permainan anak, dan inggou turi-turian. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan olahraga tradisional yaitu marjalekkat, marsaleper ganjang, margalah, marultop, dan sappak hotang.

Pesta Rondang Bittang pada masa sekarang ini menjadi lebih beragam yaitu dengan adanya kegiatan pendukung. Sebagai kegiatan pendukung pada acara ini antara lain : konser musik, pagelaran sendra tari (fraghment) legenda batu gantung, atraksi marching band dan lomba cipta lagu Simalungun. (www.simalungunkab.go.id)

Peserta perlombaan/ pertandingan dan partisipan dalam Pesta Rondang Bittang merupakan masyarakat dari seluruh kecamatan di Kabupaten Simalungun, termasuk para siswa dari berbagai sekolah di daerah tersebut. Masing-masing kecamatan melalui pihak sekolah mengirimkan siswanya untuk mengikuti setiap perlombaan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara/ panitia. Menurut keterangan dari pihak penyelenggara dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Simalungun, salah satu sekolah yang selalu berperan aktif dalam acara ini adalah SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya siswa dari kedua sekolah tersebut yang ikut serta hampir di setiap perlombaan/ pertandingan yang diadakan.


(17)

Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :

”Bagaimanakah opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bersifat deskriptif komparatif, yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis dan membandingkannya, tidak mencari tahu atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Objek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

3. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XII yang pernah menghadiri dan menyaksikan Pesta Rondang Bittang.


(18)

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

2. Untuk mengetahui tanggapan pro atau kontra terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

I.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu komunikasi FISIP USU, serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap kebudayaan daerah, khususnya kebudayaan daerah Simalungun di mana peneliti berasal dari sana.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di bidang Ilmu Komunikasi.

3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi masukan yang berarti bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Simalungun pada khususnya, dalam mengenal dan melestarikan kebudayaan daerah Simalungun seperti masyarakat dapat mengetahui acara yang ditampilkan, kegiatan perlombaan seni dan budaya Simalungun serta olahraga tradisional yang diadakan dalam Pesta


(19)

Rondang Bittang, generasi muda mengetahui bahasa daerah, pakaian tradisional, makanan khas daerah Simalungun, dan sebagainya.

I.5. Kerangka Teori

Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2006:45).

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini antara lain: I.5.1. Komunikasi

Dewasa ini ilmu komunikasi dianggap penting dalam kehidupan bermasyarakat sebab sebagaimana diketahui bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian di muka bumi ini. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak dapat dipisahkan apa lagi ditinggalkan dari kehidupan kita, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat.

Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain, yang disebabkan oleh hubungan tersebut, menimbulkan interaksi sosial


(20)

(social interaction) dan terjadinya interaksi sosial disebabkan oleh interkomunikasi (intercommunication) (Effendy, 2002:3).

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari bahasa Latin : Communicatio dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2002:9).

Menurut Fisher, komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi. Oleh karena itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitos atau serba hadir, artinya komunikasi berada dimanapun dan kapanpun juga (Arifin, 2003:20).

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Mulyana, 2002:136). Selain itu, pengertian komunikasi secara paradigmatis adalah komunikasi yang mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, maupun media non massa seperti surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dan sebagainya. Secara paradigmatis komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior), baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media massa (Effendy, 2002:2-4) dan salah satu cara dalam menyampaikan pesan tersebut adalah melalui penyelenggaraan pesta kebudayaan.


(21)

Menurut Harold Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : who (siapa), says what (mengatakan apa), in which channel (dengan saluran apa), to

whom (kepada siapa), with what effect (dengan pengaruh bagaimana) (Mulyana,

2002:62).

Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan (Effendy, 2002:6). Dalam komunikasi, umpan balik dapat diartikan sebagai respon ; yakni pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberitahu sumber tentang reaksi penerima.

I.5.2. Opini Publik

Istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah orang (Olii, 2007:20). Dapat digunakan untuk menandakan suatu pengumpulan pendapat yang dikemukakan oleh individu-individu atau pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah orang dari kumpulan tertentu dan bukan dalam pengertian semua orang tanpa batas dan ketentuan khusus pula. Menurut Cutlip dan Center, opini merupakan suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda (Olii, 2007:33).

Opini atau pendapat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan

2. Merupakan kesatuan dari banyak pendapat


(22)

Berdasarkan ciri-ciri di atas maka dapat disimpulkan bahwa opini memiliki sifat terbuka dan merupakan satu kesatuan dari pendapat umum serta mempunyai jumlah pendukung yang besar. Opini dapat juga dinyatakan secara aktif maupun pasif dan verbal secara terbuka melalui pilihan kata-kata yang tersamar dan tidak secara langsung, sehingga dapat diartikan sebagai konatif.

Menurut Albig, opini berupa reaksi pertama di mana orang mempunyai rasa ragu-ragu dengan sesuatu, yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokkan, dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31).

Opini merupakan tanggapan aktif terhadap rangsangan. Tanggapan disusul melalui interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pikiran dan kesediannya terhadap sesuatu yang terjadi. Abelson menyebutkan unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief (kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), dan perception (persepsi) (Kasali, 1994:20).

Akar dari opini sebenarnya tidak lain adalah persepsi. Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut akan mempengaruhi perilaku kita. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang berkembang. Komponen ini sepertinya memberikan suatu rekaman di benak seseorang dan siap diputar di kemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk


(23)

Interpretasi ini melahirkan pendirian/sikap (attitude) seseorang yaitu apa yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Sikap juga merupakan opini yang masih tersembunyi di dalam hati seseorang. Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau situasi. Sikap mempunyai 3 komponen pembentuk yang secara sederhana dikenal sebagai cognition (pengertian), affect (perasaan/emosi), dan behaviour (perilaku).

Sikap yang diungkapkan dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh, simbol, raut wajah, ekspresi, warna pakaian yang dipakai, ruangan, dan waktu yang disediakan untuk bertemu), disebut opini (Kasali, 1994:23).

Secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini. Gambar 1

Proses Pembentukan Opini Publik Faktor Penentu

- Latar belakang budaya

- Pengalaman masa lalu Persepsi Opini Konsensus Opini Publik - Nilai-nilai yang dianut

- Berita yang berkembang - Cognation Sikap - Affect

- Behaviour Sumber : (Ruslan, 1997:56)

Opini publik merupakan pendapat yang ditimbulkan oleh adanya 4 unsur sebagai berikut :

1. Adanya suatu masalah atau situasi yang bersifat kontroversial.

2. Adanya publik yang secara spontan tertarik kepada masalah tersebut, melibatkan diri ke dalamnya, dan berusaha untuk memberikan pendapatnya.


(24)

3. Adanya kesempatan untuk bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah yang kontroversial oleh suatu publik.

4. Adanya interaksi dari individu-individu dalam publik yang menghasilkan suatu pendapat yang bersifat kolektif untuk diekspresikan (Sastropoetro, 1990:54).

Maka dapat disimpulkan bahwa opini publik adalah kesatuan pendapat yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan, membicarakan isu yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha untuk mengatasinya.

Munculnya opini pada seseorang atau sejumlah orang disebabkan ia atau mereka menerima suatu pesan dari komunikator. ”Proses pembentukan opini” digambarkan mulai dari persepsi seseorang hingga terbentuknya suatu opini publik, yakni berakar dari latar belakang budaya, pengalaman-pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita yang sedang berkembang. Dari proses inilah yang akan melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuk suatu opini publik, apakah nantinya bersifat mendukung, dan menentang atau berlawanan.

I.5.3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog dari Oklahoma University AS (Barker, 1987). Secara ringkas teori ini menyatakan bahwa perubahan sikap seseorang terhadap objek sosial dan isu tertentu merupakan hasil proses pertimbangan (judgement) yang terjadi dalam diri orang


(25)

Proses ”mempertimbangkan” isu atau objek sosial tersebut menurut Sherif berpedoman pada kerangka rujukan (reference points) yang dimiliki seseorang. Kerangka rujukan inilah untuk menentukan bagaimana seseorang memposisikan suatu pesan persuasif yang diterimanya. Lebih jauh Sherif menegaskan bahwa tindakan memposisikan dan menyeleksi pesan yang dilakukan oleh alam bawah sadar kita terjadi sesaat setelah proses persepsi.

Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali atau pendefinisian kembali terhadap objek. Sikap dijelaskan sebagai suatu daerah posisi dalam suatu skala, yang mencakup :

a. Ruang gerak penerimaan (latitude of acceptance).

Adalah rangkaian posisi sikap diterima atau ditolerir oleh individu. b. Ruang gerak penolakan (latitude of rejection).

Adalah rangkaian posisi sikap yang tidak dapat diterima oleh individu. c. Ruang gerak tidak pasti (latitude of non-commitment)

Adalah posisi-posisi yang tidak termasuk dalam dua ruang tersebut. Jadi individu tidak menerima, tetapi juga tidak menolak.

Interaksi antara ruang gerak inilah yang akan menentukan sikap individu terhadap pernyataan-pernyataan tertentu dalam situasi tertentu. Kalau pernyataan itu jatuh pada ruang gerak penerimaan, maka individu akan setuju dengan pernyataan itu. Jika pernyataan itu jatuh ke ruang gerak penolakan, individu tersebut akan tidak menyetujuinya

Perubahan sikap menurut teori ini terjadi jika informasi pembujukan jatuh di dalam atau berdekatan dengan ruang gerak penerimaan seseorang. Sikap akan berubah sesuai dengan arah isi informasi yang disampaikan. Posisi yang


(26)

ditawarkan dalam informasi pembujukan terserap (assimilated) ke dalam posisi penerima sendiri. Sebaliknya, jika informasi pembujukan jatuh dalam ruang gerak penolakan, sikap penerima tidak akan berubah atau berubah berlawanan arah dari isi informasi yang disampaikan. Posisi yang ditawarkan bertentangan (contrasted) dengan sikap dan posisi penerima.

Proses perubahan sikap bergantung kepada keteguhan individu dalam berpegang pada suatu nilai atau pandangan. Apabila individu berpegangan pada pandangan yang ekstrim dalam suatu hal, maka ruang gerak penerimaannya adalah sempit. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya perubahan sikap bagi individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya, individu yang tidak ekstrim berpegang pada suatu pandangan, memiliki ruang gerak penerimaan yang luas pula. Semakin luas ruang gerak penerimaan seseorang, semakin besar pula kemungkinan terjadi perubahan sikap pada individu yang bersangkutan.

Menurut Goldstein (1980), teori pertimbangan sosial bermanfaat dalam mengkaji kesan ketidakcocokan antara posisi yang ditawarkan dan posisi awal dari penerima. Menurut beliau, teori ini sebenarnya lebih banyak menjelaskan tentang penyimpangan-penyimpangan dari posisi yang ditawarkan daripada tentang perubahan sikap.

Teori ini memprediksikan argumen-argumen yang akan diterima serta ditolak oleh khalayak. Manusia selalu membandingkan sesuatu yang dianjurkan dalam sebuah pesan dengan sikap awal sebagai titik pedoman dalam menilai sesuatu yang kemudian akan menentukan apakah anjuran tersebut diterima atau tidak.


(27)

Untuk menentukan pilihan pro atau kontra masyarakat selalu melewati tahapan pertimbangan. Dalam menyeleksi sebuah pesan atau informasi yang masuk, masyarakat mempertimbangkannya terlebih dahulu untuk mengeluarkan pendapatnya untuk menerima atau menolak informasi tersebut.

I.5.4. Kebudayaan

Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 2003:72).

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan kata jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal (Koentjaraningrat, 2003:73). Culture mempunyai kesamaan arti dengan kebudayaan yang berasal dari kata lain colere yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Koentjaraningrat, 2003:74).

Dalam pengertian sehari-hari, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama seni suara dan seni tari. Akan tetapi apabila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu sosial, maka kesenian merupakan salah satu bagian saja dari kebudayaan. Kebudayaan itu sangat kompleks, yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semua hal yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola


(28)

perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2004:172-173).

Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan jenis-jenisnya, yaitu :

− Hidup-kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan negeri; tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan kesusilaan.

− Angan-angan manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.

− Kepandaian manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis; semuanya bersifat indah.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayaan adalah sebagai semua hasil karya, rasa, cipta dan karsa masyarakat.

a. Karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi dan karya-karya kebendaan atau budaya materi yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai dan menundukkan alam sekitarnya, sehingga produk dari budaya materi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

b. Rasa adalah spiritual culture, meliputi unsur mental dan kejiwaan manusia. Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan norma sosial atau yang disebut dengan pranata sosial. Apa yang dihasilkan rasa digunakan untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan.


(29)

c. Cipta merupakan immaterial culture, yaitu bukan budaya spiritual culture yang menghasilkan pranata sosial namun cipta yang menghasilkan gagasan, berbagai teori, wawasan, dan semacamnya yang bermanfaat bagi masyarakat.

d. Karsa adalah kemampuan untuk menempatkan karya, rasa dan cipta, pada tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan kepentingannya bagi seluruh masyarakat (Bungin, 2006:52).

