selanjutnya disaring. Kedua hasil ekstrak dicampurkan dan dievaporasi menggunakan labu alas bulat. Ekstrak kental yang diperoleh ditempatkan dalam cawan petri dan
dilakukan penimbangan untuk mempermudah dalam perhitungan rendemen ekstrak yang akan diperoleh. Kemudian hasil maserasi diuapkan kembali di atas waterbath
dengan suhu 80 C hingga diperoleh bobot tetap kemudian disimpan di dalam
desikator. Dilakukan perhitungan rata-rata rendemen enam replikasi ekstrak etanol
kulit buah Persea americana Mill. kental yang telah dibuat. Rendemen ekstrak
= berat cawan ekstrak kental – berat cawan kosong
Berat serbuk kering Rata-rata rendemen = rep.1 + rep.2 + rep.3 + rep.4 + rep.5 + rep.6
6
6. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak
Berdasarkan penelitian Nopitasari 2013, digunakan konsentrasi pekat yang dapat dibuat dimana pada konsentrasi tersebut ekstrak yang dibuat dapat dimasukkan
serta dikeluarkan dari spuit oral. Cara pembuatannya dengan melarutkan ekstrak sebanyak 3,5 g dalam labu ukur 50 ml dengan pelarut yang sesuai yaitu CMC Na 1.
Sehingga konsentrasi ekstrak dapat ditetapkan sebesar 7 bv atau 0,07 gml atau 70 mgml.
7. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit Buah Persea americana Mill.
Berdasarkan penelitian Nopitasari 2013, penetapan peringkat dosis didasarkan dengan bobot tertinggi tikus, konsentrasi ekstrak Persea americana Mill.
yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan melalui spuit oral dan pemberian volume cairan peroral yaitu 5 ml. Penetapan dosis tertinggi ekstrak etanol kulit buah Persea
americana Mill. dengan konsentrasi 7 diperoleh sebagai berikut : D x BB
= C x V D x 0,250 kgBB
= 70 mgml x 5 ml D
= 1400 mgkgBB Dua dosis lainnya diperoleh dengan menurunkan 2 dan 4 kalinya sehingga
didapatkan dosis 700 dan 350 mgkgBB. Dosis yang digunakan dalam penelitian adalah 350; 700; dan 1400 mgkgBB atau 0,35; 0,70; dan 1,40 gkgBB.
8. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1
Ditimbang sebanyak 5 g CMC Na, kemudian dilarutkan menggunakan aquadest 200 ml, lalu didiamkan selama 24 jam hingga CMC mengembang,
kemudian di add dengan aquadest pada labu ukur hingga 500 ml.
9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida
Karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50 dengan cara melarutkan 50 ml karbon tetraklorida ke dalam olive oil sebanyak 50 ml Janakat dan Merrie,
2002.
10. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis karbon tetraklorida bertujuan untuk mengetahui pada dosis berapa karbon tetraklorida mampu menimbulkan kerusakan hati pada tikus yang
ditunjukan dengan adanya peningatan aktivitas serum ALT yang tinggi. Berdasarkan Janakat dan Merie 2002, dosis karbon tetraklorida yang digunakan
adalah 2 mlkg BB yang terbukti mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST yang diberikan secara intraperitonial i.p. Pada penelitian yang dilakukan
Garri 2013 juga membuktikan bahwa 2 mlkg BB mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST yang pemberiannya melalui intraperitonial i.p.
b. Penetapan waktu pencuplikan darah. Untuk mendapatkan waktu pencuplikan darah dilakukan orientasi dengan satu kelompok. Dalam satu kelompok terdiri
dari 5 ekor tikus. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata. Pada jam ke 0, 24, dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida. Kemudian
lakukan pengukuran aktivitas ALT.
11. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji