LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA

Kelainan pada hati dapat dilihat dari meningkatnya aktivitas transaminase serum yaitu alanin transaminase ALT, aspartate aminotransferase AST, bilirubin, GGT γ-Glutamyl transpeptidase, alkalin phosfatase dan protein Ganong dan McPhee, 2011; North-Lewis, 2008.

F. EKSTRAKSI MASERASI

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005. Metode maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari tidak mengandung benzoin, stiraks dan lilin Sudarmaji, Haryono, dan Suhardi, 1989.

G. LANDASAN TEORI

Hati merupakan organ terbesar pada tubuh yang menyumbang sekitar dua persen berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa Guyton dan Hall, 2007. Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi utama hati, dimana saluran empedu berfungsi mentransport dan kandung empedu berfungsi menyimpan dan mengeluarkan empedu ke usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati mengsekresi sekitar 1 liter empedu kuning setiap hari Price and Wilson, 2005. Alkali fosfatase merupakan enzim yang berperan dalam mempercepat hidrolisis fosfat organik dengan melepaskan fosfat anorganik. Peningkatan ALP terjadi akibat adanya kolestasis, dan pada obstruksi intra maupun ekstrabiliar enzim ini akan meningkat 3-10 kali dari nilai normal sebelum timbul ikterus Ruqiah, dkk., 2007. Kerusakan yang terjadi pada lobus hati menyebabkan enzim plasma seperti ALP meningkat dalam plasma Murray,dkk., 2009. Peningkatan kadar enzim ini dapat digunakan untuk cerminan adanya kerusakan hati Baron, 1995. Karbon tetraklorida CCl 4 merupakan senyawa kimia yang bersifat lebih ekstensif dalam merusak hepar jika dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya. Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang bersifat toksik. Karbon tetraklorida di dalam tubuh akan mengalami proses biotransformasi oleh enzim CYP2E1 membentuk radikal bebas yaitu radikal triklormetil ●CCl 3 . Radikal ini kemudian akan bereaksi dengan oksigen dan membentuk radikal triklorometil peroksi ●OOCCl 3 yang lebih reaktif Hippeli and Elstner, 1999. Radikal triklorometil dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sitokrom P- 450. Radikal triklorometil akan berikatan secara kovalen dengan lemak mikrosomal dan protein, dan akan bereaksi secara langsung dengan membran fosfolipid dan kolesterol. Reaksi ini juga menghasilkan kloroform, yang merupakan salah satu metabolit dari karbon tetraklorida. Selain itu pula radikal triklorometil dapat menginisiasi terjadinya radikal lipid yang menyebabkan terbentuknya lipid hidroperoksidas e LOOH dan radikal lipid alkoksil LO●. Melalui proses fragmentasi, radikal lipid alkoksi tersebut akan diubah menjadi malondialdehid Greguz and Klaaseen, 2001. Senyawa aldehid inilah yang akan menyebabkan kerusakan pada membran plasma dan meningkatkan permeabilitas membran Bruckner dan Warren, 2001. Biji Persea americana Mill. diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang potensial pada ekstrak metanol biji Persea americana Mill. Yuko dan Jun, 2003. Menurut Rosari 2013, pemberian dekok biji Persea americana Mill. secara jangka pendek dengan dosis 360,71 mgkgBB memiliki pengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT dan AST pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida. Menurut Nopitasari 2013, pemberian ekstrak etanol biji Persea americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida, yang ditunjukkan dengan penurunan aktivitas ALT dan AST serum. Berdasarkan penelitian Ana, Joana dan Sérgio pada tahun 2013 menunjukkan ekstrak dari bagian alpukat memiliki aktivitas antioksidan, pada biji aktivitas antioksidan sebesar 43, pada kulit buah sebesar 35 dan pada buahnya sendiri sebesar 23. Hal ini memungkinkan pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. mampu berperan sebagai penurun aktivitas ALP.

H. HIPOTESIS

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit persea americana Mill. terhadap konsentrasi alkalin fosfatase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

2 13 94

Pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

1 1 96

Pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 96

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 112

Pengaruh pemberian jangka pendek dekok kulit buah persea americana Mill terhadap kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 8

Pengaruh pemberian jangka pendek dekokta kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alkali fosfatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 8

Pengaruh pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada hati tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 91

Pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alkali fosfatase pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 81

Pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alkali fosfatase pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida

0 6 79

Pengaruh pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada hati tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 1 89