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) IDEAS (gagasan) merupakan wujud ideal kebudayaan, adalah kebudayaan

yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, peraturan, dan sebagainya yang sifatny disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2) ACTIVITIES (aktivitas/tindakan), adalah wujud kebudayaan sebagai suatu

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang sali bergaul denga berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.


(30)

3) ARTIFACTS (Artefak/karya), wujud kebudayaa

dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan (Koentjaraningrat, 2003:74).

I.6. Kerangka Konsep

Menurut Kerlinger konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Rakhmat, 2004:12). Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan semua fenomena yang sama (Kriyantono, 2006:17).

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Opini Remaja Pada Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun, dengan menggunakan karakteristik responden.

Faktor penentu dalam proses pembentukan opini publik adalah latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita yang berkembang. Unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief (kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), dan perception (persepsi) (Kasali, 1994:20). Kemudian akan


(31)

menyebabkan munculnya sikap dari masyarakat berupa cognation (pengertian),

affect (pengaruh), dan behaviour (perilaku) (Ruslan, 1997:56).

2. Pesta Rondang Bittang.

Wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu Ideas (gagasan),

activities (tindakan), dan artifacts (karya) (Koentjaraningrat, 2003:74).

Pesta Rondang Bittang merupakan kegiatan kebudayaan yang terdiri dari berbagai gagasan, tindakan, dan karya masyarakat Simalungun. Hal tersebut meliputi :

a. Acara Ritual (mamuhun dan maranggir)

b. Kegiatan Kesenian Tradisional, yaitu : hagualon, vokal grup, festival seruling, festival ilah, tor-tor improfisasi, festival sordam, festival tulila, festival busana pengantin Simalungun, festival permainan anak, dan festival inggou turi-turian.

c. Kegiatan Olahraga Tradisional, seperti : marjalekkat, marsaleper ganjang,

margalah, marultop, dan sappak hotang.

d. Kegiatan Penunjang, seperti : parade kontingen, konser musik tradisional, pagelaran sendra tari (fragment) legenda batu gantung, dan lomba cipta lagu Simalungun.

Rangkaian kegiatan Pesta Rondang Bittang dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebelum memulai acara Pesta Rondang Bittang, Panitia pelaksana melaksanakan acara adat yaitu mamuhun dan maranggir untuk memohon ijin kepada penduduk yang memulai merintis dan mendiami huta (desa) serta untuk membersihkan seluruh tubuh, hati dan pikiran. Selanjutnya panitia bersama Bupati Simalungun dan Muspida Plus menerima barisan kontingen peserta yang


(32)

diawali dengan barisan Partuha Maujana Simalungun (Pengetua Adat) se-Kabupaten Simalungun, disusul dengan barisan pemuda Simalungun, barisan etnis yang ada di Kabupaten Simalungun yang digambarkan dengan pasangan muda mudi sambil membawa siluah (oleh-oleh) dari hasil bumi yang ada di wilayahnya. Setelah itu dilanjutkan dengan berbagai kegiatan perlombaan seni dan budaya Simalungun, seperti : festival manggual (memukul gong), marsarunei (meniup seruling) dan tor-tor sombah, perlombaan vokal grup, perlombaan seruling bambu/sulim buluh dan taur-taur simbandar, ilah, tor-tor improfisasi, sordam,

tulila, festival busana pengantin Simalungun, permainan anak, dan inggou turi-turian. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan olahraga tradisional yaitu marjalekkat, marsaleper ganjang, margalah, marultop dan sappak hotang.

Seiring perkembangan zaman, acara Pesta Rondang Bittang sekarang ini menjadi lebih beragam yaitu dengan adanya kegiatan pendukung, seperti konser musik tradisional, pagelaran sendra tari (fraghment) legenda batu gantung, atraksi

marching band dan lomba cipta lagu Simalungun. (www.simalungunkab.go.id)

I.7. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 2. Model Teoritis

Variabel

Opini Remaja Pada Siswa SMA

Negeri 1 Kecamatan Siantar dan Variabel


(33)

I.8. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian penelitian ini, yaitu :

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Opini Remaja Pada Siswa SMA

Negeri 1 Kecamatan Siantar dan

SMA Negeri 1 Kecamatan

Dolok Batunanggar, Kabupaten

Simalungun

1. Opini Publik : a. Belief

b. Attitude

c.Perception : Cognation, Affect, dan Behaviour

(Kasali, 1994:20) & (Ruslan, 1997:56) 2. Karakteristik responden :

a. Jenis kelamin b. Suku

c. Agama

Pesta Rondang Bittang

a. Acara Ritual, meliputi : - Mamuhun

- Maranggir

b. Kegiatan Kesenian Tradisional, meliputi :

- Hagualon - Vokal Grup


(34)

- Festival Seruling - Festival Ilah - Tor-tor improfisasi - Festival Sordam - Festival Tulila

- Festival busana pengantin Simalungun

- Festival permainan anak - Festival Inggou Turi-turian c. Kegiatan Olahraga Tradisional,

meliputi : - Marjalekkat

- Marsaleper ganjang - Margalah

- Marultop - Sappak hotang

d. Kegiatan Penunjang, meliputi : - Parade kontingen

- Konser musik tradisional

- Pagelaran sendra tari (fragment) legenda batu gantung


(35)

I.9. Definisi Operasional

Definisi operasional ialah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini definisi operasional berfungsi untuk memperjelas pengertian variabel-variabel. Berikut adalah definisi operasional dalam penelitian ini :

1. Variabel Opini Remaja di Kalangan Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, meliputi :

1. Opini Publik :

a. Belief, yaitu kepercayaan tentang sesuatu.

b. Attitude, yaitu apa yang sebenarnya dirasakan seseorang.

c. Perception, yaitu persepsi yang kemudian akan menyebabkan munculnya

sikap berupa :

- Cognation (pengertian), komponen kognasi ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan, fakta, dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya. Komponen ini menghasilkan penilaian atau pengertian dari seseorang berdasarkan rasio atau kemampuan penalarannya. Artinya kognatif tersebut merupakan aspek kemampuan intelektualitas seseorang yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. - Affect (pengaruh), yaitu rasa suka, senang sebagai akibat setelah

merasakannya atau timbul setelah melihat dan mendengarkan kemudian komponen afektif tersebut merupakan evaluasi berdasarkan perasaan seseorang yang secara emotif (aspek emosional) untuk menghasilkan penilaian “baik atau buruk”.


