rintangan dalam mencapai prestasi akademik. Sekolah komunitas mampu meningkatkan resiliensi siswa karena sekolah mampu menciptakan
suasana yang harmonis dan melindungi anak dari kesulitan Borman Rachuba, 2001. Dengan kata lain sekolah membuat lingkungan belajar
yang positif, dimana kompetensi akademik dan potensi siswa didukung secara baik, dan mengurangi masalah perilaku Close Solberg, 2007.
Hasil penelitian siswa kelas XI SMA N I Wuryantoro Tahun ajaran 20152016 ditemukan 10,8 siswa berada pada tingkat resiliensi rendah.
Rendahnya tingkat resiliensi pada siswa dapat juga disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga, dan faktor komunitaslingkungan. Faktor
individu yang biasanya muncul pada siswa, antara lain; merasa rendah diri, tidak berharga, tidak puas atas apa yang telah dilakukannya, mudah putus
asa, dan tidak percaya diri. Untuk faktor keluarga, ada kecenderungan siswa merasa tidak dihargai oleh keluarga, tidak mendapatkan perhatian
dan kasih sayang dari keluarga, diperlakukan tidak adil sebagai sebagai anak maupun kakak atau adik. Untuk faktor komunitas lingkungan, ada
kecenderungan siswa tidak mampu mengatur emosinya pada orang lain, tidak didukung oleh lingkungannya, merasa dikucilkan atau diabaikan oleh
komunitasnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Item-item Resiliensi
Berdasarkan hasil penelitian, di dapatkan data yang menunjukan bahwa terdapat 1 butir kuisioner yang terindikasi rendah, dan 8 butir kuisioner yang
terindikasi sedang. Kesembilan item tersebut diuraikan sebagai berikut:
Tabel 11 Item-item Resiliensi siswa kelas XI yang masuk
dalam kategori sedang dan rendah
ASPEK INDIKATOR
NO ITEM
SKOR
Regulasi Emosi
Emotion Regulation
Fokus pada permasalahan yang ada
7 Saya
mudah mengalihkan
konsentrasi saya ke hal lain pada saat menghadapi masalah
176
Kontrol terhadap
Impuls Kontrol
Kemampuan mengendalikan emosi
negatif 9
Saya mampu
mengedalikan emosi saat marahkesal
177 12
Saya cenderung mudah marah kepada siapapun ketika sedang
merasa kesal 166
Kemampuan mengelola
emosi negatif 16
Saya mudah bingung ketika memiliki sebuah masalah
164 Kemampuan
menganalisis masalah
Causal analysis
Mampu mengidentifikasi masalah dengan baik
25 Saya mampu mengenali akar
masalah dari masalah yang saya hadapi
179
Empati empathi
Mampu memaknai perilaku verbal orang lain
43 Saya mudah terbakar emosi
ketika mendengar
oranglain berbicara dengan nada keras
176 44
Saya kesal melihat teman yang mudah mengeluh
156 Pencapaian
reaching out
Berani untuk
mengoptimalkan kemampuan
66 Saya bersemangat saat ditunjuk
untuk mengerjakan di depan kelas
159 Keluar dari zona nyaman
diri 62
Saya senang
saat ditunjuk
menjadi pemimpin upacara atau pengibar bendera
144
Kesembilan item yang termasuk dalam kategori rendah dan sedang tersebut selanjutnya disebut sebagai item yang terindikasi rendah.
Terdapat beberapa penjelasan mengenai kesembilan item tersebut hingga teridentifikasi rendah berdasarkan aspek-aspek resiliensi menurut Reivich
Shatte. Berikut penjelasan yang dijabarkan sesuai dengan item yang terindikasi rendah.
Pertama , pernyataan “Saya mudah mengalihkan konsentrasi saya
ke hal lain pada saat menghadapi masalah”. Item nomor 7 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak fokus pada permasalahan yang
dimiliki. Siswa cenderung mudah mengalihkan konsentrasinya dari permasalahan yang dihadapi sehingga permasalahan yang dihadapi tidak
akan cepat mendapatkan jalan keluar. Seseorang yang resiliens memiliki keterampilan untuk fokus, fokus pada permasalahan yang dimiliki akan
mempermudah seseorang untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ada.
Kedua, pernyataan ”Saya mampu mengedalikan emosi saat
marahkesal ”. Item nomor 9 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa
tidak mampu mengontrol impuls saat marahkesal. Individu dengan kontrol terhadap impuls yang rendah pada umumnya percaya pada
pemikiran impulsifnya yang mengenai situasi sebagai kenyataan dan bertindak sesuai dengan situasi tersebut. Mereka menampilkan perilaku
mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif dan berlaku agresif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI