2. Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang kedua yang berkaitan dengan apakah sistem akuntansi penerimaan kas yang diterapkan sudah memenuhi kebutuhan paroki
yaitu identifikasi masalah. Masalah merupakan suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan, sedangkan identifikasi masalah yaitu
salah satu proses penelitian yang penting karena di dalamnya terdapat pengenalan masalah. Suatu masalah dapat menyebabkan sasaran
terhadap sistem tidak tercapai. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah adalah sebagai berikut: a.
Identifikasi Penyebab Masalah Identifikasi masalah yang dilakukan terbatas pada masalah yang
berkaitan dengan pelaksanaan sistem akuntansi penerimaan kas pada paroki. Langkah pertama yaitu melakukan wawancara dengan
romo paroki, dokumentasi, dan observasi terhadap kegiatan dan prosedur yang terkait dengan penerimaan kas. Dokumentasi
tersebut dapat berupa bukti penerimaan kas, buku harian kasbank dan laporan aktivitas.
b.
Identifikasi Titik Keputusan
Titik keputusan merupakan gambaran suatu kondisi yang mengakibatkan sesuatu terjadi. Landasan dalam identifikasi titik
keputusan dapat menggunakan bagan alir dokumen flowchart
penerimaan kas di dalam organisasi sehingga dapat ditemukan pokok-pokok permasalahannya.
c. Identifikasi Personil Kunci
Identifikasi personil kunci yang dijadikan acuan yaitu mengenai deskripsi jabatan di dalam organisasi.
3. Tahap yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah ketiga adalah
dengan memberikan perancangan sistem informasi akuntansi penerimaan kas sesuai dengan kebutuhan organisasi sebagai berikut:
a. Perancangan prosedur bagan alir flowchart.
b. Perancangan prosedur Data Flow Diagram DFD.
c. Merancang input dengan merancang form penerimaan kolekte,
persembahan, dan sumbangan. d.
Merancang output
berupa laporan
penerimaan kolekte,
persembahan, dan sumbangan.
50
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah dan Perkembangan Paroki
1. Sejarah Paroki Santo Gregorius Agung
Paroki Santo Gregorius Agung di perumahan Kutabumi atau tepatnya di Kampung Jambu, Desa Gelam Jaya, dahulu masih
termasuk dalam wilayah pelayanan Paroki Tangerang Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda HSPMTB. Sejarah Paroki Santo
Gregorius Agung dimulai sekitar tahun 1987, beberapa keluarga Katolik yang tinggal di perumahan Kutabumi mencoba membangun
paguyuban dengan sering berdoa bersama dan melakukan hal-hal lain bersama sebagai bentuk kebersamaan. Beberapa waktu kemudian atas
persetujuan Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, dibentuklah lingkungan di kutabumi dengan nama Lingkungan
Benediktus. Pertumbuhan penduduk di sekitar Kutabumi dan banyaknya
perumahan baru
mengakibatkan berkembangnya
lingkungan Benediktus menjadi beberapa lingkungan yang menjadi satu wilayah.
Pada tahun 1995, setelah melihat pesatnya pertumbuhan umat di Kutabumi dan sekitarnya, maka Pastor Binzler Bintarto beserta
beberapa umat atas persetujuan Dewan Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda membangun sebuah Stasi untuk melayani
kebutuhan iman umat di daerah Kutabumi ini dengan nama Stasi Gereja Santo Gregorius, dengan Ketua Dewan Stasi pertama adalah
Bonifasius Daliyo. Setelah sekitar lebih dari 11 tahun, akhirnya pada tahun 2012,
tepatnya 25 September 2012, berdirilah Paroki Gereja Santo Gregorius Agung di Kutabumi ini yang diresmikan oleh Uskup Agung
Jakarta Ignatius Suharyo. 2.
Pelindung Paroki Sejarah Santo Gregorius Agung Gregorius lahir di Roma pada tahun 540. Ibunya Silvia dan dua
orang tantenya, Tarsilla dan Aemeliana, dihormati pula oleh Gereja sebagai orang kudus. Ayahnya Geordianus, tergolong kaya raya;
memiliki banyak tanah di Sicilia, dan sebuah rumah indah di lembah bukit Ceolian, Roma. Selama masa kanak
–kanaknya, Gregorius mengalami suasana pendudukan suku bangsa Goth, Jerman atas kota
Roma, mengalami berkurangnya penduduk kota Roma dan kacaunya kehidupan kota. Gregorius menerima suatu pendidikan yang memadai.
Ia pandai sekali dalam pelajaran tata bahasa, retorik dan dialetika, karena posisinya di antara keluarga
–keluarga aristokrat bangsawan sangat menonjol, Gregorius dengan mudah terlibat dalam kehidupan
umum kemasyrakatan, dan memimpin sejumlah kecil kantor. Pada usia 33 tahun ia menjadi Prefek kota Roma, suatu kedudukan
tinggi dan terhormat dalam dunia politik Roma saat itu. Namun Tuhan menghendaki Gregorius berkarya di ladang anggurNya. Gregorius
meletakkan jabatan politiknya dan mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Ia menjual sebagian besar
kekayaannya dan uang yang diperolehnya dimanfaatkan untuk mendirikan biara
–biara. Ada enam biara yang didirikan di Sicilia dan satu di Roma.
Di dalam biara –biara itu, ia menjalani kehidupannya sebagai
seorang rahib. Ia tidak saja hidup di dalam biara untuk berdoa dan bersemadi, ia juga giat di luar, membantu orang
–orang miskin dan tertindas, menjadi diakon di Roma, menjadi Duta Besardi istana
Konstantinopel. Pada tahun 586 ia dipilih menjadi Abbas di biara Santo Andreas di Roma. Ia berjuang membebaskan para budak belian
yang dijual di pasar –pasar kota Roma.
Pada tahun 590, dia diangkat menjadi Paus. Dia mempunyai sifat penuh wibawa untuk melaksanakan cita
–citanya membebaskan kaum miskin dan lemah, terutama budak
–budak dari Inggris. Ia mengutus Santo Agustinus ke Inggris bersama 40 biarawan lain untuk
mewartakan Injil disana. Gregorius adalah paus pertama yang secara resmi mengumumkan dirinya sebagai Kepala Gereja Katolik sedunia.
Ia memimpin Gereja selama 14 tahun, dan dikenal sebagai seorang Paus yang masyur, negarawan dan administrator ulung pada awal abad
pertengahan serta Bapa Gereja Latin yang terakhir. Karena tulisan- tulisannya yang berbobot, dia digelari sebagai Pujangga Gereja Latin.
Meskipun begitu ia tetap rendah hati dan menyebut dirinya sebagai