(36)

- Behaviour (perilaku), komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau perilaku seseorang. Merupakan komponen untuk menggerakkan seseorang secara aktif (action element) untuk melakukan “tindakan atau berperilaku atas suatu reaksi yang sedang dihadapinya”.

2. Karakteristik responden ialah nilai-nilai khusus yang dimiliki responden, yang membedakan responden tersebut dengan responden lainnya dimana dapat menjadi wakil dari unsur-unsur penelitian yang ada.

Terdiri dari :

a. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel. b. Suku, yaitu suku responden.

c. Agama, yaitu agama yang dianut oleh responden.

2. Variabel Pesta Rondang Bittang, meliputi : a. Acara Ritual, meliputi :

- Mamuhun adalah upacara mohon ijin atau wujud penghormatan kepada penduduk yang mulai merintis dan mendiami desa. Pelaksanaan acara ini diramu sedemikian rupa sehingga benar-benar sakral.

- Maranggir adalah upacara adat untuk membersihkan seluruh tubuh, hati, dan pikiran dengan menggunakan jeruk purut dan ramuan lainnya di pancuran atau tempat pemandian raja atau partuanon terdekat di lokasi pesta, sehingga semua pihak yang terlibat dalam Pesta Rondang Bittang sudah siap baik secara fisik maupun secara mental. Dalam acara ini Muda-mudi yang sudah berumur tetapi belum menemukan jodoh merupakan


(37)

b. Kegiatan Kesenian Tradisional, meliputi : - Hagualon adalah musik tradisional Simalungun. - Vokal grup.

- Festival Seruling bambu/Sulim buluh dan Taur-taur Simbandar.

- Festival Ilah adalah menampilkan lagu dengan gerak tanpa diiringi musik. - Tor-tor improfisasi adalah sebuah tarian yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, diiringi gual Simalungun.

- Festival Sordam adalah perlombaan memainkan alat musik tiup. - Festival Tulila adalah perlombaan memainkan alat musik tiup. - Festival busana pengantin Simalungun yakni menampilkan pasangan muda-mudi dengan pakaian Simalungun beserta aksesorisnya.

- Festival permainan anak yakni menampilkan permainan anak yang diiringi dengan lagu dan gerak.

- Festival Inggou Turi-turian adalah menampilkan cerita yang dinyanyikan. c. Kegiatan Olahraga Tradisional :

- Marjalekkat adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun dengan menggunakan bambu dengan tinggi jalekkat 230 cm, tinggi pijakan dari tanah 40-50 cm. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama “Enggrang”.

- Marsaleper ganjang adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun dengan menggunakan kayu, panjang saleper 120-130 cm (seperti terompah panjang).

- Margalah adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun yang dimainkan secara berkelompok dengan sistem gugur yang terdiri dari 5


(38)

orang pemain inti ditambah dua orang pemain cadangan. Pemain yang berhasil disentuh (ditangkap) oleh kelompok lawan dianggap gugur.

- Marultop adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun dengan cara meniup biji-bijian dengan menggunakan sejenis bambu yang telah dibentuk sedemikian rupa, ditiup sejauh-jauhnya ke arah yang telah ditentukan. Pemenang dalam pertandingan adalah yang terbanyak mengumpulkan nilai.

- Sappak hotang adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun yang terdiri dari 3 orang pemain inti dan satu pemain cadangan. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama “sepak takraw”.

d. Kegiatan Penunjang :

- Parade kontingen, yaitu parade kontingen peserta yang diawali dengan barisan Partuha Maujana Simalungun (Pengetua Adat) se-Kabupaten Simalungun, disusul dengan barisan pemuda Simalungun, barisan etnis yang ada di Kabupaten Simalungun yang digambarkan dengan pasangan muda mudi sambil membawa siluah (oleh-oleh) dari hasil bumi yang ada di wilayahnya.

- Konser musik tradisional

- Pagelaran sendra tari (fragment) legenda batu gantung - Lomba cipta lagu Simalungun


(39)

I.10. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang baik diperlukan agar lebih mudah dalam memahami keseluruhan penelitian. Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab, secara berturut-turut yaitu : pendahuluan, uraian teoritis, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran.

Pendahuluan, bab yang membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori (teori-teori yang dipakai secara garis besar), kerangka konsep, model teoritis, operasional variabel, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

Uraian teoritis, bab yang membahas teori-teori secara jelas, yaitu Komunikasi, Opini Publik, Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory), dan Kebudayaan. Penjelasan dalam bab ini banyak berasal dari pendapat para ahli. Metodologi penelitian, bab yang membahas deskripsi lokasi penelitian, metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Hasil dan pembahasan, bab ini membahas proses pengumpulan data, proses pengolahan data, penyajian tabel tunggal dan interpretasi, diskusi dan pembahasan. Bab ini yang menunjukkan hasil penelitian secara gamblang yang berasal dari jawaban-jawaban responden.


(40)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari hubungan satu sama lain, baik terhadap sesama maupun lingkungan di sekitarnya. Manusia ingin mengetahui apa yang terjadi di lingkungannya dan menunjukkan saling keterikatan. Hal ini memaksa manusia perlu berkomunikasi yang menentukan kelangsungan dan mencapai tujuan hidupnya.

Komunikasi adalah hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung sejak manusia lahir, dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, namun ketika harus membujuk, membuat tulisan, mengemukakan pikiran dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita, barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.

Dalam mendefinisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan. Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya karena makna komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda-beda dengan penggunaan komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan ilmuwan.


(41)

Serikat mulai merasakan kebutuhan akan “Science of Communication” di antaranya adalah Carl I hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh perhatian pada perubahan sikap. Menurutnya, ilmu komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (a systematic

attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed). Adapun mengenai

komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai “proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan).

Sedangkan Wilbur Schramm, seorang ahli Linguistik, mengatakan

communication berasal dari kata Latin communis yang artinya common atau sama.

Jadi menurut Schramm jika kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, 2006:29).

Everett M Rogers mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Definisi kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D Lawrence Kincaid, sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2005:19).


(42)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan berupa lambang-lambang dengan satu pihak dalam membentuk serta merubah perilaku pihak lain sehingga mencapai saling pengertian yang dikehendaki.

II.1.2. Ruang Lingkup Komunikasi

Mempelajari dan menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan dimensinya. Oleh karena itu klasifikasi atau jenis-jenis komunikasi dapat dilihat berdasarkan konteksnya sebagai berikut :

Komponen Komunikasi

1. Komunikator (communicator) 2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect)

Proses Komunikasi

1. Komunikasi secara primer yang berlangsung secara tatap muka atau langsung antara komunikator dan komunikan, adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang/simbol (bahasa, isyarat, gambar, warna, gesture) sebagai media.

2. Komunikasi secara sekunder atau disebut juga komunikasi tidak langsung, biasanya melalui media seperti telepon, surat, telefax, radio, tv dan media lainnya.


(43)

1. Komunikasi Pribadi (personal communication)

− Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)

Komunikasi antar pribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.

Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication)

Komunikasi dengan diri sendiri merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu. Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu obyek yang diamatinya. Obyek dalam hal ini bisa saja berbentu bentuk, kejadian, alam, pengalaman atau peristiwa, yang terjadi di luar dalam diri seseorang.

2. Komunikasi Kelompok (group communication)

Komunikasi kelompok kecil (small group communication) a. Ceramah (lecture)

b. Forum c. Simposium d. Diskusi panel e. Seminar

f. Curah saran (brainstorming)

Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking) 3. Komunikasi organisasi (organization communication)

4. Komunikasi massa (mass communication)

Komunikasi massa cetak (printed mass communication)

a. Surat kabar c. Buku, dll.


(44)

Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication)

a. Radio c. Film, dll.

b. Televisi

Sifat Komunikasi

Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Komunikasi verbal (verbal communication) a. Komunikasi lisan (oral communication) b. Komunikasi tulisan (written communication) 2. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

a. Komunikasi kial (gestural/body communication) b. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Komunikasi tatap muka (face to face communication) 4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

Tujuan Komunikasi

Berdasarkan tujuannya, komunikasi terbagi empat, yaitu : 1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society) Fungsi Komunikasi


(45)

2. Mendidik (to educated) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

Metode Komunikasi

Kata metode berasal dari bahasa Inggris, artinya rangkaian yang

sistematis. Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang meliputi :

1. Komunikasi informatif (informative communication) 2. Komunikasi persuasif (persuasive communication) 3. Komunikasi pervasif (perpasive communication) 4. Komunikasi koersif (coersive communication) 5. Komunikasi instruktif (instructive communication) 6. Hubungan manusiawi (human relations)

Model Komunikasi

1. Komunikasi satu tahap (one step communication) 2. Komunikasi dua tahap (two step communication) 3. Komunikasi banyak tahap (multi step communication)


(46)

Bidang Komunikasi

Berdasarkan bidangnya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Komunikasi sosial (social communication)

2. Komunikasi organisasional/manajemen (organizational/management

communication).

3. Komunikasi bisnis (business communication) 4. Komunikasi politik (political communication)

5. Komunikasi internasional (international communication) 6. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) 7. Komunikasi pembangunan (development communication) 8. Komunikasi tradisional (traditional communication) 9. Komunikasi lingkungan (environmental communication)

Teknik Komunikasi

Teknik berasal dari kata “technicon” bahasa Yunani, yang berarti keterampilan. Berdasarkan keterampilan komunikasi maka teknik komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Jurnalistik (journalism)

2. Hubungan masyarakat (public relations) 3. Periklanan (advertising)

4. Propaganda


(47)

Efek komunikasi

Ada beberapa efek komunikasi, yaitu :

1. Menciptakan persepsi tentang dunia di sekitar kita

Persepsi dunia kita berhubungan dengan dunia luar dan gambaran di kepala kita yang mendeskripsikan hubungan antara situasi (scene) dan tindakan (orang, tempat, tindakan dan seluruh fenomena yang mungkin ada), persepsi terhadap situasi tindakan dan respon berdasarkan persepsi.

2. Menentukan agenda

Diambil dari ide Walter Lippman tentang dampak media yang menyangkut apa yang kita pikirkan tentang sesuatu (apa yang kita ketahui tentang sesuatu) dan apa yang kita pikirkan (opini dan perasaan kita) sehingga ada dua konsep dalam penentuan agenda dalam Public Relations yaitu :

a). Issue salience (keutamaan dan penetrasi isu terhadap audien atau seberapa baikkah isu itu beresonansi dengan masing-masing publik.

b). Cognitive priming (pengalaman personal dan hubungan seseorang dengan isu) 3. Penyebaran informasi dan inovasi

Teori penyebaran informasi dan teori inovasi menyangkut ide-ide atau inovasi, lebih mudah diadopsi oleh audiens apabila lebih menguntungkan daripada situasi sekarang, kompatibel dengan pengalaman sebelumnya dan aspek situasi lainnya, sederhana, mudah dicoba, dan mudah diamati melalui hasil yang kelihatan.

4. Mendefinisikan dukungan sosial.

Dukungan sosial sesuai dengan teori spiral keheningan (Spiral of Silence) yaitu orang akan merespon fiksi dan realitas dengan cara yang sama kuatnya dan


(48)

dalam banyak kasus mereka membantu menciptakan fiksi yang kemudian mereka tanggapi.

II.1.3. Komunikasi Model Lasswell

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan pada tahun 1948 oleh Harold D Lasswell yaitu dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What in Which Channel to Whom With

What Effect?”.

Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell ini merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu :

1. Who (Siapa): Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.

2. Says What (Mengatakan Apa): Pesan; informasi yang dikirimkan dengan didukung lambang-lambang.

3. In Which Channel (Melalui Apa): Media; alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.

4. To Whom (Kepada Siapa): Komunikan; orang yang menerima pesan.

5. With What Effect (Apa Akibatnya): Efek yang ditimbulkan untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang diinginkan.

Dengan berpolakan paradigma Laswell itu, komunikasi didefinisikan sebagai “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu media yang menimbulkan efek” (Effendy, 2002:54). Laswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi yaitu: pertama, pengawasan


(49)

lingkungan-lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan; dan ketiga, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya. Selain itu, Laswell mengakui bahwa tidak semua komunikasi bersifat dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi antara pengirim dan penerima. Dalam suatu masyarakat yang kompleks, banyak informasi disaring oleh pengendali pesan-editor, penyensor atau propagandis, yang menerima informasi dan menyampaikannya kepada publik dengan beberapa perubahan atau penyimpangan (Mulyana, 2002:136).

II.2. Opini Publik

Pengertian opini di kalangan ahli komunikasi belum didapati adanya kesepakatan yang pasti. Orang lebih mudah untuk mengamati efek dan bentuk yang ditimbulkannya daripada mendefinisikannya.

Opini berasal dari bahasa Latin, yaitu opinari yang berarti berpikir atau menduga. Opinion sendiri mengandung akar kata onis yang berarti harapan. Dalam bahasa Inggris, opinion berhubungan erat dengan kata option dan hope yang berasal dari bahasa Latin optio yang artinya pilihan atau harapan (Kasali, 1994:16).

Menurut Albig, opini berupa reaksi pertama di mana orang mempunyai rasa ragu-ragu dengan sesuatu, yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokkan, dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31).

Latar belakang seseorang seperti agama, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap cara


(50)

berpikir seseorang dan opini yang akan dinyatakannya tidak akan terlepas juga dari hal tersebut. Karena pembentukan opini ada yang berdasarkan fakta, emosi, sentimen, harapan, keyakinan, pengalaman, agama dan latar belakang budaya, maka opini publik tidak selalu rasional dan sering kali bersifat subjektif.

Abelson menyebutkan unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief (kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), dan perception (persepsi) (Kasali, 1994:20).

Akar dari opini sebenarnya tidak lain adalah persepsi. Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut akan mempengaruhi perilaku kita. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang berkembang. Komponen ini sepertinya memberikan suatu rekaman di benak seseorang dan siap diputar di kemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk memberi suatu interpretasi.

Interpretasi ini melahirkan pendirian/sikap (attitude) seseorang yaitu apa yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Sikap juga merupakan opini yang masih tersembunyi di dalam hati seseorang. Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau situasi. Sikap mempunyai 3 komponen pembentuk yang secara sederhana dikenal sebagai cognition (pengertian), affect (perasaan/emosi), dan behaviour (perilaku).


(51)

Sikap yang diungkapkan dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh, simbol, raut wajah, ekspresi, warna pakaian yang dipakai, ruangan, dan waktu yang disediakan untuk bertemu), disebut opini (Kasali, 1994:23).

Nimmo (1978) mengemukakan bahwa opini adalah suatu respon yang aktif terhadap suatu stimulus, di mana respon yang dikonstruksikan melalui interpretasi pribadi yang berkembang daripada menyumbang image (Nasution, 1990:91). Setiap opini mencerminkan suatu kumpulan yang lengkap yang terdiri dari tiga komponen yaitu keyakinan, nilai-nilai dan ekspetasi.

Opini adalah respon yang diberikan seseorang yaitu komunikan kepada komunikator yang sebelumnya telah memberi stimulus berupa pertanyaan. Selama opini merupakan opini seseorang (individual opinion), tidak akan menimbulkan permasalahan. Permasalahan akan timbul apabila opini itu menjadi opini publik, menyangkut orang banyak karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak.

Opini itu sendiri tidak memiliki tingkatan atau strata, namun mempunyai arah), antara lain:

1. Opini positif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit mendukung obyek opini (individu memberikan pernyataan setuju).

2. Opini netral, apabila opini yang ditampilkan tidak memihak atau jika individu memberikan pernyataan ragu-ragu.

3. Opini negatif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit menolak atau mencela obyek opini (individu memberikan pernyataan tidak setuju).


(52)

Auguste Comte, yang mendapat julukan sebagai bapak Sosiologi juga menaruh perhatian yang besar terhadap Opini Publik, kendati lebih memberikan arti dalam bentuk peranannya. Ia berpendapat, bahwa hari depan Negara dengan peningkatan pengaruh akan merupakan ajang dari Opini Publik. Dengan kata lain, bahwa tingkah laku kehidupan kenegaraan akan sangat dipengaruhi oleh tingkah laku Opini Publik.

Menurut Emil Devivat, karakteristik dari opini publik adalah : 1. Opini publik harus memiliki arah dan intensitas.

2. Bahwa opini publik itu menyangkut tentang suatu hal yang orang tidak sepakat (kontraversi).

3. Mempunyai volume (besaran), dimana kontraversi yang dimaksud tidak hanya mengenai orang yang menjadi bagian dari suatu sengketa melainkan juga orang yang berada jauh di luar sengketa tersebut.

4. Mempunyai sifat menetap (persisten), tidak dapat dipastikan berapa lama suatu kontraversi itu bertahan (Sunarjo, 1984:30).

Berdasarkan karakteristik di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik utama dari opini adalah :

a. mempunyai arah c. Stabil

b. mempunyai isi informasi (content) d. Mempunyai intensitas

Publik adalah kumpulan orang-orang yang sama minat dan kepentingannya (interest) terhadap suatu isu dan bersifat lebih stabil. Publik ditandai oleh adanya sesuatu isu yang dihadapi dan dibicarakan oleh kelompok kepentingan yang dimaksud, yang menghasilkan opini mengenai isu tersebut,


(53)

Opini publik melukiskan kelompok manusia yang berkumpul secara spontan dengan syarat :

a. Dihadapkan pada suatu persoalan.

b. Berbeda pendapat tentang persoalan tersebut dan berusaha untuk menanggulangi persoalannya.

c. Sebagai akibat dari keinginan mengadakan diskusi dan mencari jalan keluar.

Welch dan Comer (1975) membuat definisi opini publik sebagai suatu opini yang menyangkut isu atau kejadian yang mengundang keprihatinan (concern) publik (Nasution, 1990:95).

Masih banyak ahli ilmu-ilmu sosial yang memberikan batasan pengertian terhadap opini Publik. Beberapa ahli yang mengkhususkan studi di bidang tersebut antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : Leonard W. Doob yang sering dikutip oleh para ahli, mengemukakan : “..Publik opinion refers to people’s

attitudes on an issue when they are members of the same sosial group”.

Leonard W. Doob selanjutnya memberi pegangan-pegangan dalam meneliti opini publik. Suatu opini publik dianggap kompeten atau mampu memenuhi syarat opini publik dalam arti khas apabila :

a. Fakta yang dipakai sebagai tolak ukur perumusan opini publik, yaitu adanya unsur “penilaian baik dan buruk” dari masyarakat.

b. Penggunaan fakta justru suatu sikap diambil karena tidak berdasarkan fakta, sampai pada suatu kesimpulan atau kesepakatan mengenai tindakan yang harus diambil untuk memecahkan suatu persoalan tertentu yang dihadapinya.


(54)

c. Syarat-syarat sebagai opini publik dalam arti khas itu dapat ditinjau dari fakta, nilai-nilai, opini publik, dan kompetensinya.

Dalam hubungan ini Leonard W. Doob mengemukakan pula batas-batas kemampuan opini publik antara lain :

a. Perhatian orang terhadap suatu masalah itu sangat bergantung pada pengetahuan dan pendidikannya masing-masing.

b. Kebijaksanaan tergantung juga dari penilaian serta seleksi publik terhadap fakta dan nilainya sendiri.

c. Pada kenyataannya bahwa setiap persoalan (masalah) mempunyai banyak segi sehingga untuk hal-hal yang kompeten yang menimpa masyarakat luas, opini publik yang kompeten itu terdiri dari banyak publik.

Tidak adanya standar atau ukuran dalam penyelesaian masalah terlebih masalah sosial di mana setiap masalah mempunyai ciri khas tersendiri. Hal ini tergantung pada mental, pengalaman, perasaan, kebudayaan, dan ide yang telah tersebar dalam masyarakat. (http//digilib.petra.ac.id)

Doob disini memberi tekanan kepada sikap (attitude) sebagai sesuatu yang bernilai psikologis terhadap sesuatu isu, manakala mereka (dalam arti “people”) menjadi anggota dari kelompok sosial yang sama. Lalu Doob mempertanyakan, kelompok mana yang terlibat, isu yang mana yang terlibat dan mengapa masyarakat memberi respon terhadap isu tersebut.

Secara historis istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer (1862) yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Di masa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan


(55)

(http://markbiz.wordpress.com). Sikap dapat diekspresikan dengan berbagai cara, dengan kata-kata yang berbeda.

Tipe publik

Ada empat tipe publik menurut Grunig & Repper (1992) dalam bukunya “Strategic Management, public and issues”, yaitu :

1. All issue publics, bersikap aktif dalam berbagai isu.

2. Apathetic publics, tidak memperhatikan atau tidak aktif terhadap semua isu. 3. Single issue publics, aktif pada satu atau sejumlah isu terbatas.

4. Hot issue publics, baru aktif setelah semua media mengekspos hampir semua orang dan isu menjadi topik sosial yang diperbincangkan secara luas.

Gambar 3

Proses Pembentukan Opini Publik Faktor Penentu

- Latar belakang budaya

- Pengalaman masa lalu Persepsi Opini Konsensus Opini Publik - Nilai-nilai yang dianut

- Berita yang berkembang - Cognation Sikap - Affect

- Behaviour Sumber : (Ruslan, 1997:56)

Dalam bagan proses pembentukan opini di atas, digambarkan bagaimana persepsi seseorang yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita yang sedang berkembang. Pada akhirnya membentuk opini publik. Proses inilah yang akan melahirkan suatu intrepretasi atau pendirian seseorang dan pada akhirnya akan terbentuknya opini publik, yang nantinya apakah bersifat mendukung, menentang atau berlawanan. Opini dari perorangan tersebut kemudian secara akumulatif dapat berkembang


(56)

menjadi suatu konsensus (kesepakatan), dan terkristalisasi jika masyarakat dalam kelompok tertentu mempunyai kesamaan hingga nantinya akan terbentuk opini publik. Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi dan sikap adalah dua faktor yang membentuk sebuah opini individu, karena apabila persepsi masih ada dipikiran manusia, sedangkan sikap berakhir dengan kecenderungan berperilaku, dimana masing-masing memiliki proses yang melatar belakangi pembentukannya, maka keduanya apabila diungkapkan akan menjadi opini.

Sikap individu terhadap opini. 1. Orientasi

Orientasi individual mencakup persepsi terhadap isu atau objek dalam lingkungan dan persepsi orang lain yang signifikan terhadap isu atau objek yang sama. Model orientasi menyangkut masalah penilaian terhadap objek berdasarkan pengalaman dengan sumber nilai, yaitu :

a) Kemenonjolan (salience), yaitu perasaan tentang suatu objek yang berasal dari pengalaman individu dari situasi sebelumnya.

b) Relevansi (pertinence) yaitu nilai relatif dari sebuah objek berdasarkan perbandingan objek dengan objek berdasarkan atribut yang sama.

c) Sikap adalah predisposisi atau preferensi lintas situasional berkenaan dengan sebuah objek yang berhubngan dengan empat komponen : kerangka referensi evaluatif (nilai dan kepentingan), kognisi (pengetahuan dan keyakinan), afektif (perasaan) dan kecenderungan, dan niat perilaku (cognation).


(57)

2. Koorientasi

Individu itu berada dalam keadaan koorientasi ketika dua atau lebih orientasi individu mengarah pada isu atau objek yang sama. Model koorientasi mencakup tahapan Konstruk Intrapersonal, yaitu :

a) Congruention, sejauhmana pandangan seseorang sesuai dengan perkiraannya tentang pandangan orang lain mengenai isu yang sama.

b) Kesepakatan (agreement), sejauhmana dua orang atau lebih memberikan evaluasi yang sama terhadap sebuah isu yang menjadi perhatian bersama. c) Pemahaman (understanding), mengukur kemiripan dalam definisi dari dua

orang atau lebih.

3. Konsensus Koorientasi a. Konsensus monolitik

Merupakan tingkat kesepakatan aktual yang tinggi yang secara akurat dikenali oleh mereka yang terlibat.

b. Konsensus semu

Ketidaksepakatan aktual tetapi mayoritas mereka yang terlibat didalamnya beranggapan bahwa mereka semua sepakat.

c. Konsensus penuh

Serangkaian pemahaman timbal balik yang terus menerus antar anggota dari kelompok yang membahas isu tersebut.

Secara sederhana opini publik merupakan kegiatan untuk mengungkapkan atau menyampaikan apa yang diyakini, dinilai dan diharapkan oleh seseorang pada masyarakat tertentu untuk kepentingan mereka dari situasi tertentu (isu diharapkan dapat menguntungkan pribadi atau kelompok).


(58)

Dalam praktik di lapangan, menurut Emory S. Bogardus, terdapat beberapa pengertian tentang opini publik, antara lain yaitu :

1. Personal opinion (opini personal)

Opini berdasarkan penafsiran individu atau setiap orang akan berbeda pandangannya terhadap suatu masalah.

2. Private opinion (opini pribadi)

Opini ini merupakan landasan bagi opini personal, karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari opini pribadi.

3. Group opinion (opini kelompok)

Opini kelompok ini, terbagi menjadi opini mayoritas dan opini minoritas. Opini kelompok ini mendekati dengan opini publik.

4. Coalition opinion (opini koalisi)

Opini ini adalah penggabungan dari beberapa kelompok opini minoritas dan menjadi opini mayoritas. Penggabungan opini tersebut dinamakan opini koalisi.

5. Concersus opinion (opini konsensus)

Opini ini melalui suatu proses perundingan untuk mencapai kesepakatan bersama (konsensus), dan merupakan opini terbentuk opini mayoritas berdasarkan kesepakatan bersama (dealing).

6. General opinion (opini umum)

Bentuk opini ini bersifat pendapat umum, yang berakar dari nilai-nilai yang berkembang dan berlaku di masyarakat/kelompok tertentu berdasarkan adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan dan norma-norma yang


(1)

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pesta Rondang Bittang merupakan penyampaian rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala keberhasilan hidup dalam satu tahun penuh, mempererat rasa kekeluargaan, melestarikan seni budaya bangsa sebagai peninggalan para leluhur, kesempatan bersuka ria di antara seluruh warga masyarakat, dan pewarisan serta kesempatan mempelajari seni budaya bagi generasi muda dan remaja.

2. Mayoritas siswa SMA Negeri 1 kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, tertarik saat pertama kali mengetahui tentang adanya penyelenggaraan Pesta Rondang Bittang. Kebanyakan dari responden tersebut menyatakan bahwa berkeinginan menghadiri dan menyaksikan Pesta Rondang Bittang, dan setuju acara ini diadakan setiap tahun agar masyarakat khususnya generasi muda/remaja dapat mengenal dan lebih mencintai kebudayaan daerah sehingga timbul kesadaran untuk peduli dan melestarikannya.

3. Remaja saat ini sebagian besar kurang mengenal dan memahami kebudayaan daerah. Mayoritas siswa SMA Negeri 1 kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar menghadiri dan menyaksikan Pesta Rondang Bittang karena ada informasi yang ingin


(2)

yang selama ini tidak mereka ketahui terutama mengenai kebudayaan Simalungun. Antara lain : Sejarah Simalungun, berbagai kecamatan yang terletak di Kabupaten Simalungun serta hasil pertaniannya, kesenian dan olahraga tradisional Simalungun, pakaian adat/busana pengantin Simalungun, dan sebagainya. Meskipun Pesta Rondang Bittang bukan merupakan acara yang sering dihadiri dan disaksikan, mayoritas responden mengetahui bahwa Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun sebagai panitia penyelenggara Pesta Rondang Bittang.

4. Mayoritas responden tidak tahu mengenai berbagai acara yang terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang dikarenakan publikasi yang minim dan karena mereka kurang diikutsertakan, seperti di acara mamuhun dan maranggir yang biasanya dilakukan oleh orang tua yang sudah paham mengenai ritual tersebut.

5. Responden di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar lebih banyak yang tahu mengenai acara-acara yang terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang terutama di bidang kesenian, seperti hagualon, festival seruling, festival ilah, konser musik tradisional, dan beberapa jenis olahraga tradisional Simalungun seperti marjalekkat, marsaleper ganjang, margalah, dan marultop. Sedangkan responden di SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, mayoritas respondennya hanya tahu di beberapa acara saja dibandingkan responden di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar, yaitu vokal grup, festival busana pengantin Simalungun, sappak hotang, dan parade kontingen.


(3)

6. Para siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai berbagai acara di Pesta Rondang Bittang dibandingkan dengan siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar. Tetapi siswa di SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar lebih tinggi tingkat keaktifannya dalam mengikuti berbagai acara di dalam Pesta Rondang bittang.

7. Setelah menghadiri dan menyaksikan Pesta Rondang Bittang, mayoritas responden merasa lebih menghargai dan mencintai kebudayaan daerah. Keinginan mereka untuk mengenal dan mempelajari kebudayaan daerah meningkat setelah menyaksikan berbagai acara yang bagus dan menarik di Pesta Rondang Bittang. Menurut mereka Pesta Rondang Bittang mampu membuat mereka sadar bahwa kebudayaan daerah itu penting dan harus dilestarikan agar tetap bertahan dan tidak hilang akibat perhatian dan rasa kepedulian masyarakat yang minim atau malah lebih peduli terhadap kebudayaan asing.

V.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah peneliti peroleh selama melakukan penelitian, maka peneliti mengajukan sejumlah saran sebagai berikut:

1. Bagi generasi muda atau remaja sudah seharusnya peduli dan aktif dalam berbagai acara yang menampilkan kebudayaan daerah, jangan malu untuk mempelajari kebudayaan daerah, dan sebaliknya harus mempunyai


(4)

2. Bagi tokoh masyarakat atau pemuka adat, khususnya Simalungun, hendaknya lebih aktif dan bersungguh-sungguh dalam mentransformasikan nilai-nilai positif yang terkandung di dalam kebudayaan daerah sehingga proses regenerasi dan sosialisasi kebudayaan tersebut dapat terus berlangsung, tidak hilang atau punah akibat pengaruh kebudayaan asing.

3. Kepada Pemerintah kabupaten Simalungun hendaknya tetap meneruskan program kerja yang sudah ada khususnya dalam pengembangan kebudayaan daerah dan acara seperti Pesta Rondang Bittang ini akan lebih sering diadakan di berbagai daerah sehingga informasi/pesan yang ingin disampaikan melalui acara tersebut dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Dan kepada Pemerintah pusat seharusnya mendukung kegiatan yang menampilkan kebudayaan daerah dengan memberikan bantuan baik moril dan materil. Serta bagi semua kalangan sudah saatnya peduli dan mendukung segala bentuk pengenalan dan pengembangan kebudayaan daerah.

4. Kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya suku Simalungun sudah seharusnya mengenal dan mengembangkan kebudayaan daerah masing-masing sebagai salah satu kekayaan bangsa yang pantas untuk dibanggakan, hingga ke negara lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2003. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bulaeng, A. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta : Andi

Bungin, Burhan. 2001. Metode penelitian Sosial, Formatif Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press.

_____________. 2006. Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Cangara, H. Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Fisher, B.A. 1990. Teori-teori Komunikasi Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional, dan Pragmatis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Kasali, Rhenald. 1994. Managemen Public Relations. Jakarta : Grafitti.

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi – Jilid 1, cetakan kedua. Jakarta : Rineka Cipta

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Group.

Lubis, Suwardi. 1998. Metode Penelitian komunikasi. Medan : USU Press.

Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

______________. 2004. Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Olii, Helena. 2007. Opini Publik. Jakarta : PT Indeks.

Purba, Amir dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan : Pustaka Bangsa Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

________________. 2009. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Ruslan, Rousdy. 1997. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sastropoetro, Santoso. 1990. Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak Dalam Komunikasi Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta :

LP3ES.

Soekanto, Soeryono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan ke-37. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sunarjo, Djoeningsih, S. 1984. Opini Publik. Yogyakarta : Liberty.

Sumber Lain :

Buku Panduan Pesta Rondang Bittang XXIII Tahun 2008 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

http//digilib.petra.ac.id/ikom/2008/semarang diakses pada tanggal 8 Maret 2010.

tanggal 11 Januari 2010.